.
.
.
Mobil melaju dengan cepat, sunyi didalam mobil tentu tidak ada pembicaraan kedua orang didalamnya, Nata juga tidak niat berbicara walau sebenarnya dia tidak sependiam itu. Nata hanya menatap jalan, melihat banguan-bangunan indah yang dilewati, sesekali ban mobil menyimpratkan air ke sesi lainya ketika menginjak genangan akibat derasnya hujan. Bahkan beberapa ruas jalan yang dilaluinya tergenang banjir akibat saluran yang tertutup sampah.
.
.
Mobil terus melaju hingga beberapa saat kemudian mobil benar-benar berhenti, saat Nata melihat keluar terjadi kemacetan, tentu ini pemandangan biasa. Setiap ada hujan di pagi hari pasti akan berakhir dengan macet, ntah itu karena genangan kecil atau banjir pasti menyebabkan lalu lintas padat.
.
.
Nata terus menatap keluar menunggu dengan sabar, walau perjalanan nya ke mall terdekat tidaklah jauh, mungkin dia akan jadi pelanggan pertama mereka karena dirasa masih pagi.
.
.
Seketika lamunan nya ambriar saat mendengar suara supir “ nona jalanan banjir sepertinya akan lama, karena dibuat pengaturan lalu lintas diluar sana. “berapa lama? Tanya Nata.
“tidak tau pasti di map dikatakan 2 jam , ditambah ada kecelakaan lalu lintas, ucap supir itu kembali.
.
.
.
“binggo keadaan mengdukung ku pikir Nata”.
“lalu kamu meminta aku menunggu dua jam didalam mobil tanpa pasti ini? tanya Nata dengan suara agak tinggi. Sedang kan mallnya itu, Nata menunjukan puncak mall yang terlihat pada supir.
“saya bisa apa ini macet bukan kesalahan saya ucap supir tidak ingin disudutkan.” “Ya harunya kamu pilih jalan yang tepat ucap nata lebih keras.
.
.
“aku mau turun disini ucap Nata mencuri kesempatan yang ada sambil mebuka pintu mobil yang memang tidak dikunci dari depan, ini merupakan kesempatan Nata untuk kabur begitu merasakan pintu mobil dengan mudahnya terbuka.
.
.
Segera Nata turun sambil mengambil tasnya dengan cekatan ,”nona tunggu dulu, saya harus melapor tuan Rangki dulu, saya haru izin ucap nya keras, namun Nata tidak peduli segera menutup pintu mobil dengan keras lalu berlari melewati beberapa motor yang berhenti karena macet bener-benar diam tidak bergerak.
.
.
Sopir pun ingin keluar mengejar namun terhalan oleh bunyi klakson yang memintanya menjalankan mobilnya, yang kebetulan sudah bergerak sedikit.
.
.
“ahhh, shitt, sial, bisa kena amuk tuan Rangki, supir menyumpahi dirinya atas kebodohanya meberi tahu waktu macet. Mobilya melaju dengan pelan hanya beberapa meter, lalu berhenti kembali, dia masih bisa melihat nona mudanya berlari menjauh.
.
.
Saat mobil berhenti dengan sempurna masih dalam keadaan macet, supir menelpon tuannya, dring…. Dring… suara dringan ponsel berbunyi tidak ada yang mengankat. Namun detik berikutnya terdengar suara, ada apa? Ucapnya ketus, Rangki memeng tidak memiliki suara yang ramah pada bawahanya.
.
.
“Nona muda kabur, saat kami terjebak macet ucap nya tegas” kau ini kerja begini saja tidak becus ucap suara di seberang sana. Kirim kan saya lokasi mu, ucap Rangki dengan keras, mungkin bisa meledak kan dunia disekitarnya ketika mendengar suara Rangki.
.
.
.
Ray yang berada disekitar Rangki ikut terkejut, dan dia sudah tau apa yang terjadi tanpa harus di jelaskan.
.
Sesaat kemudian Rangki mendapatkan alamat dan itu alamat di pusat kota, tentu kawasan rawan macet. Ray, pangil Rangki “ segera gerakan pasukan untuk mencari Permata Nata ku, jangan sampai lolos kali ini kalau tidak kalian semua tidak dapat gaji bulan ini, ucap Rangki tegas.
.
.
Baik bos , ucap Ray dengan segara, dia tidak ingin berdebat dengan Rangki disaat begini, tentu akan memperburuk suasana. “aku sendiri yang akan menghadiri rapat hari ini, kamu harus menemukan Nata sebelu siang ini ucap Rangki seolah-olah tidak ingin dilawan. Siap bos ucap Ray lalu pamit pergi sambil memangil beberpa nomor mengatur orang untuk mencari Permata Nata.
.
.
.
Disisi lain Nata sedang berlari dengan kencang, seperti dikejar syetan. Pagi ini dia mengunakan pakaian yang sopan yang disediakan Rangki untuknya, dia memilih kemeja lengan pendek dan celana kain panjang, dan memakai sepatu cat sehingga memudahkan nya dalam misi pelarian.
.
.
Bukan mall yang di tunjuk tadi melainkan Nata masuk ke deretan toko yang ditemunya, melihat ada toko pakaian wanita, masuk dengan santai, dan pelayan toko menyambutnya dengan antusias, karena ini p*elanggan pertama mereka.
.
.
Selamat Pagi nona ada yang bisa saya bantu ucap salah satu pelayan toko baju muslim itu.
Nata langsung mengangguk dan mengutarakan pendapatnya “ saya mau baju muslim, baju warna hitam lengkap dengan cadar, ucap Nata, saya mau 5 dengan warna yang sama ucap Nata.
.
.
“silahkan lewat sini nona, kita punya potongan diskon jika anda mengambl 6 baju, hitungan nya grosiran ucap pelayan toko itu dengan ramah, sambil memperlihatkan salah satu koleksi baju mereka.
.
.
“boleh saya mencobanya ? tanya Nata sambil mengambil baju tersebut dan mengamatinya.
“tentu, memang harus dicoba biar tau cocok atau tidak untuk ukuran Nona ucap pelayan toko dengan ramah.
.
.
Sambil berjalan menunjukan Ruang ganti. Nalu Nata masu kesana, dan mencoba baju tersebut, tidak perlu mebuka semua baju, dia cukup menambahkan baju gamis itu, cukup pas dengan ukuranya, dan dia juga memakai cadar yang sempurna di berikan oleh penjaga toko, terlihat sangat cocok untuknya. “dengan begini siapa yang kenal Permata Nata ucapnya lalu terkekeh-kekeh tertawa. Seakan-akan merasa dirinya sudah berhasil.
.
.
.
Sesaat kemudian dia keluar setelah melepaskan baju tersebut dan meminta pelayan toko membungkus semua, dengan total harga tidakak lah murah, untung saja duit merah segepok tadi masih cukup. Nata sangat tau konsekuensi jika dia mengunakan kartu black pemberian tuan Rangki, itu pasti akan keluar laporan pembelian dan sedetik kemudian dia akan tertangkap, sehingga dia menunda mengunakan kartu itu.
.
.
Setelah membayar semua belanjaanya termasuk tas, dan sepatu beserta kaoskaki dan sarung tangan dibelinya di toko muslimah ini.
.
.
Selanjutnya Nata meminta izin pada penjaga toko untuk menganti pakaian nya. Tentu penjaga toko mengizinkan dan Nata segera memakai kembali ruang ganti. Kembali mengunakan baju muslim, lengakp dengan kaoskaki, dan sarung tangan hitam, terakhir menambahkan cadar, jadar yang dipilihnya cukup tertutup, tertutup dahi juga yang terbuka hanya sedikit mata.
.
.
Melihat tampilan nya dicermin serasa tidak percaya, memakai begini padahal ini buka stelan yang dia inginkan, namun tidak punya pilihan lain, “mungkin ini hidayah yang harus aku terima,” ucap Nata pada diri sendiri sambir tersenyum yang senyumnya tidak terlihat di cermin karena memakai cadar, namun matanya sedikit menyipit menandakan ekspresi senyum.
.
.
Semua sepatu dan tasnya di bungkus dengan rapi lalu dimasukan dalam kantong belanjaan yang dibelinya tadi. Nata juga membeli tasbaru, untuk memudahkanya menyimpan beberapa keperluan agar tidak perlu mengeluarkan barang yang pernah dilihat Rangki pagi tadi, dia cukup tau Rangki cukup teliti terhadap semua hal yang dia punya.
.
.
.
Nata melangkah keluar dari toko dengan semangat baru kepercayaan diri baru dan dirinya yang baru, berjalan tanpa ketakutan, menikmati indah kota tanpa harus kawatir dirinya dikenali, kini tidak ada yang bisa mengenalinya siapapun tidak akan.
.
.
Waktu terus berjalan, diliriknya jam hampir tengah hari aku mulai lapar ucapnya, berjalan pelan tanpa dirasa langkah kakinya sudah berada tepat di depan restoran Rangki. Namun dengan penuh percaya diri dia masuk, terlihat ramai disana karena hari mulai siang banyak ayang akan makan siang, sedang kan Nata baru akan merasakan sarapan paginya.
.
.
Restoran ini mempersilahkannya masuk, pintu dibuka oleh penjaga. Dirinya bersegera memilih kursi yang kosong yang kebetulan dekat dengan lobby utama gedung ini.
.
.
Nata rasanya seperti masuk kekandang singa, tapi dia ingin menguji dirinya sendiri, dirinya harus berani, jika terus bersembunyi dia tidak akan mendapatkan tempat didunia ini. walau dia bersembunyi dalam balutan cadar.
.
.
Pesanan makan siangnya datang, dia memilih makanan yang tidak begitu berat, mengingat dirinya belum sarapan, ini membuat perutnya mual. Dengan menu bubur ayam saja cukup ditambah the tawar. Menu ini biasa dipesan orang di pagi hari namu Nata masih beruntung masih mendapatkanya di siang hari begini. Biasanya sudah habis jika sudah siang.
.
.
Saat makanan disajikan, Nata mulai kebingungan memakanya, karena tidak terbiasa dengan cadarnya, namun dia berusaha mengankat pelan sendok sambil menyibaksedikit tutupan wajah nya lalu menyuapi dirinya perlahan, dan berhasil masuk,, “ahh Cuma begini ternyata tidak serumit yang aku bayangkan, Nata membatin. Disaat dia sedang menghabiskan buburnya dengan santai dan damai, terlihat Rangki keluar dari ruang meeting di restoran itu bersama koleganya, mengantarkan koleganya sampai kelobby utama melewati Nata yang terpaku menatap kepergianya.
.
.
.
Sesaat kemudian Rangki berbalik sambil memainkan ponselnya lalu terlihat seperti sedang menghubungi seseorang. Rangki tidak menyadari ada yang mengamatinya. Ponsel di tempatkan ditelinganya, sesaat kemudian terdengar ucapanya sedikit berteriak “ bagaimana kamu sudah menemukanya? Ini sudah siang kecam Rangki dengan gemas sambil meninju pelan meja kasir yang ada disekitarnya, penjaga kasir sempat terkejut melihat betapa kerasnya ucapan Rangki.
.
.
.
Nata tersenyum dalam balutan baju muslim dan cadarnya, aku menyukai baju ini batin Nata berucap. Selamat tinggal tuan Rangki, carilah aku dan aku pastikan kamu tidak akan menemukan ku, dan aku tidak akan jauh darimu, aku akan ada terus disekitarmu membuatmu tidak akan pernah menemukan ku patin Nata. Kali ini aku yang akan mengawasimu . lalu nata tersenyum dan meminum teh hangat yang sudah disajikan untuknya sedari tadi.
.
.
.
Melihat betapa labil nya Rangki ketika mengetahui dirinya belum ditemukan membuatnya sangat bahagia, rasakan pembalasan ku.