Happy Reading!
Meylisa berlari memasuki rumah sambil menangis. Hasti yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu langsung menyusul putrinya itu.
"Mey, ada apa?" tanya Hasti panik sedang Meylisa langsung masuk ke dalam kamar. Ia menutup pintu dan menguncinya.
Tok tok
"Mey, buka pintunya! Ada apa, nak? Kenapa menangis?" teriak Hasti bingung lalu segera mencari ponselnya.
Namun sebelum ia menghubungi menantunya. Andra sudah muncul di depan pintu.
"Assalamualakum, mah." ucap Andra memasuki rumah.
Hasti segera mendekati menantunya itu. "Waalaikumsalam. Kalian berantem?" tanya Hasti cepat.
Andra mengangguk membuat Hasti menghela napas. "Kali ini karena apa?" tanya Hasti.
"Biasa, mah. Karena skripsi." jawab Andra membuat Hasti mengangguk.
"Ya sudah. Cepat temui Meylisa dan ajak bicara. Mama nggak suka kalau sampai nangis-nangis gitu." ucap Hasti membuat Andra meminta maaf lalu melangkah menuju kamar.
Ceklek
"Ngapain ke sini?" tanya Meylisa dengan mata sembab.
"Ya Allah, Mey. Itu suamimu, bicara yang sopan." tegur Hasti. Bagaimana tidak berantem tiap hari kalau putrinya sendiri bicara tidak sopan pada suaminya.
"Kita bicara di dalam ya." bujuk Andra tak enak karena untuk pertama kalinya Meylisa menunjukkan pertengkaran mereka di depan orang tuanya.
"Nggak mau. Lagipula aku sudah mutusin untuk cerai. Jadi ngapain bicara sekarang. Bicara saja nanti di pengadilan." teriak Meylisa membuat Andra melotot sedang Hasti segera melangkah mendekati putrinya itu.
"Apa yang kamu katakan itu, Mey. Hah? Cerai?" tanya Hasti marah.
Meylisa menatap mamanya. "Iya. Mey sudah mutusin untuk cerai."
Hasti membelalak memegang dadanya.
"Astagfirullah_ Meylisa. Istigfar kamu!" bentak Hasti sedang Andra hanya diam. Ia tidak menduga bahwa perkataan Meylisa di kampus tadi sampai ke rumah.
"Meylisa udah capek, mah. Mey juga mau berhenti kuliah." ucap Meylisa membuat Andra segera menatap mama mertuanya.
"Mah, bisa biarin Andra bicara berdua sama Meylisa." pinta Andra membuat Meylisa mendelik.
"Biarin mama di sini. Lagipula aku juga sudah minta bunda ke sini." ucap Meylisa membuat Andra dibuat kaget.
"Kamu ngomong apa sama bunda?" tanya Andra emosi.
Meylisa menatap suaminya itu tak kalah emosi. "Aku bilang kita mau cerai."
"Meylisa!" Bentak Andra mengangkat tangannya.
"Apa? Mau pukul? Pukul saja!" bentak Meylisa membuat Andra menggeram marah lalu menurunkan tangannya kembali.
"Mama kecewa sama kamu. Bisa-bisanya kamu menghubungi mertua kamu dan mengatakan hal seperti itu." bentak Hasti membuat Meylisa tertawa.
"Terus aku harus kecewa sama siapa, mah? Meylisa capek. Capek banget. Mey tahu setelah pisah sama mas Andra mama mungkin nggak biarin aku tinggal di sini lagi. Karena itu Mey juga sudah pesan kamar di rumah sakit jiwa." teriak Meylisa membuat Hasti dan Andra kembali dibuat kaget.
"Assalamualaikum, bu Hasti."
Mendengar salam dari seorang wanita, Andra segera melangkah menuju pintu.
"Bunda_"
"Jangan salim sama bunda sebelum kamu jelasin kenapa Meylisa kirim pesan mau cerai sama kamu." ucap Sasmita membuat Andra menggeram.
"Sebaiknya kita bicara di dalam, bun." ucap Andra membuat Sasmita segera masuk ke dalam rumah.
Bisa Sasmita lihat ada ketegangan di dalam rumah.
"Meylisa, sini dekat bunda!" panggil Sasmita membuat Meylisa melangkah mendekati mertuanya itu.
"Bunda hiks" tangis Meylisa kembali pecah lalu memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu.
"Kenapa, sayang? Andra bikin masalah lagi? Dia ngapain kamu?" tanya Sasmita lembut.
"Hiks_mas Andra jahat sama Meylisa, bun hiks" Adu Meylisa membuat Sasmita menatap putranya penuh permusuhan.
Andra hanya menghela napas. Bisa dipastikan ia akan kembali diomeli.
"Iya sayang. Tapi nggak boleh sampai ngomong cerai ya. Kan semuanya bisa dibicarakan baik-baik." tegur Sasmita lalu mengurai pelukannya.
"Sekarang cerita sama bunda, mau?" tanya Sasmita membuat Meylisa mengangguk pelan masih dengan terisak.
Meylisa akhirnya menceritakan kejadian sebelumnya di kampus di mana ia menunggu lama dan proposalnya tidak diperiksa. Ia juga menceritakan kekesalannya tentang judul skripsinya yang lama acc.
"Hiks Meylisa capek, bun." ucap Meylisa mengakhiri ceritanya.
Sasmita dan Hasti hanya diam. Sedang Arifin, ayah Andra yang baru saja datang langsung menatap putranya.
"Papa nggak mau tahu. Kejadian ini tidak boleh terulang lagi. Kasihan istrimu sampai nangis kejer." omel Arifin lalu menatap menantunya yang masih menangis dipelukan Sasmita.
"Pokoknya nanti kalau Andra bikin kamu kesal lagi, bilang sama papa. Biar papa yang marahin." ucap Arifin membuat Meylisa mengangguk pelan.
"Iya pah, tapi Mey boleh ganti pembimbing kan?" tanya Meylisa serak.
"Tidak bisa." sambar Andra cepat membuat Meylisa kembali berkaca-kaca.
"Tuh kan, pah hiks" Tangis Meylisa kembali pecah membuat Arifin menatap putranya kesal.
"Andra janji tidak akan bersikap seperti itu lagi tapi skripsi Meylisa, tetap Andra yang pegang." ucap Andra tegas.
Meylisa hanya diam. Setidaknya ia sudah punya s*****a jika seandainya suaminya itu kembali bertindak menyebalkan.