1. Alkana

2239 Words
[Tahun 1994] "Dewi!" "Iya, Alka?" "Mau tukelan tulang nggak sama aku?" "Hah? Gimana maksudnya?" "Iya, tukelan. Aku jadi tulang punggungmu, kamu jadi tulang lusukku. Kayak Nabi Adam sama Siti Hawa, mau?" "Ih, Alka!" Dewi kan jadi malu. Dia mesem-mesem mendengar gombalan maut dari teman sejawatnya. Alka, si bocah 5 tahun yang sedang tertawa merayakan kemenangannya, dia sukses bikin baper anak orang. Ya, hari itu ... Alka berusia 5 tahun, dia lahir di tahun 1989, dan sekarang adalah tahun 1994. Alka mengenakan kaos putih berpadu celana merah gambar kartun hero, saat itu dia sudah sekolah. Walau belum resmi, tetapi ada orang pintar yang membuka kegiatan belajar-mengajar untuk anak 5 tahun, program desa pada saat itu. Alangkah beruntungnya Alka tinggal di desa yang maju. Well, ada botol dot di tangan, dia selalu bawa itu ke mana pun Alka pergi. Tadi bu guru berkisah tentang perjalanan romantis Nabi Adam, yang mana pesan moralnya adalah: Jangan tergoda oleh hawa nafsu. Eum, kira-kira begitu. Tapi, yang nempel di otak Alka bukan itu, melainkan istilah 'tulang rusuk' yang merupakan belahan jiwa lelaki. Alka mudah paham soal itu, apalagi dia suka berguru kepada Abangnya soal kosa kata yang mengandung makna asmara. Singkat cerita, Alka jalan kaki saat pulang dari kegiatan belajar-mengajarnya, sambil ngedot. Alka sebal, Papi nggak ngebolehin siapa pun menjemputnya, padahal kan Alka ini anak sultan. Katanya sih, disuruh merakyat. Alka saat itu tinggal di pedesaan, Papinya dinas di sana, Alka juga tinggal di rumah dinas (anggap saja demikian), ada posko dekat rumahnya. Nah, posko itu digunakan untuk kegiatan belajar anak usia dini. Lalu, Dewi adalah bocil tercantik sedesa, yang tidak boleh Alka lewatkan. Kata Abang, Alka harus pandai merayu perempuan biar keren. Sayangnya, dikata 'keren' juga Alka belum bisa ngomong 'R', masih cadel. Padahal sudah menginjak di tahun kelima. Ah, sudahlah. "Dewi nggak capek jalan kaki?" "Nggak, kan rumahnya deket." "Sama dong, Alka juga gak capek. Apalagi kalo jalannya balengan sama Dewi, sumbel enelgi." "Alka bisa aja." "Halus! Buat Dewi, apa sih yang nggak bisa?" Sambil mengedipkan sebelah matanya. Astagfirullah. Di tahun 1994, nampaknya Alka adalah keajaiban yang lahir ke dunia. Semua itu berkat dua Abangnya. Percayalah, Alka ingin seperti mereka. Yang punya pacar dan suka pamer satu dengan lainnya. Lihat saja, besok-besok Alka juga bisa sombong sebab berhasil menggaet kembang desa sekelas Dewi Aliandra. Yeah, walaupun di mata para Abangnya, Dewi bukan selera mereka. Apalah daya kecantikan bocah usia 5 tahun, si kembang desa yang belum mekar ... istilahnya. *** [Alka SMP, Tahun 2004] "Janne!" "Ya, Alka?" "Hape kamu ada blutut-nya, nggak?" "Ada nih, kenapa?" "Nyalain dong, aku pengin transfer data cintaku buat kamu." "Aih, aih, kamu!" Janne meninju lengan Alka. Mereka pun berjalan menuju kantin. Baju biru putih melekat di badan. Rambut Alka disisir acak, dengan tiap ujung rambut yang menyingsing ke langit: Berdiri. Itu keren pada zamannya. Bicara-bicara soal Bluetooth, sekolah elit seperti yang Alka tempati itu tentu tiap muridnya punya ponsel, termasuk Alka. Dia punya hape Nokia 6600 yang baru luncur di tahun 2003, keluaran terbaru. Itu ponsel legendaris dan hanya orang-orang mampu yang bisa memilikinya. Di usia Alka, apalagi tahun 2003, sangat langka anak seusianya punya benda secanggih telepon genggam, tapi menjadi wajar ketika anak-anak sultan yang pegang. Yeah, nggak semua sih. Beberapa ada yang tidak diizinkan main hape oleh orang tuanya, beda sama Alka, dia mah nggak diizinkan juga maksa. Alka punya ponsel keluaran terbaru pun hasil ngepet di kamar Abangnya. Sementara ponsel Abang langsung diganti sama Papi. Huh! Papi pelit kalau sama Alka. Begitu bel jam pelajaran berbunyi, berbondong-bondong siswa memasuki kelasnya, pun dengan Alka. Dia duduk di kursi belakang, biar keren. Katanya sih ya, bangku urutan akhir itu menjadi simbol lelaki jantan. Alka nggak mau duduk di depan, cupu! "Nah, murid-murid ... Ibu mau tau dong cita-cita kalian apa. Boleh, ya? Kita mulai dari depan sebelah kanan. Silakan Sela, apa cita-citanya? Kasih tau temen-temen semua." "Sela mau jadi dokter, Bu!" "Wah, hebat! Kenapa pengin jadi dokter, Sel?" "Supaya bisa nyembuhin orang-orang yang sakit!" "Bagus, bagus. Lalu, Dino ... apa cita-citanya?" "Polisi!" "Alasannya apa, Dino?" "Biar bisa menjarain orang jahat, Bu!" "Wow ... mungkin lebih tepatnya, supaya bisa memberikan keamanan bagi orang setempat ya, Din." Terus begitu, sampai tiba di bagian belakang, paling ujung. "Alka, apa cita-citanya?" "Banyak, Bu!" "Coba sebutkan salah satunya." "Nggak afdol kalo cuma satu, Alka mau tiga-tiganya." "Yeu, Alka kok nawar!" "Hihi." Kira-kira begitu dua respons dari teman-temannya. "Ya udah, boleh. Emang apa saja cita-citanya, Alka?" "Yang pertama, Alka pengin jadi dewasa, biar bisa jadi pengantin sama Ibu." "Ihiy!" "KIW, KIW!" "Alka, itu bukan cita-cita." "Kedua ..." Alka tak mengindahkan mereka, bahkan ibu gurunya. "Kalau Ibu nolak, Alka mau jadi nakhoda aja. Biar bisa mengarungi lautan bareng Sela." "Woi, woi, si Janne mau di ke manain?" "Alka, cita-citanya udah bagus. Tapi alasannya kurang, ya." "Bu, izinkan Alka sebut cita-cita yang ketiga." "Silakan." "Terakhir, Alka pengin jadi sejarawan." "Alasannya?" Bukan guru yang nanya, tapi teman sebangku. "Supaya bisa mengenang mantan selalu." "Hidup Alka si milanisti!" "Hidup!" "Hahaha!" Begitulah kira-kira, kelas jadi ramai gara-gara bocah semprul macam Alka. Bisa-bisanya belajar sambil ngebaper. Sasaran gombalnya bukan cuma mantan, gebetan, apalagi teman seperjuangan, tapi bini orang! Bu guru kan sudah ada pawang. Dasar Alka! Tingkah cunihinnya makin menjadi, ganjennya next level sekali. *** [Alka SMA, Tahun 2006] "Kita putus aja ya, Gi." "Loh, kenapa?" Gisel, teman seangkatan Alka di sekolah BH -- SMA Bakti Husada. Dia adalah pacar Alka sejak minggu lalu, entah kalau besok, sekarang saja sudah diajak jadi mantan. Yang Alka genggam tangannya. "Maaf, Gi. Kamu terlalu baik buat aku." Gisel melepaskan genggaman itu, dia betulkan letak kacamata bacanya. Gisel adalah murid teladan, langganann juara umum, makin merasa jadi juara saat seorang Alkana Reksa Brawijaya menyatakan cinta padanya. Ya, hari itu ... Senin, selepas upacara, Alka yang dihukum sebab tak pakai atribut lengkap memanggilnya. Konon ... "Aku udah merhatiin kamu dari lama. Gisel, kan? Anak IPA 1." Dan hari itu juga Alka ngajak jadian. Gisel terlalu lugu untuk Alka yang super buaya. Namun, banyak yang mau. Alka itu primadona. Siapa sih, yang nolak pesona seorang Alka? Ganteng? Iya! Keren? Banget! Kaya? Ow, jangan ditanya! Prestasinya? Mirip-mirip lah sama Gisel, bedanya: Gisel perlu belajar biar makin pinter. Alka mah nggak, dia diam saja nilainya bisa 100. Hebat, ya? Tapi, nggak bisa mengalahkan Gisel, sebab Alka adalah pemalas. Sering bolos. Langganann guru BK juga. Jenius juga nggak guna kalau buruk lintas jejaknya, kan? Begitulah Gisel menerima Alka. Pikirnya, kalau Gisel jadian sama Alka, siapa tahu Alka bisa berubah. Lalu sekarang ... "Aku yang terlalu baik, atau kamunya yang udah bosen? Jujur aja, Al." "Ih, sumpah deh, Gi. Kamu yang terlalu baik. Apalagi kita mau Ujian Akhir Sekolah, kan? Kamu harus rajin belajar, aku nggak mau ganggu prestasi kamu." "Aku gak pa-pa kok. Pacaran sama kamu nggak bikin nilai aku ancur, Al." "Nggak, Gi. Nggak. Kalaupun mau pacaran, kamu harus cari yang lebih baik dari aku." "Kenapa, sih?" "Karena aku udah jadian sama Ajeng. Emangnya kamu mau dimadu? Aku sih--" "Berengsekk!" Bertepatan dengan hujan lokal yang Gisel ciptakan, dia guyur wajah Alka dengan minuman di gelasnya. Berhubung mereka sedang di kantin, jam istirahat. Gisel pun enyah dari sana. Dia pikir Alka mengajak kencan, eh ternyata minta udahan. Ah ... Alka mengusap wajah. Sudah didugong. Dia pasti kena guyur lagi. Yeah, daripada ditampar. Walau harus jadi pusat tertawaan teman se-geng-nya. Kantin itu sepi, sengaja, khusus Alka sewa untuk mutusin pacarnya. Kawasan kantin pun dijaga oleh personil geng-nya. Tentu, Alka bayar mahal mereka. Masing-masing dikasih dua ribu. Percayalah, dua ribu di tahun 2006 itu bisa beli es teh empat biji. Begitu selesai, Alka cabut ke kamar mandi. Kantin pun dibuka kembali. Jangan khawatir, riwayat jomblo Alka hari ini pun hari-hari biasa, tak akan bertahan lama, malah nggak ada satu detik pun Alka jomblo hari itu. Tentu, soalnya Alka sudah jadian sama Ajeng di sebelum dia putuskan Gisel. Alka mah gitu. Perempuan yang Alka tembak juga mau-mau saja. Lagian rugi dong kalau nolak Alka. Pacar material gitu mana bisa ditolak masa! Walau hati cedera taruhannya. Makanya ... Gisel terlalu baik, kan? *** [Alka 25 Tahun, di Tahun 2014] "Bang, besok Alka ikut muncak, ya." "Izin dulu sama Papi." Mau dikata dewasa pun, Alka tetaplah anak bungsu. Kesayangan Mama, kebanggaan Papa. Itulah Alkana Reksa Brawijaya. "Pi, Alka ikut muncak sama Abang, ya." "Bilang sama Mami sana!" Tuh, kan. Gitu saja terus sampai Alka bisa bertelur. Astagfirullah. "Mi, Alka pengin ke gunung. Boleh, ya? Mau muncak sama Abang." "Di gunung nggak ada mall loh, Sayang." "Kan niatnya juga muncak, bukan shopping, Mi." "Maksud Mami, di gunung nggak ada tangga jalan kalo Alka capek naiknya." "Lebay," sahut Bang Ares, kakak Alka nomor wahid. Yang paling pengin Alka mandiri. Eum ... setidaknya, berhenti dimanja sama Papi dan Mami. Padahal waktu kecil nggak kayak gini. Yeah, semua itu gara-gara Alka gagal jadi pangais bungsu. Ternyata Mami mereka keguguran hingga diangkat rahimnya. Membuat Alka paten jadi anak terakhir turunan dari pasangan Jayawijaya dan Rinjani. "Umur Alka berapa sih, Mi? Dua puluh lima loh, dua puluh lima." "Ya udah, hati-hati--" Yang langsung Alka cium pipi sang Mami sambil bilang, "Thanks, My Queen." Ekhem! Itu dehaman Papi. Alka terkekeh. Segera dia meluncur ke kamar bersiap untuk muncak nanti bareng para abang. Meski demikian, imej Alka di tempat kerjanya tidak begitu. Dia tegas, dewasa sesuai usia, cukup disegani sebagai pimpinan anak perusahaan milik Papinya. Lain kalau di rumah, lain lagi saat bersama pacar atau gadis incaran. Kalau kata Bang Ares sih, daripada direktur di kantor cabang, Alka lebih cocok jadi aktor. Aktingnya sekelas sama Lee Min Hoo. Yang mana hari itu ... tiba saat Alka muncak dengan Bang Ares, Bang Archi, juga teman-teman mereka, di sebelum naik ke gunung, Alka izin nangkring di warung dulu. Mereka masih di tahap awal sebelum muncak. Masih banyak yang siap-siap. Alka sih milih tebar pesona di warung sambil pesan kopi biar terkesan makin laki. Meski ada yang lebih bisa menaikkan kesan 'manly' bagi seorang lelaki yakni ... rokok (berdasarkan argumen dari para perokok). Namun, Alka paling anti sama asap dari nikotin itu. Dia memuja kesehatan demi kebugaran tubuh yang makin terlihat jantan, bibir pun akan seksi dengan warna merah ketimbang hitam, alhasil Alka blacklist rokok dari daftar pencitraan. Uh, yeah. Di sanalah Alka sekarang. Ngopi santuy sebelum gaskeun ke atas Gunung Salak. Yang mana saat itu ... sekilas ... Alka melihat bidadari! Ya ampun, kok cantik banget yang lewat tadi? Siapa, tuh? Ke mana dia pergi? Gila, sih. Alka sampai berdiri, mencari-cari. Tanpa sadar, begitu dapat, Alka ikuti. Cantik. Cantik banget. Detik di mana gadis itu berhenti, Alka pun cukupkan langkah kaki. "Hai?" Menyapa adalah hal yang Alka lakukan pertama kali. Lalu tersenyum di saat perempuan itu unjuk gigi, cantik, senyum pepsodennya juga menawan. Di kantor nggak ada nih yang kayak gini. Makanya, wajib Alka perjuangkan! Kalau perlu sampai titik darah penghabisan. "Rombongan mana, nih?" Perempuan itu menunjuk gerombolan orang-orang. "Oh, ya. Namanya siapa?" "Nia, Kak." "Oh, Nia toh. Pantes." Alka senyum supaya pesonanya semakin bertabur dan sampai di Nia. "Aku Alka." Mereka pun berjabat tangan. "Nia cantik banget." "Masa, sih?" "Serius. Cantiknya tipe aku banget." Nia pun tertawa. Menatap Alka jenaka. Yang kemudian tatapan Nia menajam. Apalagi saat Alka bilang, "Aku belum pernah liat cewek secantik kamu, boleh aku minta nomor hapenya?" Nia senyum. Tatapan tajamnya melebur. "Boleh aku perkenalkan diri ulang?" "Why not?" Alka mempersilakan. Kembali berjabat tangan. Katanya, "Aku penyihir." Hal yang membuat Alka mengerjap beberapa saat sebelum kemudian dia tertawa. "Duh, Nia ... Nia. Kamu lucu juga, ya? Humoris. Suka, ih." "Nggak percaya?" Tawa Alka belum reda. Menatap Nia. "Kamu pikir aku umur berapa, Nia? Dua puluh lima." "Aku dua ratus tahun." "Astaga, Nia. Hahaha!" Alka pupus jejak air mata tawanya. Asli, geli banget. Kayaknya Nia punya bakat lawak yang patut Alka acungkan jempolnya. "Sengaja, ya? Biar nggak kasih nomor hapenya ke aku?" Nia diam. "Kalo nggak mau, bilang aja. Kan jadi keliatan konyol, Ni." "Iya, nggak mau. Aku nggak mau kasih nomor hape ke cowok kayak kamu." "Gimana?" "Nggak sudi." "Wah ... wah ... cantik-cantik kok bibirnya julid? Minta dicium, ya?" Begitulah Alka. Bahkan di saat penyihir itu berkata, "111 hari, itu masa perbaikan diri yang aku berikan untukmu. Jika tidak, atau melewati batas waktu, Demi Langit dan Bumi, aku mengutukmu! Di esok hari, 112, kamu akan terbangun dalam wujud bayi angsa." Hah? Waktu berlalu sampai Alka berhasil menelan ludahnya di detik otak selesai mencerna apa yang baru saja terjadi. "Orang gila." Yang Alka tinggalkan sosok Nia di sana. Dirasa sudah tak menarik lagi. Cantik juga buat apa kalau nggak beres otaknya. Iya, kan? Ngaco. Dan Nia terlalu nyata untuk dikata 'makhluk astral' oleh Alka. Sama sekali tak ada tanda-tanda Nia adalah bagian dari golongan tanda kutip sejenis ... hantu, misalnya? Apalagi penyihir. Hilih! Walaupun anak mami, tapi 25 tahun tidak membuat Alka percaya takhayul! Apalagi dongeng. Gila saja, memangnya dia hidup di zaman apa? Ini kan 2014! Terlebih saat Bang Ares meledeknya dengan, "Abis godain cewek yang mana lagi, tuh? Cakep kayaknya." Alka mencibir. "Cakep sih. Sinting juga iya." "Kenapa, tuh? Ditolak, ya? Haha!" "Yuk ah, berangkat!" Bang Archi memberi aba-aba. Adalah hari di mana Alka memulai pendakian, tanpa pernah tahu bahwa hari itu ... adalah hari pertama di hitungan 111 harinya. *** N O T E: Hayuk follow akun Dreame/Innovel aku, biar dapet pemberitahuan kalo aku up cerita baru. Gratis kok follow mah :) Tap love juga kalo suka sama ceritanya, ya. Komen juga boleh biar semangat. Thank u.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD