9. ?Pendarahan

687 Words
Happy Reading!  Meylisa melihat jam tangannya lalu menatap undakan anak tangga dihadapannya. "Semangat." gumam Meylisa lalu mulai menaiki satu persatu anak tangga. Tak tak tak tak tak "Huuhh capek." keluh Meylisa lalu berhenti di tengah tangga kedua menuju lantai tiga. Bahkan Meylisa menggunakan proposalnya menjadi kipas. "Ngapain sih mas Andra di lantai lima." keluh Meylisa lalu mengambil air minum di dalam tas nya. "Eh lo baru mau naik, kita sudah selesai tau." ucap Rahmi yang turun dari lantai tiga bersama dua temannya. Meylisa menyimpan air minumnya kembali. "Oh ya, gimana? Aman?" tanya Meylisa. Rahmi menggeleng pelan. "Coretannya hampir seluruh proposal gue. Ada saja yang salah, heran." keluh Rahmi membuat Meylisa menatap dua wanita di samping. "Sama. Pak Andra bahkan harus ganti pena tadi karena kebanyakan nyoret." "Ck! Emang ngeselin banget tu dosen." decak Meylisa lalu mengambil tisu untuk membersihkan keringat di wajahnya. "Mana konsulnya di lantai lima lagi." ucap Rahmi yang segera duduk di undakan tangga. "Wehh yang mau konsul cepetan. Pak Andranya mau lanjut seminar tuh." teriak seseorang dari lantai empat membuat Meylisa membelalak dan segera berlari menaiki tangga. "Hosh hosh hosh_ dasar setan." maki Meylisa yang terus saja berlari tak peduli keringat sebigi jangung yang sudah menghiasi wajahnya atau kakinya yang sakit dan perutnya yang kembali nyeri. Setelah menghabiskan tenaganya berlari, akhirnya ia tiba di lantai lima. "Di ma_huhh mana?" tanya Meylisa pada seseorang yang ia yakini baru saja selesai bimbingan dengan suaminya. "Di ruangan paling ujung. Cepetan, itu pak Andranya sudah mau lanjut seminar lagi. Katanya hari ini terakhir bimbingan karena beliau mau pergi ke Surabaya." "Ck!" decak Meylisa lalu kembali berlari menuju ruangan paling ujung. "Huuhh_ pusing." keluh Meylisa begitu ia tiba di depan pintu ruangan paling ujung. Tok tok "Masuk!" Ceklek "Permisi, pak_hhh" sapa Meylisa dengan napas ngos ngosan. Andra mengangguk dan mempersilahkan istrinya itu masuk. "Proposalnya sudah di print kan?" tanya Andra basa basi membuat Meylisa mendelik. "Emang yang aku print tadi malam apa? Surat cerai?" ucap Meylisa membuat Andra melotot. "Mas bercanda, sayang." ucap Andra lalu mengulurkan tangannya meminta proposal di tangan istrinya. "Nih. Periksa yang benar." ucap Meylisa sedikit melempar proposalnya ke atas meja. Andra segera membuka proposal istrinya sedang Meylisa langsung duduk dan mengelus perutnya. 'Nyerinya.' batin Meylisa lalu memejamkan mata menahan rasa sakit yang semakin menjalar di perutnya. "Ini, bukannya saya sudah bilang. Di latar belakang harus ada__" Andra melirik istrinya. "Kamu dengar atau tidak?" tanya Andra saat melihat istrinya menutup mata. Meylisa membuka matanya dengan napas putus-putus. "I_iya. Apa tadi pak?" tanya Meylisa pelan. Andra menghela napas. "Latar belakang kamu salah. Bikin ulang!" Meylisa mengangguk pelan. "Itu saja, pak?" tanya Meylisa lagi membuat Andra kembali menatap proposal sang istri. Sedang Meylisa kembali menutup matanya. Kali ini ia menggigit bibir bawahnya menahan sakit. "Ugh" rintih Meylisa pelan dengan tangan yang meremas perutnya. 'Ini kenapa sih? Biasanya kalau mau mens nggak pernah sesakit ini' Batin Meylisa lalu memegang meja untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya. "Ck! Kutipannya juga salah. Spasinya nggak di atur. Banyak typo juga." omel Andra dengan tangan yang tak berhenti memberi coretan di proposal sang istri tanpa tahu bagaimana keadaan Meylisa. "Tadi malam kan saya sudah bilang periksa lagi typonya. Penulisan kutipan dan sebagainya juga harus sesuai buku pedoman. Ini saya belum baca isi dan baru periksa tata tulis saja sudah banyak salah bagaimana kalau__" "Argghh" Andra mendongak dan langsung melepas proposal istrinya. Ia segera beranjak dan memeluk tubuh Meylisa yang hampir jatuh dari kursi. "Ada apa?" tanya Andra khawatir. Meylisa menangis dengan tangan memeluk perutnya. "Sakit mass_arghh_ sakitt" Andra melotot kaget. "Perut? Perutnya sakit?" tanya Andra yang segera menggendong tubuh Meylisa. "hiks_sakitt" rintih Meylisa lagi dan Andra segera melangkah keluar dari ruangan itu dengan Meylisa digendongannya. "Kamu mau mens?" tanya Andra berusaha tenang. Karena bisa saja sakit perut istrinya karena mau kedatangan tamu bulanan. "Nggak tahu_ hikss tapi sakittt" rintih Meylisa membuat Andra mengatur napasnya karena menuruni banyaknya anak tangga dari lantai lima. "Sayang." panggil Andra panik saat melihat wajah istrinya yang pucat pasi dan hampir kehilangan kesadarannya. Sementara langkah kakinya semakin cepat menuruni tangga terakhir. Tak Andra hiraukan banyaknya mahasiswa yang menatapnya, satu hal yang pasti ia ingin segera tiba di rumah sakit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD