"Kala kita tak lagi memiliki opsi, hanya bisa pasrah dan berserah." __ IMMDH __ Sheilanda Khoirunnisa.
Entah untuk yang ke berapa kali. Aku sudah berhenti menghitung. Aku hanya bisa duduk diam menatap suamiku yang tertidur, bertemankan Haidar yang bergerak aktif di dalam sana. Anak itu selalu mengerti. Selalu tahu kapan ia harus aktif seperti ini demi menenangkan hatiku yang diselimuti ketakutan besar.
Sayang, Bunda takut. Sangat takut.
Bunda dan Ayah sudah tidak sabar ingin bertemu kamu. Tapi Bunda takut jika saja ....
Tidak, kan, Sayang? Bunda ingin kita berkumpul, bertiga. Semoga pikiran buruk Bunda tidak benar. Bunda ingin berpikir positif tentang segala hal. Namun pikiran - pikiran buruk itu seperti kaset rusak yang berputar secara otomatis dalam otak Bunda.
Maafkan Bunda karena memiliki pikiran seperti ini. Bunda akan berusaha yakin, kamu akan segera lahir, sehingga kamu dan Ayah sempat bertemu.
Ayah adalah orang paling mengagumkan yang pernah Bunda temui di dunia ini, Sayang. Maka dari itu, kalian harus bertemu.
"Dara."
Aku segera mendekat. Lega rasanya Mas Hasbi sudah bangun. "Apa yang Mas rasain sekarang?" Pertanyaanku tak pernah jauh - jauh dari ini setiap kali Mas Hasbi mengalami kondisi yang sama.
Dulu aku selalu membawa Mas Hasbi ke rumah sakit. Aku berpikir di sana Mas Hasbi akan mendapatkan perawatan yang akan membuatnya sembuh. Tapi akhir - akhir ini tidak lagi. Mas Hasbi tidak mau. Katanya sisa uang kami lebih baik digunakan untuk persalinanku nanti.
Kami bukannya menyerah. Hanya saja saat ini setiap pengobatan yang dijalani Mas Hasbi terasa sia - sia. Keadaan suamiku sudah terlalu lemah. Setiap obat oral yang masuk selalu ia muntahkan kembali. Hanya obat melalui suntik yang bisa masuk.
Dulu kami memanggil perawat untuk membantu memasukkan obat suntik itu. Tapi sekarang juga tak lagi. Aku sudah mahir melakukannya sendiri pada suamiku. Bahkan aku sudah ahli dalam memasang infus, juga memasang keteter urin.
Awalnya aku menolak keputusan Mas Hasbi untuk melakukan perawatan di rumah seperti ini. Tapi lama-lama aku hanya bisa diam dan menerima. Kondisi kami baik secara fisik, mental, dan ekonomi, tak lagi mampu untuk melakukan semua itu.
Kami punya asuransi kesehatan. Tapi jumlahnya telah mencapai limit. Sudah lama biaya pengobatan Mas Hasbi tak bisa di - cover lagi.
"Dara," panggil Mas Hasbi sekali lagi.
"Kenapa, Mas?"
"Aku pengin ngomong sesuatu. Tapi kamu jangan marah."
Perasaanku tak enak tentu saja. Aku tak suka tiap kali Mas Hasbi seperti ini. "Ngomong apa, Mas? Kenapa aku harus marah?" Aku berusaha tersenyum. Namun dari nada bicaraku, terdengar jelas bahwa aku sedang kesal. Dan aku yakin Mas Hasbi menyadari itu.
Mas Hasbi tersenyum. Senyum yang akan selalu kusuka sampai batas waktu tak terhingga. "Janji nggak bakal marah?"
Ya Allah, Mas Hasbi tahu aku sedang kesal. Dan ia malah bertanya sekali lagi seperti ini. Sayang, apa pun kelakuannya yang membuatku kesal, bukan membuatku membencinya, justru semakin memupuk perasaanku padanya, dan membuatku ... semakin tak rela melepasnya.
"Nggak akan marah, Mas," jawabku lagi.
Mas Hasbi mengangguk. Dari tatapannya, ia terlihat bangga dan kagum. "Dara ... setelah aku pergi nanti, setelah Haidar besar, kamu ... harus menikah lagi."
Astaghfirullahaladzim .... Ya Allah, aku mengucap istighfar tiada henti dalam hati. Air mataku menetes tak terkontrol. Dadaku rasanya sungguh sesak. Tidak ... Aku tidak akan menikah lagi. Aku segera menggeleng tanpa ragu.
Mas Hasbi terlihat kecewa. "Kamu harus menikah lagi, Dara. Kamu masih muda. Kamu nggak mungkin menjanda selamanya setelah ditinggal mati oleh suami kamu."
Aku kembali menggeleng kasar padanya. Aku tidak akan menikah lagi. Tidak akan pernah!
"Dara, menikah adalah separuh dari agama. Dengan menikah, kamu akan mendapat banyak sekali pahala. Orang yang menikah, lebih mulia derajatnya di mata Allah, dibanding orang yang memutuskan untuk membujang. Makanya, seorang janda atau duda, disunahkan untuk segera menikah lagi. Kamu nggak mau menjalani sunah Allah?"
Pernyataan dan pertanyaan dari Mas Hasbi sungguh membuat hatiku tertohok. Namun aku tetap tak mau mengiyakannya. Aku masih menggeleng tanpa keraguan.
"Kamu hanya perlu waktu untuk berpikir," lanjut Mas Hasbi.
"Nggak, Mas. Aku nggak perlu waktu untuk memikirkan apa pun." Aku segera mendekap tubuh kurus dan ringkih suamiku. Kini aku bisa mendengar detak jantungnya yang memburu. Sebuah tanda, bahwa ia sendiri merasa takut, juga tak rela melepasku untuk bersama orang lain setelah kepergiannya nanti. Bahkan di antara ketakutan dan kesakitannya yang begitu besar, Mas Hasbi masih berusaha keras menjadi imam yang baik.
"Aku pernah baca di sebuah hadis mas. Bahwa seorang istri kelak di surga akan bersatu dengan suami terakhirnya. Apa itu berarti jika aku menikah lagi, aku nggak akan bersama dengan Mas nanti di sana? Aku nggak mau mas. Aku mau kita tetap sama - sama, baik di dunia atau pun di akhirat kelak."
"Dara ... Allah maha tahu, Dara. Semua yang akan terjadi nanti, kita semua nggak ada yang tahu. Semua hanya misteri."
"Bisakah ...." Isakku semakin hebat. "Bisakah ... kita memilih untuk bersama selamanya? Bisakah kita nggak berpisah? Bisakah ... kamu nggak pergi?"
"Seandainya saja ... seandainya saja kita punya opsi itu."
~~~~~ IMMDH - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~
Masya Allah Tabarakallah.
Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Murmuring. Mau tahu kenapa dikasih judul Murmuring? Ikutin terus ceritanya, ya.
Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.
Mereka adalah:
1. LUA Lounge [ Komplit ]
2. Behind That Face [ Komplit ]
3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]
4. The Gone Twin [ Komplit ]
5. My Sick Partner [ Komplit ]
6. Tokyo Banana [ Komplit ]
7. Melahirkan Anak Setan [ Komplit ]
8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]
9. Asmara Samara [ Komplit ]
10. Murmuring [ On - Going ]
11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]
12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]
13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]
14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]
Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.
Cukup 1 kali aja ya pencetnya.
Terima kasih. Selamat membaca.
-- T B C --