bc

Puzzle

book_age16+
232
FOLLOW
1.4K
READ
love-triangle
mistress
drama
sweet
bxg
icy
city
tricky
office lady
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Cinta tidak pernah salah, ia hanya datang pada waktu yang kurang tepat. Aku akan selalu mencintaimu, Blue.

Regards,

Sky

Ellin menemukan kartu ucapan lusuh yang berada di salah satu kantong bajunya. Ia tidak mengerti siapa itu Blue. Ia juga tidak mengenal siapa pengirim kartu itu. Sky, nama yang terdengar familiar, tetapi ia tidak bisa mengingatnya.

Tak hanya satu kartu ucapan saja, ia mulai menemukan lembar surat yang lain. Setiap ia membaca isi surat yang diberikan Sky untuk Blue, kepala terasa berdenyut pusing. Ia bertanya pada Ari mengenai siapa Sky dan Blue, tapi ada luka tersirat di iris coklat sang suami. Apa ia pernah melakukan kesalahan pada masa lalu?

Ellin berusaha mengumpulkan kepingan ingatan yang terserak. Setelah kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya beberapa bulan lalu, segalanya berubah. Mungkinkah ia bisa mencintai Ari atau terjerat dalam lingkaran Sky dan Blue selamanya?

Puzzle, temukan teka-teki dalam kepalamu sendiri!

chap-preview
Free preview
Terlahir Kembali
Kabut tebal masih menyelimuti jalanan dari Puncak ke Jakarta pagi itu. Wanita yang duduk di kursi samping pengemudi mendesah berkali-kali. Ia mengecek petunjuk waktu di pergelangan tangan, lalu mengumpat keras. “Masih terlalu pagi, kamu tidak akan terlambat. Tenang saja, El.” “Hari ini Ari pulang ke rumah. Aku tidak mengecek ponsel semalam.” “Ia sudah tahu. Apa yang kamu cemaskan?” Wanita yang memiliki potongan rambut pendek di bawah telinga itu memejamkan mata rapat. Tersirat ragu di wajah oval dengan bentuk hidung lumayan mancung itu. “Jangan bilang kamu mulai ragu, El!” Tatapan lelaki berambut cepak yang berada di bangku pengemudi agak tajam. Terlalu menusuk. Membuat hati Ellin berdegup tidak keruan. Ia sungguh tidak sanggup menghadapi Ari hari ini. Sebenarnya, ia sadar kalau Ari akan mengetahui segalanya cepat atau lambat. “Kamu bilang ingin ke St. Petersburg, ‘kan? Aku sudah pesan dua tiket ke sana bulan depan.” “Aku tahu.” “Impianmu sejak kecil akan terwujud. Apa yang kamu ragukan?” “Aku hanya merasa—Aruna, awas!” Mobil mereka terbanting ke samping setelah sebuah truk di lajur berlawanan oleng. Sedan hitam yang ditumpangi dua orang itu menabrak pembatas jalan dengan keras. Menghancurkan bagian depan mobil hingga ringsek tidak beraturan. Pecahan kaca mengenai pengemudi yang terlalu kaget dan tidak bisa mengantisipasi. Ia bersimbah darah tidak sadarkan diri, sedangkan kepala penumpang di kursi sebelah kiri terkulai lemah di atas dashboard. Darah segar mengucur dari kepalanya yang terbentur keras. Di ambang kematian, bibir sang wanita bergetar. Ia ingin memanggil seseorang, tetapi tak ada sepatah kata pun yang keluar. *** Hal pertama yang ada di benak Ellin saat ia terbangun adalah langit ruangan yang berwarna putih. Mimpinya selalu sama beberapa hari belakangan—kilatan lampu dan bunyi klakson keras sering membuat kepalanya berdenyut sakit. Ia memegang kepala dengan kedua tangan, memijat pelipis kuat-kuat. Rasanya masih sama seperti saat ia bangun di ruangan rumah sakit dua bulan lalu. “Kamu sudah bangun?” Seorang laki-laki berambut gondrong tampak berdiri di depan pintu kamar. “Aku mendengar suaramu dari bawah,” tambahnya. Ellin mengamati lelaki yang memiliki tinggi cukup menjulang itu. Seberapa kuat ia berusaha mengingat, semua tetap sia-sia. Ia tidak punya ingatan apa pun tentang lelaki tersebut. Sejak Ellin dibawa pulang ke rumah, Ari—begitu nama yang lelaki itu sebutkan—merawatnya dengan penuh kasih. Telaten sekali. “Hari ini, Mbok Lastri libur. Aku sudah buatkan sarapan untukmu. Kamu mau aku bawakan ke sini atau,” Ari berhenti bicara, lalu memandang ragu pada Ellin sebelum melanjutkan, “mau makan di bawah saja?” Ellin mengangguk. “Aku akan sarapan di bawah saja.” Ari mengangkat bahu dan tersenyum ringan. “Baiklah.” Saat tubuh Ari hendak berbalik menuju ke ruang makan di lantai satu, suara Ellin menginterupsi, “Ari.” “Ya?” Ari hanya menengok sedikit, pertanda ia mendengar panggilan singkat itu. Ellin menelan ludah gugup, lalu ia berkata lirih, “Terima kasih.” Tak menjawab ucapan itu, Ari hanya mengangguk dan lekas menyingkir. Saat pintu kamar tertutup sempurna, pandangan Ellin berubah kosong. Ia tertegun agak lama, alih-alih pergi ke kamar mandi. Jika benar Ari adalah suaminya, kenapa ia memiliki sikap yang tidak konsisten? Terkadang Ari bersikap penuh kasih sayang, tak jarang berubah menjadi lebih dingin. Apa yang pernah ia lakukan sebelumnya? Ia benci dirinya sendiri yang tidak mampu mengingat informasi secuil pun. *** Kira-kira dua bulan lalu, Ari setia menunggu Ellin yang tak sadarkan diri di rumah sakit. Lelaki itu begitu sigap membantu Ellin yang terbangun dari tidur panjang seminggu kemudian. Ia membasuh tubuh wanita itu dengan kain bersih, menyuapi makanan dan rutin menyisiri rambut hitamnya sebelum tidur. Benturan keras yang menghantam kepala mengakibatkan gegar otak, begitu kata dokter. Ia kehilangan semua memori tentang masa lalu, bahkan ia tidak tahu namanya sendiri. Kini ditengah suapan bubur ayam yang kelima, Ellin mendongak. Ia menatap Ari yang sibuk menikmati buburnya sendiri. Lelaki itu lebih banyak diam beberapa hari terakhir. Sejak ia bisa beraktivitas ringan, ia berniat membantu Mbok Lastri bersih-bersih. Merapikan kamarnya sendiri. Tepat seminggu lalu, ia menemukan sebuah kartu ucapan di laci kerja. Sebuah tulisan singkat ‘Have a nice weekend’, tapi kartu ucapan itu membuat Ari berang. Lelaki itu tidak marah-marah, tetapi rahang kokoh yang berubah keras membuat Ellin gigil. Saat ia bertanya siapa itu Sky—nama sang pengirim kartu, Ari terdiam lama. Memandang kartu ucapan itu dengan tatapan jijik, lalu menyimpannya dalam saku. Tidak menjelaskan apa-apa. “Bubur ayamnya enak,” ujar Ellin tiba-tiba. Entah keberanian dari mana yang membuat Ellin tertarik memulai obrolan, meski Ari hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Kedekatan yang terbangun selama beberapa waktu terakhir lebih banyak diisi dengan kesunyian. “Aku beli di tempat Pak Sam, langganan kita dulu,” balas Ari kecut. “Aku suka bubur ayam, ya?” tanya Ellin antusias. Senyum sederhana Ari kembali setelah berhari-hari suram sejak penemuan kartu ucapan itu, membuat hati Ellin lebih hangat. “Kita akan mencoba secara pelan-pelan. Kamu ingat ucapan dokter, ‘kan? Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengingat semuanya. Retrograde membutuhkan terapi, kamu juga harus minum vitamin setelah sarapan.” “Aku tidak bisa mengingat apa pun di rumah ini.” Ellin menatap sekeliling ruangan yang didesain minimalis dan sederhana. Semuanya berwarna putih baik cat dinding dan lantai keramik, hanya ada kombinasi perabotan warna hitam dan coklat. “Kamu suka warna putih?” tanya Ellin menyentuh meja makan yang berwarna senada. Ari menggeleng. “Kamu yang menyukai warna putih. Semua dekorasi dalam rumah ini, kamu yang memilih.” “Apa aku tipe orang yang dominan? Maksudku … maaf, aku tidak memberikan kesempatan untukmu mendesain rumah ini dimasa lalu.” Tawa Ari terdengar untuk pertama kali. “Tidak, bukan begitu. Kamu suka semua hal yang terlihat bersih dan rapi. Kamu juga bilang kalau warna putih identik dengan salju.” Ellin ikut terseyum.”Ah, aku tipe orang yang kekanak-kanakan, ya?” “Kamu ingin bulan madu di tempat yang memiliki salju.” “Ah!” Ellin tersentak, lalu melanjutkan, “apakah kita pernah pergi ke tempat yang bersalju itu?” Raut gembira yang sempat terlintas di wajah Ari kembali lenyap. Seolah hujan bisa datang tiba-tiba tanpa ada petir yang menyambar. Meski ia berusaha menyembunyikan perubahan gelagat itu, Ellin bisa melihatnya. Lelaki itu melipat kedua tangan di atas meja, lalu memandang iris coklat Ellin dalam-dalam. “Kamu selalu bilang ingin pergi ke St. Petersburg. Aku berjanji akan mengajakmu ke sana suatu saat nanti!” Ellin termangu. Semangkuk bubur ayam yang masih sisa separuh tak lagi mengundang minat. Apa ia tipe istri yang terlalu menuntut dulu? Salju hanya bisa ditemukan di luar negeri, kecuali Pegunungan Jaya Wijaya. Ia jelas tidak tertarik mendaki gunung tertinggi di Indonesia itu, entah dengan dirinya yang dulu. St. Petersburg? Bukankah kota itu ada di Rusia? Butuh tabungan yang tidak sedikit untuk liburan ke luar negeri. Mendadak ia merasa bersalah pada Ari atas semua sikapnya yang mungkin buruk. “Maafkan aku, Ari. Sepertinya aku terlalu menyusahkanmu sejak dulu sampai sekarang.” Ari mendongak. “Kata siapa, kamu selalu membuatku tertawa. Kamu pribadi yang ceria dan hangat. Sebaiknya kamu lekas menghabiskan sarapanmu. Oh ya, Nay akan datang ke rumah sebentar lagi.” “Nay?” tanya Ellin. Ari tersenyum. “Dia baru datang dari Bali. Kamu akan senang bertemu dengannya, El.” “Apa aku mengenalnya dengan baik?” Ari mengangguk bersemangat. “Ya, dia teman karib kita di sekolah menengah dulu.” Bertemu orang baru menciptakan resah di hati Ellin. Beberapa waktu lalu, ia bertemu dengan sang ibu yang histeris di rumah sakit. Berkenalan dengan Mbok Lastri yang sudah bekerja di rumahnya selama dua tahun terakhir. Berjabat tangan dengan beberapa tetangga yang datang menengok, termasuk satpam kompleks. Rasanya ia merasa tertekan setiap melihat tatapan prihatin dari orang-orang di sekitar. Ia memang tidak mengalami cedera anggota gerak yang mengkhawatirkan, tetapi cedera di otaknya agak parah. Kehilangan memori membuat ia lebih suka berdiam diri di kamar, alih-alih menghirup udara di luar. Ia sungguh cemas. Ting tong! “Sepertinya Nay sudah datang, aku buka pintu dulu, ya!” Ellin memperhatikan punggung Ari yang menjauh, melewati ruang keluarga dan tak terlihat lagi. Terdengar obrolan ringan yang tidak begitu jelas dari depan, tapi ia berusaha menenangkan diri. Di belakang lelaki bertubuh tegap itu, seorang wanita berambut panjang mengikuti langkah pemilik rumah dengan cepat. “Halo, El.” Suara wanita cantik yang memakai kacamata itu tampak merdu. Sayang sekali, Ellin tetap tidak bisa mengenali dirinya. Seberapa keras ia berusaha, suara itu sama seperti suara orang-orang yang bertemu dengannya sebulan terakhir. Terasa kosong. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
283.9K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
149.3K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
149.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
205.8K
bc

TERNODA

read
191.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook