Happy Reading!
Meylisa tersenyum manis saat berada tepat di depan pintu ruangan suaminya. Ia sudah menemukan judul untuk skripsinya dan kali ini pasti diterima.
Tok tok
"Masuk!"
Ceklek
"Selamat siang, pak." sapa Meylisa lalu melangkah masuk setelah menutup pintu.
Andra mengernyit, istrinya nampak bahagia tidak seperti tadi pagi yang masih memasang wajah masam. Ia pikir Meylisa akan datang dan memohon perpanjangan waktu. Tapi sepertinya wanitanya itu sudah menemukan judul untuk diajukan.
"Sudah dapat judul baru?" tanya Andra basa basi.
Meylisa tersenyum manis. "Sudah dong pak." ucap Meylisa ceria lalu meletakkan kertas berisi judul yang ia ajukan.
Andra menerima kertas itu dan membacanya.
"Kamu dapat judul ini di mana?" tanya Andra membuat Meylisa melotot.
"Maksud bapak apa?" tanya Meylisa gugup.
Andra menghela napas. "Ini judul skripsi angkatan terdahulu cuma beda lokasi penelitian."
Meylisa melotot. 'Anjir masa mas Andra bisa ingat judul skripsi angkatan terdahulu.' batin Meylisa takjub. Lagipula kan skripsi memang begitu, cuma dibedakan lokasi penelitiannya. Meylisa bisa mengatakan hal seperti itu karena saat ia di perpustakaan kampus beberapa skripsi memang memiliki judul yang sama hanya beda lokasi saja.
Brakk
Meylisa kaget saat suaminya memukul meja cukup keras.
"Kamu niat lulus tahun ini atau tidak?" tanya Andra marah.
"Maaf pak." ucap Meylisa pelan. Lagipula ia tidak punya keberanian lagi untuk melawan jika suaminya sudah marah.
"Teman-teman kamu sudah banyak yang seminar proposal, kamu judul saja belum nemu." ucap Andra membuat Meylisa menunduk.
'Ya makanya acc judulku. Dasar sidemit ngeselin.' batin Meylisa.
"Saya tidak mau tahu, besok sudah harus nemu judul yang bagus atau terpaksa skripsi kamu ditunda tahun depan." putus Andra membuat Meylisa mendongak menatap suaminya.
"Makanya mas bantuin aku dong, kasih rekomendasi judul kek atau kisi-kisi kek."
Brakk
Meylisa kembali dibuat kaget saat suaminya kembali memukul meja.
"Iya_iya." ketus Meylisa lalu melangkah pergi dari ruangan itu.
Di luar, Meylisa langsung saja memukul dinding merasa frustasi. Rasanya sudah begitu lelah hanya karena mencari judul.
"Ugh" rintih Meylisa memegang perutnya lalu segera mencari tempat duduk.
"Kenapa lagi sih? Kalau mau sakit nanti aja, kelar wisuda. Mau mati sekalian kek." dumel Meylisa sembari menahan sakit.
"Mey_"
Meylisa melambaikan tangannya saat Tasya berlari ke arahnya.
"Gimana?" tanya Tasya begitu tiba di depan temannya.
Meylisa menggeleng pelan membuat Tasya ikut prihatin. Padahal ia ingin menyampaikan kabar bahagia, kalau dua hari lagi ia akan seminar proposal.
"Terus gimana dong?" tanya Tasya. Ia juga tidak punya ide. Nemu judul untuk diri sendiri saja susahnya minta ampun.
"Entah." sahut Meylisa pasrah.
"Lo kenapa sih? Sakit?" tanya Tasya khawatir.
Meylisa mengusap perutnya. "Mau mens kali nih. Perut gue sakit banget." adu Meylisa lalu mengernyit saat perutnya semakin terasa nyeri.
"Mau gue beliin obat?" tawar Tasya pengertian.
Meylisa menggeleng. "Nggak usah. Biar penderitaan gue lengkap."
"Ck! Lo sudah minta bantuan mertua lo belum? Siapa tahu beliau punya saran judul atau apa kek." usul Tasya membuat Meylisa melotot.
"Kok gue nggak kepikiran ya." ucap Meylisa lalu segera berdiri.
"Mau ke mana?" tanya Tasya heran.
"Ke rumah mertua gue." ucap Meylisa lalu memaksakan dirinya untuk berjalan. Hujan badai saja akan Meylisa lewati apalagi cuma sakit perut biasa.
Tiba di depan rumah mertuanya, Meylisa langsung masuk dan melangkah menuju dapur. Seperti biasa, mertuanya itu pasti sedang mempersiapkan menu makan malam.
"Bunda." sapa Meylisa lalu langsung menyalimi mertuanya yang sedang bicara dengan asisten rumah tangga di dapur.
"Eh mantu bunda." Sasmita langsung mengecup kening menantunya itu.
"Bunda, aku perlu bantuan bunda." ucap Meylisa to the point.
"Bantuan? Kenapa? Andra ngapain kamu?" tanya Sasmita khawatir.
Meylisa segera menggeleng. "Bunda bantuin Mey cari judul dong untuk skripsi."
"Apa?" kaget Sasmita lalu segera menarik lengan menantunya menuju ruang keluarga.
"Kenapa? Memang kamu belum nemu judul yang pas?" tanya Sasmita setelah keduanya duduk di sofa.
Meylisa menggeleng lalu matanya mulai berkaca-kaca. "Mey udah nemu beberapa judul bun tapi nggak di acc sama mas Andra."
Sasmita melotot marah. "Nggak di acc?"
Meylisa mengangguk. "Terus tadi mas Andra juga marahin Meylisa, bun. Katanya mahasiwa lain sudah selesai seminar tapi Mey bahkan belum nemu judul hiks"
Sasmita langsung menenangkan menantunya itu. "Ya sudah, malam ini kamu jangan pulang. Nginap di sini saja. Pokoknya jangan pulang kalau judul skripsi kamu belum di acc." ucap Sasmita membuat Meylisa mengangguk ragu.
"Tapi kalau mas Andra marah gimana, bun?" tanya Meylisa khawatir.
"Biarin aja. Kalau dia masih kekeh nggak acc judul kamu biar bunda yang pergi ke kampus dan urus peralihan pembimbing skripsi. Pokoknya tenang saja." ucap Sasmita membuat Meylisa tersenyum. Akhirnya ada yang membela dirinya.
"Ughh"
"Ada apa, sayang?" tanya Sasmita khawatir.
Meylisa menggeleng. Lagi dan lagi perutnya terasa sakit. Tapi bodo amatlah yang penting kan mertuanya sudah bersedia membantu. Rasa sakit apapun pasti langsung hilang setelah judulnya di acc.