Rangki semakin frustasi dengan dirinya.. melangkah dengan linglung dan sedikit mabuk,,,,
Ray yang melihat tidak beres dengan bosnya segera mengikutinya saat Rangki akan melangkah kelaur dari apartemenya.
“Arya aku tinggal ya, kamu urus semuanya, ucap Ray dengan cepat lalu melangkah keluar… Arya yang siaga hanya menjawab ok, akan kunikmati sendiri. Lalu tertawa ha..ha..ha..hhaa..haha… kalian tidak seru kawan ucapnya lagi, sambil melihat para gadis yang mengodanya, dan dirasa ngeri ditinggal sendiri berasama empar para gadis ini.
.
.
Ray mengikuti Rangki dari belakang,, “ Tuan biar saya yang menyetir, kamu terlihat mabuk sekarang,,, ucap Ray dengan berani.. lalu tanpa membantah Rangki melempar kunci yang segera ditangkap oleh Ray.
.
.
Lalu keduanya melangkah kelift dan turun sampai kelantai basement.
.
.
.
Mereka berjalan melewati beberapa blok parkiran hingga sampai di parkiran mobil.
Keduanya masuk kedalam mobil, Rangki duduk disamping supir dengan lesu.
.
.
Ray yang melihatnya prihatin, namun tidak berucap kata dia hanya fokus mengemudi.
.
.
“Aku tersiksa ucap Rangki,,, biasanya aku tidak begitu pemilih asal bisa menuntaskan hasratku sudah cukup, kamu sudah tau kan memastkanya lagi pada Ray.
.
.
Aku mengenal kamu lebih dari cukup ucap Ray .
.
.
Sungguh aku terkejut hari ini kamu berlaku begini,, ucap Ray prihatin.
.
.
.
Aku terus menginginkan Permata Nata,, ucapan nya lesu… apakah ini baik atau buruk aku tidak tau ucapnya lagi.
.
Alando memintaku menemui piskiater kenalanya, katanya ini bisa jadi penyakit mental ucap Rangki kembali.
.
. Ray yang mendengar sedikit terkejut namun dia berusaha tenang sambil menyetir..
.
.
.
Mungkin kamu butuh istirahat ucap Ray, atau ini bagus untuk mu tidak perlu menderita dengan kondisi seperti sebelumnya, terlalu bersemangat saat bercinta dengan siapa saja kamu bisa, dan harus setiap malam nyelesaikan nafsu mu yang berlebihan itu, ucap Ray sambil senyum-senyum.
Mungkin ini ada baiknya demi kesehatan kamu ucap Ray kembali. .
.
.
“tapi aku bukan mereda insting laki-laki tapi hanya tertarik pada Permata Nata, aku takut dia tidak akan mampu dengan ku, aku merasa kasihan sama gadis itu. Namun jika aku tidak mendekatinya aku yang tersiksa.. aku harus bagaimana Ray. Ucap Rangki mencari solusi.
.
.
Mobil terus melaju, memecah kesunyian malam….
.
.
.
Aku tidak bisa menolong, kamu harus belajar menahan dan mengendalikanya, atau ikuti saran Alando.
.
.
Ray terus mengemudi, sambil sesekali melirik Rangki yang terkulai lemas di sisi kursi penumpang bagian depan.
.
.
Ini kita kemana? Tanya Ray,,, ketika ingin tau tujuan bosnya yang juga sekaligus sahabatnya.
“pulang”
.
.
“kemana” memastikan kembali.
.
.
Aku mau memastikan sama Pemata Nata.
.
.
“baik… Ray menginjak gas dengan kecepatan penuh.
.
.
.
Mobil masuk ke perumahan elit,, rumah berlantai 2 dengan kapling besar-besar terlewati, hingga di penghujung blok terdapat rumah Rangki, dan mobil berbelok ke blok yang dituju.
.
.
Tin.. Tin.. suara klekson mobil dibunyikan dua kali, ini kebiasaan Ray, sehingga yang buka sudah sangat hapal yang mengemudi pasti Ray.
.
.
.
Mobil masuk saat gerbang sudah terbuka, lalu Ray kembali menekan klakson mobil nya sekali lagi “tin” sambil menurunkan kaca dan memberi hormat pada penjaga, itu sudah kebiasaan Ray etikat baik saling menghormati, walau posisinya jauh diatas pekerja itu.
.
.
Rangki turun saat mobil sudah diparkir dengan sempurna.
.
.
Kini dia sangat bersemangat.. saat turun dia sempat bilang, Ray gunakan kamar tamu malam ini, tidak perlu pulang, kamu juga minum tadi. Ucap Rangki penuh kesadaran.
..
.
.
“baik tuan, hati-hati dengan tindakan mu, mengingatkan Rangki kembali, karena Ray melihat kondisi Nata terakhir kali saat bertemu di restoran waktu itu.
.
.
Rangki hanya tersenyum penuh semangat.
.
.
.
.
Rangki membuka pintu rumahnya, dengan keadaan sedikit mabuk, namun penuh semangat.
.
.
Mengayunkan langkahnya, menaiki tangga, melewati beberapa ruang lalu berakhir di ruang kamar nya.
Pintu kamar dibuka, memasukinya perlahan-lahan, menutup kembali, tanpa menyalakan lampu melangkah pasti dalam remang-remangnya malam. Memastikan langkahnya tidak bersuara, saat membuka pintu tadi dia sudah memastikan Permata Nata ada di kasur sedang berbaring, dengan selimur menutupi sampai lehernya.
.
.
Terus melangkah perlahan-lahan, lalu dengan perlahan-lahan masuk kedalam selimut Permata Nata.
.
.
.
Menyusup dalam selimut Permata Nata, perlahan-lahan memeluknya, mencium curuk leher nya, “kamu Wangi Permata Nata ku , ucap Rangki.
.
.
Nata masih dibuai dalam mimpi indahnya,, tidak sadar ada yang menyusup memeluknya.
.
.
Baru memeluknya, melepaskan kerinduan yang dirasa sepanjang malam ini. menghirup wanginya Permata Nata dengan hirupan nafas panjangnya, menikmati setiap sensasi wangi yang ada pada Nata.
.
.
.
Memeluknya begitu juga cukup menyiksanya, karena yang dibawah pusatnya ikut beraksi. Kini berdiri tegak serasa siapu untuk dirinya mengauli Nata.