Happy Reading!
"I_iya pak." ucap Tasya lalu menutup telponnya kemudian menghela napas pelan.
Meylisa terkekeh geli. "Ini baru ditelpon dan lo udah gugup, gimana nanti ketemu mas Andra di klinik."
Tasya mengusap keringatnya pelan. Takut jika sampai klinik justru ia yang dianggap sakit. Ternyata berbohong ke pak Andra perlu niat dan keberanian yang sangat besar.
"Lo jangan ketawain gue." kesal Tasya lalu terdiam menatap wajah Meylisa.
"A_apa?" tanya Meylisa saat Tasya tak berhenti menatap wajahnya.
"Lo sakit beneran ya? Kok muka lo pucat." tanya Tasya membuat Meylisa menyentuh wajahnya.
"Masa sih?" gumam Meylisa lalu mengangguk pelan. "Kepala gue emang pusing sih mungkin karena kurang tidur."
Tasya hanya mengangguk. "Semoga rencana kita ini berhasil dan pak Andra nggak mempersulit lo lagi." ucap Tasya yang sebenarnya merasa ngeri kalau saja pak Andra tahu bahwa ia sedang dibohongi.
Mereka akhirnya tiba di depan klinik kampus dan segera masuk.
"Gue tunggu pak Andra di sini dan ingat jangan lupa bicara dengan dokter." bisik Tasya yang langsung diangguki oleh Meylisa.
Meylisa langsung diperiksa oleh dokter Bagus.
"Dok_"panggil Meylisa pelan.
'Kenapa nih dokter meriksa gue serius amat, gue kan nggak beneran sakit' batin Meylisa.
"Anda Meylisa kan istrinya pak Andra?" tanya dokter ramah.
Meylisa mengangguk. "Dokter tahu dari mana?" tanya Meylisa basa basi, padahal jelas satu kampus sudah tahu pernikahannya dengan dosen termuda di kampus ini.
"Siapa yang tidak tahu." ucap dokter membuat Meylisa mengangguk lalu segera bangun.
"Jangan bangun dulu_" cegah dokter namun Meylisa segera menggeleng.
"Dok saya mau minta bantuan." ucap Meylisa pelan membuat dokter Bagus menyerngit.
"Bantuan apa?"
Meylisa tersenyum. "Nanti kalau suami saya datang, dokter kasih tahu saya sakit ya, terserah sakit apa, kelelahan kek apa kek yang jelas saya mau suami saya kasihan dan bersedia acc judul skripsi saya."
Dokter Bagus melongo lalu tersenyum tipis. Dasar anak muda, batinnya.
"Baiklah. Sekarang bisa saya lanjut periksa?"
Meylisa mengangguk lalu kembali berbaring. "Tapi saya nggak sakit kok." ucap Meylisa membuat dokter bagus menyentuh perut Meylisa.
"Kapan terakhir kali datang bulan?" tanya dokter Bagus.
"Udah lama sih dok. Saya juga udah lupa karena terlalu sibuk mikirin skripsi." jawab Meylisa masih santai.
Dokter Bagus mengangguk. "Pernah merasa nyeri di perut?"
Meylisa mengangguk. "Beberapa kali dok, itu juga kalau saya kelelahan."
Dokter kembali mengangguk dan_
Brakk
Meylisa langsung mengelus dadanya. "Mas pelan-pelan dong." tegur Meylisa saat suaminya masuk dan menabrak meja kecil di samping pintu.
Andra tidak menjawab dan langsung melangkah ke sisi brankar yang ditempati istrinya. Sedang dokter Bagus menyapa dengan senyuman pada putra pemilik kampus itu.
"Karena pak Andra sudah di sini, saya akan langsung saja. Istri anda kemungkinan besar tengah mengandung."
What?
Meylisa langsung melotot. Dari segala macam alasan dimuka bumi ini, kenapa harus mengandung.
'Mas Andra kan tahu aku minum pil ' Batin Meylisa frustasi. Jadi sudah pasti ia akan ketahuan telah meminta dokter Bagus untuk berbohong.
"Jadi saya sarankan agar segala aktivitas dikurangi dan segera acc skripsinya." ucap dokter Bagus sambil terkekeh membuat Meylisa menutup matanya frustasi. Ini sih udah Fix ia pasti akan dimarahi dan skripsinya akan semakin dipersulit.
"hm" Andra hanya menatap istrinya tajam lalu menghela napas. Kekanakan sekali, batinnya.
"Jika tidak keberatan, Meylisa bisa cek menggunakan tes__"
"Tidak perlu."Potong Andra lalu meminta dokter Bagus pergi.
Setelah dokter Bagus keluar, Meylisa memberanikan diri membuka matanya lalu menyatukan kedua tangannya.
"Maaf."Cicit Meylisa pelan.
"Bangun!" titah Andra membuat Meylisa segera duduk dan turun dari brankar.
"Mas, maaf_" Ucap Meylisa sambil menunduk.
"Kita pulang." ucap Andra lalu menarik tangan istrinya keluar dari klinik.
Tasya yang sebenarnya masih menunggu di luar langsung lari dan bersembunyi lalu mengelus dadanya.
"Yang sabar ya Mey," gumam Tasya lalu menengadahkan tangannya berdo'a. "Semoga ada kejaiban yang membuat Meylisa tidak dimarahi oleh pak Andra. Kabulkan do'a Tasya ya Allah." lanjut Tasya seperti anak kecil lalu bergidik ngeri saat membayangkan hal lain.
"Biasanya kan di n****+ yang gue baca, hukuman suami istri itu ya cuma haha hihi di atas ranjang. Semoga itu hukumannya deh. Biar Meylisa enak." gumam Tasya lalu tertawa kemudian segera melangkah pergi.