prologue
Deru angin menjadi satu-satunya sumber suara yang menemani dua wanita itu. Awan semakin gelap dan dalam hitungan menit sepertinya akan turun hujan.
"Jagalah semuanya Ris. Kakak percayakan semuanya kepadamu."
Risa menggeleng. "Tidak kak. Jangan tinggalkan aku sendirian."
"Tidak Risa. Kamu satu-satunya harapan Ibu."
"Kakak tau Ibu sangat membenci. Aku mohon, jangan tinggalkan aku sendiri," ia memohon pada kakaknya itu. Digenggamnya tangan itu erat seakan takut kapan saja akan terlepas darinya.
Tapi sekuat apapun dia memohon, sebanyak apapun dia menangis dan menjerit, sosok itu akan tetap meninggalkannya. Karena apa yang ditakdirkan pergi maka akan pergi.
...
Genggaman pada tanah basah itu mengendur. Rintik hujan baru mulai berhenti. Sosok tegap yang memakai baju serba hitam itu bangkit. Dipandanginya kuburan yang masih baru itu. Namun sama sekali tak ada sorot kesedihan diwajahnya.
"Bahkan senyumku tidak layak untukmu. Jadi biarlah seperti ini. Selamanya aku akan membenci kalian. Sean, Riana."