1

1447 Words
Seorang wanita muda diseret menuju penjara setelah ia menerima siksaan dari prajurit yang dibawah departemen kehakiman. Wajahnya kini terlihat mengerikan dengan tanda keunguan di beberapa titik. Terdapat darah yang telah mengering di sudut bibirnya yang pecah. Tubuhnya sangat menderita setelah ia dipukuli dengan cambuk. Luka berdarah ada di mana-mana, hingga ia tidak tahu bagian mana lagi yang sakit. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak lebih mengerikan dari apa yang terjadi padanya beberapa saat lalu. Tenaganya kini sudah terkuras habis. Bahkan untuk sekedar meringis saja ia sudah tidak mampu. Sampai di penjara ia dilemparkan begitu saja ke tempat pengap itu. Tubuhnya yang tidak berdaya tergeletak di lantai. Air mata wanita itu mengalir lagi, entah sudah berapa lama ia menangis untuk nasib buruk yang menimpa dirinya. Ia berada di penjara untuk kesalahan yang sama sekali tidak ia perbuat. Ketika ia terbangun ia sudah berada di ranjang dengan dua laki-laki yang bermain-main dengan tubuhnya. Hanya selang beberapa detik dari itu, pintu ruangan dirusak, orang-orang yang masuk ke dalam ruangan itu adalah semua orang yang ia kenali. Ayah, adik dan tunangannya, Pangeran Jourell. Serta beberapa prajurit yang menemani ke mana pun Pangeran Jourell pergi. Saat itu dunianya runtuh seketika. Ia belum mengerti apa yang terjadi padanya, dan orang-orang yang ia cintai menemukan dirinya berada dalam keadaan sangat hina. Ia berusaha menjelaskan pada ayah, adik dan tunangannya bahwa ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi sekarang. Namun, tidak seorangpun yang mempercayainya. Sebaliknya mereka menatapnya jijik dan kecewa. Sel tahanan terbuka, ia melihat dua pasang kaki di sana. Satu pasangan kaki pria dan satu pasangan kaki wanita. Ia mendongak untuk melihat keduanya. "Pangeran Jourell, Arlene," serunya lemah. Ia bersyukur kedua orang yang ia sayangi masih datang untuk mengunjunginya. Ia mencoba untuk bergerak. Sedikit demi sedikit ia berhasil menggapai kaki tunangannya. "Jangan menyentuhku dengan tangan menjijikanmu!" Suara Pangeran Jourell begitu dingin, sangat berbeda dengan suara hangat yang biasa menyapanya setiap mereka bertemu. "Pangeran Jourell, aku benar-benar tidak bersalah. Aku tidak tahu kenapa aku bisa ada di sana." Ia mencoba menjelaskan lagi, berharap tunangannya akan percaya padanya. Arlene berjongkok, ia melihat ke wajah kakaknya yang menyedihkan. "Kau benar-benar menjijikan, Kakak. Bagaimana bisa kau mencari kesenangan dengan dua pria seperti itu. Apa sebenarnya kurang Pangeran Jourell? Kau telah mempermalukannya dan juga keluarga kita. Jika aku jadi kau, aku pasti akan memilih mati saja sekarang." Arlen mencoba meracuni otak kakaknya. "Arlene, aku tidak tahu bagaimana aku bisa berakhir dengan pria-pria itu." Wanita yang menderita banyak pukulan itu menjawab putus asa. Ia kemudian mengingat yang terjadi sebelum ia berakhir di sana. "Arlene, bukankah sebelumnya aku pergi denganmu. Kau memintaku untuk menemanimu melihat pakaian yang akan kau pakai untuk pesta musim semi ini." Ia tidak salah mengingat. Sebelumnya adiknya memang memintanya untuk pergi, tapi ia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena ketika ia berada di dalam kereta tiba-tiba ia tidak mengingat apapun lagi. "Apa yang kau katakan, Kakak? Aku bahkan ada di kamarku seharian hari ini. Jangan menyeretku dalam permainan menjijikanmu." Arlene berkata tajam. Matanya menatap sinis kakaknya. Kata-kata Arlene yang berbanding terbalik dengan ingatannya membuat sang kakak bingung. Tiba-tiba sebuah pemikiran terlintas di benak wanita itu. "Kau yang telah melakukan semua ini padaku, Arlene." Arlene tertawa kecil. "Nah, akhirnya kau menjadi sedikit pintar, Allura." Suaranya terdengar mengejek. "Aku lelah menjadi adik yang baik untukmu saat aku benar-benar membenci wanita sepertimu." Ucapan Arlene membuat Allura terkejut. Jadi, apakah selama ini sikap manja dan lembut Arlene padanya hanyalah sandiwara, tapi kenapa? Kenapa Arlene melakukan semua itu padanya? Ia bahkan tidak pernah menyakiti Arlene sedikit pun. "Seharusnya akulah yang menjadi anak istri sah, bukan wanita lemah sepertimu. Statusku yang rendah membuat orang memandangku sebelah mata. Aku telah berusaha untuk menjadi sempurna, tapi orang-orang tetap menemukan celah untuk menghinaku. Aku sangat membenci hidupmu yang beruntung. Kau bahkan dijodohkan dengan pria yang aku cintai. Karena kehadiranmu, aku harus berhubungan dengan Pangeran Jourell secara sembunyi-sembunyi. Cinta suci kami tidak bisa kami tunjukan di depan orang lain. Kau adalah penghalang kebahagiaanku dan Pangeran Jourell." Kali ini Arlene benar-benar membuka topengnya di depan Allura. Ia pikir Allura akan segera mati jadi untuk apa ia menahan dirinya lagi. Ia sangat lelah berpura-pura baik dan hangat di depan Allura. Pada kenyataannya ia benar-benar ingin membunuh Allura. Apalagi setelah ia melihat wajah Allura yang lebih cantik darinya. Entah kapan bintik-bintik yang memenuhi tubuh Allura menghilang. Saat ia melihat tubuh telanjang Allura di atas ranjang, ia benar-benar terkejut. Kulit Allura terlihat sangat bersih dan putih. Racun yang digunakan ibunya untuk membuat kulit Allura rusak ternyata sudah tidak bekerja lagi. Semakin banyak Arlene bicara Allura semakin terpukul. Ia menganggap Arlene adalah adik yang sangat menyayanginya, ia tidak pernah berpikir bahwa Arlene memiliki kebencian yang begitu mendalam padanya. Dan kalimat terakhir Arlene lebih mengejutkan lagi untuknya. d**a Allura seperti dicabik-cabik. Ia kesulitan untuk bernapas. Setiap udara yang masuk ke kerongkongannya seperti racun yang mematikan hatinya. "Ini semua tidak benar." Allura menolak percaya. Matanya yang seperti permata hijau menatap ke arah Pangeran Jourell yang acuh tak acuh. "Pangeran Jourell katakan padaku ini semua tidak benar. Kau mencintaiku, tidak mungkin kau memiliki hubungan dengan Arlene." Ia berharap semuanya hanyalah kesalahan. Di dunia ini tidak apa-apa jika orang lain membencinya, tidak apa-apa jika banyak orang membencinya, baginya cinta dari tunangannya sudah cukup untuknya. Suara dengusan jijik terdengar. Ekspresi wajah Pangeran Jourell sama dengan dengusan itu. "Wanita menjijikan sepertimu tidak pantas menjadi istriku. Lihat dirimu! Kau buruk rupa! Kau lemah! Dan kau tidak memiliki keahlian apapun. Aku tidak pernah mencintaimu. Di hatiku hanya ada Arlene seorang." Pukulan telak menghantam jantung Allura. Ia tidak bisa berkata-kata. Mulutnya terkunci rapat. Sementara itu Arlene tersenyum bahagia. Tangan wanita itu menggandeng lengan Pangeran Jourell. Kepalanya bersandar manja di bahu tegap sang pangeran. "Allura, kau benar-benar bodoh! Kau pikir di dunia ini ada yang menyayangimu? Ckck, tidak ada, Allura. Kau sendirian. Kau tidak diinginkan. Baik Ayah ataupun Pangeran Jourell, mereka berdua tidak menginginkanmu. Kau hanyalah sampah!" Kata-kata Arlene seperti minyak panas yang menggoreng rasa sakit Allura. Tak bisa dijelaskan lagi bagaimana hancurnya perasaan Allura. Ayahnya memang tidak mencintainya. Sejak dilahirkan ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Selama ini ia hanya diurus oleh pelayan. Sedangkan ibu tirinya, wanita itu sibuk mengurus Arlene. Wanita itu juga mengabaikannya. Allura hanya mendapatkan kasih sayang dari Arlene dan juga Pangeran Jourell. Namun, siapa yang menyangka bahwa kasih sayang dari dua orang itu yang ia anggap tulus hanyalah sandiwara. Mereka berdua bermain di belakangnya. Menganggapnya sebagai orang bodoh yang bisa dipermainkan sesuka hati. Bodoh? Ya, ia memang bodoh selama ini. Bagaimana bisa ia tidak melihat cinta di antara keduanya. "Akhirnya aku akan bebas dari wanita terkutuk sepertimu." Pangeran Jourell kembali mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Air mata Allura menetes tanpa bibirnya bisa berucap. Pria yang ia cintai dengan sepenuh hati. Pria yang telah ia anggap sebagai seorang malaikat ternyata hanya menganggapnya sebagai seorang wanita terkutuk. Sejenak kemudian Allura tertawa sumbang. "Kalian benar-benar sangat pandai bersandiwara. Kalian menipuku, memberiku banyak cinta yang ternyata palsu. Dan pada akhirnya kalian menjebakku. Sangat mengesankan, aku telah dipermainkan oleh dua orang yang aku sayangi setengah mati." Pangeran Jourell tidak ingin melihat Allura lebih lama lagi. "Seharusnya aku melakukan ini sejak lama, jadi aku tidak perlu berbicara dengan wanita menjijikan sepertimu!" sinisnya. "Arlene, ayo pergi dari sini. Udara di sini sangat bau!" Arlene tersenyum lembut pada kekasihnya. "Pangeran kau pergilah dulu. Aku ingin bicara sedikit lagi dengan kakakku." "Baiklah, jangan terlalu lama. Kau mungkin akan tertular penyakit kulitnya." Pangeran Jourell kemudian meninggalkan sel tahanan itu. Arlene berjongkok lagi. Ia mencengkram dagu Allura kuat. Matanya menunjukan kebencian yang mendalam. "Wanita sepertimu tidak pantas hidup, Allura. Aku akan mengirimmu ke surga menyusul ibumu. Kau dan ibumu memang pantas untuk disingkirkan. Kalian berdua menghalangi langkahku dan juga ibuku. Seperti Ibuku yang menyingkirkan Ibumu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Hanya aku yang akan menjadi satu-satunya anak Perdana Menteri." Setelah itu Arlene memasukan sebuah pil ke mulut Allura. Ia memaksa Allura untuk menelannya. Setelah memastikan Allura menelan pil yang tidak lain adalah racun itu, Arlene berdiri. "Matilah kau, Allura." Wajahnya yang cantik kini terlihat seperti seorang iblis. Ia keluar dari penjara dengan perasaan puas. Akhirnya satu-satunya orang yang menghalangi kebahagiaannya akan segera mati. Di dalam penjara, seluruh tubuh Allura terasa sakit, terutama lehernya yang seperti tercekik. Matanya memerah, kepalanya seperti akan pecah. Racun menyebar ke seluruh pembuluh darahnya dengan cepat, merusak hatinya secara ganas. Allura memegangi dadanya yang terasa sangat menyakitkan. Hari ini ia telah melihat semuanya dengan jelas. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini tidak lebih menyakitkan dari apa yang hatinya rasakan. Ia hancur karena pengkhianatan orang-orang yang ia cintai. Jika ia memiliki kesempatan untuk hidup lagi, ia akan membuat semua orang yang telah melukainya membayar apa yang mereka lakukan. Tunangan yang mengkhianatinya, adik yang mencuri tunangannya, dan ibu tiri yang telah membunuh ibu kandungnya, Allura pasti akan membalas mereka semua. Allura memuntahkan darah hitam dari mulutnya. Tidak lama setelah itu ia tergeletak di tanah dengan mata terbuka. Allura mati dengan dendam yang mengakar di dalam jiwanya. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD