TAK MEMENTINGKAN INESH YANG PINGSAN

1212 Words
Inesh mulai sadar saat Darvi memasuki kamarnya sehabis mandi dan shalat Dzuhur. “Mom” sapa Inesh lirih. “Masih pusing Mbak?” tanya Farah lembut. Farah memiliki lima anak, yang sulung bernama Shukma Whatdana Mahendra atau Dhana atau MAZ, seorang karateka nasional dan ahli hukum telah memiliki lembaga firma hukum sendiri. Anak ke-dua bernama Shahzada Danendra Mahendra atau Zadda atau ABANG, insinyur seperti daddynya, dia duplikat Darvi, mengikuti rambut panjang sang daddy dan yang pasti seorang seniman serba bisa, seorang penyanyi papan atas Indonesia. Anak ke-tiga adalah Inesh atau MBAK, karateka handal, pemegang usaha sang kakek yaitu super market bangunan wilayah Jogja dan Jawa Tengah, juga akan mewarisi nursery Farah, karena hanya dia yang suka tanaman. Dan anak ke-empat dan kelima adalah kembar, anak kandung Darvi yang bernama Ernaswari Putri Maulana atau Swari atau KAKAK dan Ernatiara Putri Maulana atau Tya atau ADEK. Jadi lima anak Farah punya panggilan berbeda. Dan kelimanya karateka. “Minum teh hangat ini ya,” pinta Farah selanjutnya. Tanpa menolak Inesh langsung meneguk teh yang sudah disodorkan mommynya. “Apa yang kamu rasa hmm?” tanya Darvi sambil mengecup kening putrinya. “Pusing saja sih Dadd” jawab Inesh lemah. “Kamu ingat mens terakhirmu kapan?” tanya Farah Inesh segera berpikir, dia sudah terlambat seminggu, apa mommy menduga dia hamil? Apa dokter Wilmar tadi mengatakan dia hamil? “Sudah telat seminggu sih Mom,” jawab Inesh. “Ini minum obat yang sudah Daddy beli sesuai resep dokter Wilmar, nanti Athrav datang kamu test urine pakai test pack ya, Daddy sudah bilang Athrav untuk beli tiga macam test pack,” Farah memberikan obat yang tadi ditebus oleh pegawainya. Athrav datang dua jam kemudian, saat Darvi telepon, Athrav bilang sedang memberikan training pada para sales, sehingga tak bisa langsung meluncur. Padahal saat itu Darvi bilang Inesh pingsan. Darvi dan Farah keluar kamar ketika Athrav memasuki kamar Inesh, biar bagaimana pun mereka menghargai menantunya. ≈≈≈≈≈≈ Satu minggu sudah Inesh dan Athrav menginap di Sedayu, karena dokter kandungan yang mereka datangi meminta Inesh istirahat di awal kehamilan. Selain itu dokter juga menyarankan Athrav bersabar tidak menyentuh Inesh karena kandungan Inesh sedikit lemah. “Mom, aku sudah sehat, besok aku pulang ke rumah ya?” Inesh meminta izin pada Farah untuk kembali ke rumahnya. Dia hanya kepikiran tanamananya tak ada yang nyiram kalau dia terus di Sedayu. Selama mereka menginap, Athrav pulang dulu ke rumah mereka untuk menyiram tanaman serta ganti baju kerja karena di Sedayu baju kerja Athrav tidak ada, setelah hari ke tiga baru ada baju kerjanya karena baju sepulang kerja di hari pertama sudah selesai di cuci dan setrika. “Boleh saja, Mommy tidak akan tahan kamu sama sekali. Yang perlu kamu ingat, semua bajumu di laundry saja dan kamu jangan masak, kalau mau makan kamu bisa catering atau minta kirim dari sini. Atau kalau tidak ya Athrav suruh beli. Trus buat bersih-bersih rumah nanti salah satu Mbak di sini kamu bawa saja,” jawab Farah. Dia tak ingin Inesh terlalu capek karena kondisi kandungannya lemah. “Bagaimana kalau salah satu Mbak ke sana dua atau tiga hari sekali buat cuci, setrika dan bersih-bersih dan Mommy bawain banyak masakan dari sini untuk beberapa hari, jadi aku cuma perlu panasin tiap mau makan. Mommy tau kan aku tidak suka sama hasil laundry,” rajuk Inesh pada mommynya “Ya begitu juga boleh,” jawab Farah setuju usulan putrinya. ≈≈≈≈≈≈ Raffa baru saja sampai ke kios tanaman miliknya yang makin lama makin banyak jenisnya. Ini tengah malam, dia baru saja hunting tanaman di Malang, Kediri serta Solo, dia langsung ke kios untuk menurunkan aneka tanaman hasil huntingnya selama enam hari. Dua orang pegawainya menurunkan semua hasil belanjaannya sedang Raffa langsung berbaring di dipan yang dilapisi dengan spring bed kecil ukuran 90 x 200 cm. Dia memang menaruh spring bed di kiosnya karena sering sehabis hunting dia langsung tepar di kios, tak langsung pulang ke rumahnya. Selama hunting memang dia menyetir sendiri, karena dua pegawainya belum berani dia lepas menyetir di jalan luar kota. Di kios ini ada dua kamar tidur, satu untuk istirahat semua pegawainya yang berjumlah lima orang dan satu adalah kamar pribadinya. “Mau ngopi tidak Mas?” tanya seorang pegawainya yang memang jaga di kios. “Tidak, kalau bisa bikinkan mie rebus wae, seperti biasa telor setengah matang dan kasih irisan cabe rawit,” pinta Raffa sambil mengambil handuk serta baju ganti. Raffa menikmati mie rebusnya setelah selesai mandi, dia perhatikan tiga pegawainya sedang ngopi sesudah semua pohon turun dan mobil di bersihkan. Mobilnya memang bukan mobil bak, sehingga harus langsung dibersihkan. Aroma tiga cangkir kopi itu menghampiri hidungnya. “Kalian tidak ngemie?” tanya nya pada dua pegawai yang ikut dengannya. “Mboten, kami lagi nunggu nasi matang, mau bikin nasi goreng saja,” jawab salah satu pegawainya. Buat mereka makan mie kalau belum makan nasi ya tetap belum makan. “Ya wis, aku tidur duluan yo,” pamit Raffa pada tiga pegawainya. Dia langsung masuk kamar di kiosnya tersebut. ≈≈≈≈≈≈ Bulan berganti tanpa sesuatu yang mengganggu, kandungan Inesh berjalan mulus, tak ada ngidam yang bikin Athrav harus kalang kabut, atau Athrav harus mengalami kehamilan simpatik. Rumah tangga Inesh dan Athrav tanpa riak walau tanpa kebahagiaan yang membuncah seperti yang Inesh selalu lihat pada rumah tangga mommy dan daddy nya. Pagi ini Inesh sengaja ke Sedayu dulu sebelum berangkat kerja ke supermarket bangunannya. Dilihatnya motor Tya sudah tak ada, masih ada motor Swari saja. Si kembar memang berbeda kampus juga beda jurusan. Inesh tahu daddy nya sanggup membelikan semua anaknya masing-masing mobil pribadi, tapi semua itu tak dilakukan daddy nya. Dhana sebagai anak tertua tak pernah dibelikan mobil atau motor. Karena saat akan dibelikan mobil, kakak tertuanya menolak, dia bilang ingin beli motor dengan uang sendiri dan saat itu tak butuh mobil pribadi. Zadda kakaknya nomor dua sempat dibelikan motor, tapi beli mobil sendiri. Dirinya SMA pakai motor, dan diakhir kuliah dibelikan mobil. Inesh yakin Swari dan Tya juga baru akan dibelikan mobil saat sudah menyusun skripsi. Itu memang ketentuan mommy yang daddy tak berani langgar “Pagi Mbak,” sapa Swari yang baru akan berangkat kuliah saat Inesh masuk rumah mereka. “Pagi Dek, koq siang?” sapa Inesh. “Matkul ( mata kuliah ) pertama jam sepuluh Mbak,” jawab Swari sambil mencium tangan kakaknya. “Aku mangkat yo Mbak.” “Ati-ati Dek,” balas Inesh pada adik bungsunya itu. “Assalamu’alaykum Mom, Dadd,” sapa Inesh saat memasuki ruang makan. “Pagi Princess, kamu sehat?” Darvi langsung menyorongkan pipinya agar Inesh menciumnya saat Inesh salim padanya. “Alhamdulillah kami sehat Dadd” balas Inesh sambil mengelus perutnya. “Pagi Sayangku,” sapa Farah yang baru masuk dari dapur membawa bekal untuk Darvi bawa. Tiap hari Darvi memang dibawakan bekal oleh Farah, karena saat kepepet dan Darvi kelaparan dia wajib mengisi perutnya agar tidak mual karena asam lambungnya naik. “Daddy dapat bekal apa pagi ini?” tanya Inesh penasaran “Pisang bakar keju. Kamu mau?” tanya Farah. “Aku mau makan di sini Mom, tapi tambahkan SKM ( suusu kental manis ) coklat.” pinta Inesh manja. “Ok, sabar sebentar Mommy bikinkan,” Farah langsung bergegas kembali ke dapur. Dibuatkannya satu porsi di piring dan satu porsi di lunch box untuk Inesh bawa sebagai bekal. ≈≈≈≈≈≈
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD