"Non Aya mau makan?" Warti menghampiri Kanaya yang tengah berbaring. "Saya sudah makan, Mbak," Kanaya memejamkan kedua matanya. Mengabaikan keberadaan orang-orang yang ada di dekatnya. Sekilas terlintas dalam ingatan Kanaya saat-saat dirinya masih menyandang status sebagai istri Arka. Rasa sakit di dalam hatinya kembali menyapa. Kanaya meringis mengenyahkan bayang-bayang Arka dan semua perbuatannya. Bayangan Arka yang selalu menyakiti dirinya walaupun bukan secara fisik. Kanaya harus selalu menahan diri dan emosinya saat Arka berganti-ganti pasangan dan selalu membawanya ke hadapan dirinya. Sebelah tangannya mencengkeram erat seprai, Kanaya menghela nafas dalam dan panjang mencoba mengosongkan rongga dadanya yang terasa penuh sesak. Eight