Bab 8

1235 Words
Rhea masih berusaha untuk mengalihkan tatapannya dari wanita cantik yang berdiri di depannya. Sungguh, sebagai seorang wanita saja Rhea mengakui kecantikan Alea. Bagaimana mungkin suaminya masih merasa belum cukup dengan bidadari sempurna yang siap melemparkan diri kapanpun di ranjangnya? Oh, iya.. memang begitulah seorang pria. Mereka tidak pernah cukup dengan satu wanita. Selalu ada yang lain sekalipun yang di depan mata adalah wanita sempurna. Atau.. karena wanita ini sedang hamil? Huh, lihatlah betapa menjijikkan dunia pernikahan. Yang membuat wanita ini hamil adalah Darel sendiri, bagaimana mungkin lelaki itu mencari mainan lain ketika istrinya hamil? Baiklah, Rhea tidak ingin menghujat dosa orang lain sementara dirinya memiliki lebih banyak dosa. “Nyonya..” “Siapa ini?” Jawaban seorang sopir yang baru Rhea ketahui bernama Malik itu dipotong oleh Alea. Wanita itu berjalan mendekati Rhea dengan tatapan tajam. Terlihat jelas ada aura permusuhan di matanya seperti dia memang tahu apa yang terjadi. Sayangnya, Rhea tidak memilih membalas tatapan itu. Rhea justru tersenyum manis sambil menatap wanita itu. Mungkin usia kehamilannya sekitar 6 bulan. Rhea tahu dengan jelas karena dia juga pernah mengalami hal yang sama beberapa tahun lalu. “Rhea? Kamu sudah datang? Kenapa tidak langsung menuju ke kamar?” Belum sempat Rhea menjawab pertanyaan Alea, sebuah suara lagi-lagi terdengar. Rhea mengalihkan tatapan, menatap Darel yang sedang menuruni tangga dengan langkah cepat. Astaga, pria itu terlihat sangat menarik ketika menggunakan celana dan kaos polos berwarna hitam. Berapa usia pria itu? Kenapa dia terlihat sangat muda dan menarik? Otot lengannya terlihat dengan jelas. Bahkan lehernya yang putih dan bersih.. sungguh, Rhea ingin menghisap kulit itu. Meninggalkan bekas indah di sana. Satu hal yang membuat Rhea jadi menahan napasnya, pria itu berdiri tepat di sampingnya, merengkuh pinggangnya dan menempelkan tubuh mereka. Aroma khas pria itu yang tadi tercium di ruangan kantor kembali memasuki hidung Rhea. Membuat tubuhnya meremang seketika. Apalagi ketika tangan Darel bergerak mengusap punggungnya sekilas. Pria itu memang bermain api.. “Apa kamu sudah lama berdiri di sini?” Tanya Darel sambil menatap Rhea. Tidak, Rhea jelas kebingungan dengan apa yang Darel lakukan. Pria itu sungguh menunjukkan di depan istrinya? “Maaf Tuan, dimana saya harus meletakkan tas milik Nona..” “Taruh saja di lantai atas. Aku yang akan mengurusnya sendiri..” Suara Darel terdengar sangat dekat dengan telinganya. Pria itu seakan beribisik padanya.. membuat Rhea kembali merasa kepanasan. Pria itu membangkitkan sesuatu dalam dirinya hanya dengan suara saja? Astaga, Rhea tidak sanggup lagi sekarang.. Dari sudut matanya dia melihat jika sopir yang bernama Pak Malik itu berjalan menaiki tangga sambil membawa koper besar miliknya. “Apa yang kamu lakukan, Darel?” Rhea kembali pada posisi sekarang. Dimana hanya ada mereka bertiga saja di ruangan besar ini. Melihat bagaimana bidadari di depannya melemparkan tatapan permusuhan yang sangat ketara. Wow, dia bisa marah juga ternyata. Selama ini dia selalu dipotret dengan keadaan tersenyum. Tidak pernah sekalipun terlihat marah, membuat dirinya semakin dielu-elukan oleh masyarakat. Rhea memang mendengar betapa semua orang memuji malaikat rupawan yang sekarang sedang berdiri kaku di depannya. “Apa yang aku lakukan? Tidak ada..” Darel menjawab dengan santai seolah tidak ada apapun yang terjadi. Sungguh, Rhea cukup kebingungan. Tapi bukankah dia juga harus mengikuti permainan yang satu ini? “Jangan membuat masalah di rumah ini, Darel. Tidak lagi!” Suara itu terdengar penuh dengan emosi. Rhea memang tidak pernah berada di posisi Alea, menjadi seorang istri yang melihat suaminya membawa wanita lain ke istana mereka. Itu pasti sangat menyakitkan. Tapi, memang beginilah yang harus terjadi.. “Rumah ini? Jika kamu tidak menyukai apa yang aku lakukan di rumahku, kamu bisa pergi” Rhea bersumpah jika suara itu terdengar sangat dekat dengan telinganya. Jadi, untuk memastikan, Rhea menengokkan kepalanya. Dan benar, bibir Rhea bahkan hampir bersentuhan dengan leher pria itu. Membuat semuanya jadi tampak jauh lebih jelas jika di lihat dari bawah sini. Rhea bahkan masih merasakan dengan jelas bagaimana tangan pria itu meremas pinggangnya. Terasa sangat menyenangkan karena dengan cepat getaran rasa nikmat itu bergerak menguasai tubuhnya. Rhea merasakan jika beberapa bagian tubuhnya jadi kepanasan sekarang. Oh ya ampun, Darel adalah pria yang berbahaya. Dia terlalu tampan untuk bisa dilewatkan begitu saja. “Aku sedang hamil, Darel! Bagaimana mungkin kamu melakukan hal ini padaku?” Rhea mendengar jika Darel terkekeh pelan. Satu hal yang membuat Rhea melototkan matanya. Perbuatan kecil yang biasa Rhea lakukan tapi sekarang membuat dirinya kesulitan bernapas. Ketika bibir Darel mendekati dirinya. Mengecup sudut bibirnya dengan cepat. Mengirimkan getaran menyenangkan. Rhea tidak bisa lagi memahami apa yang terjadi. Hanya kecupan singkat. Hanya sentuhan ringan.. tapi rasanya bergitu memabukkan. Membuat Rhea seperti tidak bisa mengendalikan diri sendiri. “Lalu? Apa itu urusanku?” Sungguh, Rhea memang selalu berhadapan dengan lelaki b******k. Tapi baru kali ini dia berhadapan dengan malaikat b******k. Pria ini, apa dia memang seorang malaikat? Masalahnya Rhea memang tidak mengerti sama sekali dengan drama yang terjadi di depannya ini. Menjadi orang ketiga. Menjadi seorang perusak.. Ya, Rhea memang selalu melakukan itu. Selalu membiarkan dirinya terjatuh pada dosa yang sama setiap saat. “Darel!” Rhea mengangkat kepalanya. Melihat bagaimana Alea menatapnya dengan uraian air mata. Oh, kasihan sekali.. Media pasti tidak pernah melihat air mata kesakitan wanita ini. tapi Rhea, dia yang baru pertama kali bertemu dengan Alea langsung bisa melihat kelemahan wanita itu. Orang mungkin tidak tahu bagaimana kacaunya rumah tangga model terkenal ini. tapi Rhea, dia jelas langsung mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara Darel dan Alea. Dua orang yang dipaksa untuk bersama. Ya, mungkin memang begitu. Karena sepertinya tidak mungkin Darel akan membawa simpanannya pulang ke rumah ketika istrinya sedang hamil jika mereka memang saling mencintai. Sepertinya drama keluarga sensasional ini cukup menarik juga. Apalagi Rhea terlibat secara langsung. “Aku sudah pernah mengatakan padamu, Alea. Jangan berharap apapun pada pernikahan ini” Bersama dengan kalimat itu, Rhea merasakan jika pinggangnya ditarik perlahan. Membuat dirinya terpaksa melangkahkan kaki mengikuti Darel. Menaiki satu demi satu anak tangga untuk berjalan menuju lantai dua. Meninggalkan Alea yang berdiri dengan kaku di lantai bawah. Untuk sejenak Rhea tersenyum. Merasa menang dengan apa yang dia dapatkan.. Hingga kakinya melangkah di lantai ini. tempat dimana barang-barang mewah terlidah dengan matanya sendiri. Memang tidak berbeda dengan lantai satu, tapi tempat ini terlihat jauh lebih elegan dengan sentuhan warna hitam. Memanjakan mata Rhea dengan pemandangan indah yang terlihat dari kaca besar transparan yang ada di ujung ruangan. Sama seperti kantor milik Darel, rumah ini juga menggunakan kaca sebagai tembok pembatas. Bedanya, jika di kantor Rhea bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari ketinggian, di rumah ini Rhea bisa melihat taman indah yang berada di luar ruangan. Dari kejauhan sekalipun Rhea bisa melihat banyaknya bunga bermekaran di taman itu. Sangat menakjubkan.. Rhea bahkan secara tidak sadar melepaskan dirinya, melangkahkan kakinya menuju tempat itu. Mendekat pada pemandangan indah tersebut sebelum suara Darel kembali terdengar. Membuat fokus Rhea jadi teralihkan. “Apa yang kamu lakukan?” Suara itu terdengar serak dan dalam. Rhea bahkan sampai memejamkan matanya, membiarkan getaran gairah terus menguasai dirinya. Rhea membalikkan tubuhnya. Menatap Darel yang berdiri bak malaikat kematian. Apa yang terjadi? Kenapa pria iitu terlihat marah? Apa ada yang salah? Bersama dengan langkah Darel yang semakin mendekat, Rhea tahu jika dirinya semakin dikuasai oleh tekanan pria itu. Darel tampak berkuasa. Terlihat keras dan menakutkan. Tapi, bukan hanya rasa takut yang menguasa Rhea, ada hal lain yang sejak tadi terus menggelitik dirinya. Pesona Darel Aldebaran tidak bisa dilewatkan begitu saja. Rhea sadar akan hal itu. “Ah, tidak.. aku hanya ingin melihat ke sana sebentar..” Rhea menjawab pelan sambil menunjuk taman indah yang ada di sudut ruangan. “Ikut denganku. Kamu melihat terlalu banyak, ada beberapa hal yang harus kukatakan” Rhea tidak bisa menahan senyumannya mendengar sapaan Darel yang berubah padanya. Pria itu tidak terdengar seperti berbicara dengan rekan kerjanya. Wow, Rhea memang terlalu cepat menaklukkan pria itu. Tapi untuk yang pertama kalinya, ada perasaan senang yang menguasai dirinya. Ada getaran membuncah yang membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD