NESHA

1426 Words
“Hai, masih inget aku tidak?” tanya seorang pria tinggi kurus menyapa Inesh yang baru saja tiba di kantornya, di supermarket bangunan milik kakeknya. “Lupa ee” jawab Inesh sambil memperhatikan wajah laki-laki dengan garis oval panjang, bukan bulat seperti wajah suaminya. Lelaki tinggi itu mengulurkan tangannya “Raffa, tepatnya Raffasha Abidzar Mujiono” katanya tegas saat Inesh menerima jabat tangannya. Raffa berpikir anak Bu Farahdiba ini sudah melupakannya karena sudah dua tahun lalu mereka berkenalan di nursery milik ibunya “Inesh, just call me Inesh” jawab Inesh. “Bapak lagi cari apa?” “Apa aku tua banget ya kamu panggil Bapak?” tanya Raffa dengan senyum manisnya. “Oh maaf, Mas cari apa? Ketemu yang dicari?” tanya Inesh serba salah. “Aku cari pipa pralon serta perlengkapannya untuk nambah titik siram di kebun,” jawab Raffa. Dari jawaban ini Inesh baru ingat, lelaki ini pernah ketemu dengannya di Tanire's Flora. ‘Oh ternyata dia ‘orang tanaman’, tapi kebunnya di mana ya? Bodo ah, nanti aku tanya-tanya kalau pas tepat waktu saja.’ pikir Inesh. Orang tanaman adalah istilah bagi pelaku usaha dibidang jual beli tanaman. “Kenapa beli di sini? Apa kebunnya dekat sini?” selidik Inesh, dia juga harus punya input dari pelanggan tentang keberadaan super marketnya “Cari yang sekali datang ke sebuah toko tu semua barang ada, tidak perlu cari di toko lain untuk melengkapinya,” jawab Raffa, dia tidak tau yang dia ajak bicara adalah cucu pemilik supermarket bangunan yang dia datangi. “Buru-buru tidak? Kalau tidak buru-buru kita duduk sana yok,” ajak Inesh menunjuk coffee shop di ujung tempat parkir super marketnya. “Ha ha ha ha ha … tukang kebun kayak aku mah nyantai, kayaknya Mbak NESHA nanti yang kesita waktunya,” jawab Raffa santai. ‘Nesha? Dia panggil aku Nesha? Hanya daddy yang selama ini tidak panggil aku Inesh, daddy panggil aku Princess atau sebut Dineshcara. Dan mayoritas orang panggil aku Inesh. Pria ini panggil aku dengan sebutan yang beda.’ ‘Bila daddy menekankan kata Dineshcara artinya kalimat daddy perlu diperhatikan. Ibaratnya bila ditulis, kalimat daddy ditulis dengan bold atau garis bawah. Tapi what ever lah,’ pikir Inesh sambil berjalan ke coffee shop miliknya. “Mau minum apa Pak, eh Mas Raffa?” tanya Inesh. “Wah saya apa ya? Malah bingung,” jawab Raffa yang mengubah kata-kata aku yang tadi dia sebut untuk dirinya menjadi saya. “Mochachino, vanila latte, frape, chocochino atau yang lain mungkin?” tawar Inesh. “Samain sama kamu deh,” jawab Raffa. “Mas Udeng, seperti biasa dua ya, aku minta kue lumpur dua juga sosis solo dan pastel juga masing-masing dua,” pinta Inesh pada pramu saji yang berdiri dekat meja mereka siap mencatat pesanannya. “Kamu tidak menyebut jenis minumanmu, apa mereka hafal?” tanya Raffa bingung. “Kamu kerja di sini?” “Ya aku kerja di sini,” jawab Inesh. “Oh pantas, tapi apa nanti tidak dimarahin bossmu kalau jam kerja kamu duduk di sini?” selidik Raffa. “Tidak apa-apa Mas, kalau ditanya aku jawab sedang survey pendapat konsumen tentang produk dan harga yang kami sediakan,” jawab Inesh dengan santai. “Kenapa kamu masih kerja di luar sedang nursery ibumu cukup besar dan bisa kamu kelola?” tanya Raffa malah penasaran. “Biar tidak jenuh, kalau kerja di nursery kan cuma dari rumah ke Tanire's Flora saja, cuma keluar pager. Tidak ada pemandangan luar,” kilah Inesh. “He he he iya sih, untung aku juga tidak begitu, rumahku di Suronatan dan kebunku di Jakal KM 13. Jadi ada pemandangan,” Raffa membenarkan pendapat Inesh. “Bisa minta nomor whats-app?” Inesh memberikan nomornya, dan Raffa langsung misscall, memastikan nomor yang dia save sudah benar. “Save ya nomorku,” pinta Raffa. “Iya Mas, aku save.” Selanjutnya Raffa menanyakan apa yang paling laris di Tanire's Flora saat ini. Nama nursery mommynya Inesh memang Tanire's Flora. Itu sebabnya Raffa bertanya mengapa Inesh masih bekerja di luar sesang ibunya pemilik nursery besar dan ayahnya punya sebuah usaha developer besar. “Kapan-kapan aku boleh ketemu kamu di Tanire's Flora tidak?” tanya Raffa saat akan pamit. “Wah harus janjian dulu, karena aku sudah tidak tinggal di rumah mommy,” jawab Inesh. “Lho, kamu tinggal di mana?” tanya Raffa penasaran. “Aku di Jakal KM 4, berdua suamiku,” jawab Inesh. “Oh begitu, ya sudah nanti aku bakal tanya dulu kalau mau ke Tanire's Flora, kali saja pas kamu juga ke sana,” kata Raffa sedikit kecewa saat mendengar Inesh sudah menikah. Dia melambai pada pramu saji, ingin meminta bill. “Tidak usah Pak, semua sudah masuk bill Bu Inesh” jawab pramu saji yang mendekat ke meja mereka. “Nesha koq kamu semua yang bayar?” tanya Raffa tidak enak. “Sudah tidak apa-apa, santai wae. Jangan kapok belanja di sini ya?” tukas Inesh santai, Coffee shop ini adalah miliknya, dia tak mau kalah dengan Mas Dhana kakak sulungnya yang memiliki beberapa coffee shop dan cafe. “Coffee shop ini milik Bu Inesh koq Pak, bukan Bu Inesh yang bayar!” jawab pramu saji santai. Membuat Raffa terbelalak. “Kamu tu sebenarnya kerja di dalam toko tidak sih?” selidik Raffa setelah mendengar Inesh lah pemilik coffee shop ini. “Aku serius kerja koq di dalam, tidak bohong,” jawab Inesh sambil mengangguk, menguatkan jawabannya ≈≈≈≈≈≈ Raffa tak menyangka, anak Bu Farahdiba pemilik nursery besar bernama Tanire's Flora mempunyai coffee shop di tempat kerjanya. Raffa ingat pertama kali melihatnya lima tahun lalu. Gadis itu baru saja memarkirkan motornya di parkiran nursery milik ibunya sepulang sekolah, dia masih berseragam SMA, sedang Raffa baru saja ujian skripsi, tapi sejak awal kuliah dia sudah memiliki usaha nursery kecil-kecilan di tanah pakdenya di JAKAL ( singkatan jalan kali urang ). “Mommy di mana Om?” tanya gadis itu pada pegawai di sana kala itu. “Baru saja masuk ke rumah Mbak, Tuan baru saja pulang jadi nyonya langsung masuk,” jawab si pegawai. Di situlah Raffa tau, gadis SMA itu anak pemilik nursery. Pertemuan ke dua satu tahun kemudian di pameran tanaman, Raffa melihatnya dari jauh, karena saat itu dia ikut lomba Anthurium dan sedang menunggu hasil penjurian, Raffa melihat Bu Farahdiba menjadi juri lomba Aglaonema dan gadis manis itu datang menghampiri ibunya sambil membawakan minum. Saat itu gadis mungil itu datang bersama dua gadis kecil berseragam SMP dan terlihat mereka kembar. Pertemuan ketiga di pameran tanaman dan dilihatnya gadis itu memilih banyak bibitan anggrek. “Kamu beli apa Sayang?” tanya Bu Farahdiba ketika gadis itu menghampiri ibunya. Raffa dengar karena dia sedang memilih buah Tin. Saat Bu Farahdiba datang ikut memilih aneka jenis tin yang baru mulai masuk ke Indonesia. “Mbak jajan anggrek Mom,” kata si gadis yang belum Raffa ketahui namanya. “Ampuuun Mbak, teman-temanmu jajan tas atau make up, kamu malah jajan anggrek,” goda mommy nya. “Kayak Mommy tidak saja. Dikasih uang daddy juga tidak pernah belanja apa pun kecuali tanaman,” jawab gadis itu dengan senyum kecil. ‘Wah dia tidak suka hura-hura,’ batin Raffa, yang selalu bete kalau pacarnya minta traktir tas atau baju bahkan alat make up. Raffa pikir semua itu tidak berguna karena tak bisa buat invest, beda dengan belanja tanaman, bisa dikembangkan dan bisa buat investasi. Itu sebabnya akhirnya Raffa malas pacaran dengan para pesolek, sehingga banyak yang mengira dia homo. Pertemuan ke empat dua tahun lalu, baru Raffa bisa salaman dengan gadis itu. Saat itu Bu Farahdiba sedang berbincang dengannya di nursery Bu Farah saat gadis itu datang sehabis belanja dengan adik-adiknya. “Assalamu’alaykum Mom,” gadis tersebut menghampiri Bu Farahdiba dan mencium tangan Bu Farahdiba serta menciumi pipi ibunya dengan mesra, bukan sekedar cipika cipiki. “Wa alaykum salam cantik, sudah jalan-jalannya?” tanya Bu Farahdiba penuh kelembutan. “Tidak seru Mom, adek sama kakak senengnya ribut, Mbak malas jadinya, habis makan Mbak ngajak pulang saja daripada dengar mereka selalu ribut,” gadis tersebut mengadu manja pada ibunya. “Ha ha ha, jangan begitu, malu sama tamu Mommy, kamu kenalan dulu, dia punya nursery di Jakal,” Bu Farahdiba meminta anaknya berkenalan dengan Raffa. “Inesh.” “Raffa.” “Mom, Mbak masuk ya, adek sama kakak tadi langsung masuk rumah tuh,” gadis tersebut pamit untuk masuk ke rumahnya. Itu kilas balik tentang Inesh anak Bu Farahdiba yang Raffa tau. Dan dia juga tahu dari Bu Farahdiba putrinya kuliah di UI sedang menyusun skripsi, saat itu sedang libur semester sehingga dia ada di Jogja. ≈≈≈≈≈≈
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD