"Belajarlah untuk ikhlas dan jangan memaksakan kehendak. Mungkin dia lebih bahagia hidup bersama orang lain." Sambungnya sebelum beranjak pergi dan meninggalkan Arka. Arka mendongak, menatap sosok Kompol Prayudi yang semakin menjauh. Lorong rumah sakit yang semula ramai perlahan sepi, hanya Arka seorang diri yang masih betah duduk termenung di depan ruang ICU. Arka menatap pintu ruang ICU sebelum beranjak pergi. Dia harus segera datang ke rumah orang tua Wina dan membantu mengurus kedua jenazah mamanya karena papa Wina tidak dalam kondisi sehat. Arka teringat papa Wina yang sudah tidak dapat berjalan, laki-laki paruh baya itu harus di bantu kursi roda untuk melakukan aktivitasnya, karena mengalami kelumpuhan sejak lama. Sekarang, dia hanya tin