6. ?Andra Mau Jadi Duda

740 Words
Happy Reading!  Meylisa tersenyum puas lalu mengklik save hasil kerja kerasnya tiga hari ini. "Mas."Panggil Meylisa pada suaminya yang sedang membaca buku di atas tempat tidur. "Hm?" "Bantu cek proposal aku dong!" pinta Meylisa. Andra melepas kaca mata lalu menutup buku yang tadi ia baca. "Besok saja, di kampus." ucap Andra lalu menepuk bantal di sampingnya seolah mengisyaratkan agar istrinya itu segera bergabung dengannya. Meylisa mendengus namun tetap mematikan laptopnya kemudian melangkah menuju tempat tidur. "Mau tidur tapi pinggang aku pegal." adu Meylisa membuat Andra segera duduk. "Mau mas pijat?" tawar Andra yang langsung diterima dengan senang hati oleh Meylisa. Meylisa tersenyum senang saat merasakan pijatan di pinggangnya. "Enak mas." gumam Meylisa membuat Andra tersenyum tipis. "Kamu sudah bikin proposal sesuai arahan mas, kan?" tanya Andra membuat Meylisa mengangguk. "Iya mas. Mana berani aku bikin proposal ngasal." jawab Meylisa lalu menghentikan pijatan suaminya. "Ada apa?" tanya Andra bingung. Meylisa menggeleng lalu segera memeluk tubuh suaminya. "Aku ngantuk, mas. Mau tidur." ucap Meylisa membuat Andra membalas pelukan istrinya. "Ya sudah, tidur." ucap Andra yang langsung membawa tubuh Meylisa berbaring. Meylisa tersenyum. "Peluk ya mas! Soalnya aku mau tidur nyenyak malam ini." Andra tidak membalas namun tangannya mulai aktif mengelus punggung sang istri. Besok harinya, Meylisa berdecak saat melihat banyaknya antrian di depan ruangan suaminya. 'Mau langsung masuk tapi segan sama yang lain.' batin Meylisa lalu menatap satu persatu wajah teman-teman seangkatannya yang nampak frustasi. Meylisa yakin bahwa bukan hanya dirinya yang dipersulit tapi mahasiswa lain juga. "Tapi nunggu di sini capek juga, mana nggak ada kursi." gumam Meylisa pelan lalu dengan tak tahu malunya melangkah melewati mahasiswa yang duduk di kursi maupun ngemper di lantai. Ceklek Meylisa tersenyum saat suaminya dan dua mahasiswa lain yang bimbingan menatap ke arahnya. "Ada apa?" tanya Andra datar. Meylisa berdecak kesal namun tetap tersenyum. "Mau bimbingan, pak." jawab Meylisa sopan. "Kamu nggak lihat banyak teman-teman kamu di luar. Mereka juga mau bimbingan." ucap Andra membuat Meylisa mengangguk. "Saya tunggu giliran kok pak, tapi bolehkan numpang duduk di sini soalnya di luar udah nggak ada kursi lagi." ucap Meylisa lalu melangkah menuju sofa. "Kamu nggak malu sama teman-teman yang duduk di luar?" tanya Andra membuat Meylisa menarik lagi bokongnya yang hampir menyentuh sofa. 'Dasar dedengkot kampus.' batin Meylisa kesal lalu melangkah menuju pintu dan_ Brakk Beberapa mahasiswa yang duduk di luar spontan berteriak kaget karena suara pintu yang ditutup dengan keras oleh Meylisa. "Hehe_ maaf." ucap Meylisa lalu segera ikut duduk ngemper di samping teman sekelasnya. "Lah nggak jadi bimbingan?" tanya Rahmi. Meylisa menggeleng pasrah. "Itu demit memang nggak punya perasaan. Masa istri sendiri juga harus antri." ucap Meylisa membuat Rahmi tertawa. "Minimal lo belum nunggu empat jam." ucap Rahmi membuat Meylisa membelalak. "Lo udah nunggu empat jam?" tanya Meylisa kaget. Rahmi mengangguk. "Bahkan si Tyo, anak kelas sebelah udah nunggu enam jam." beritahu Rahmi membuat Meylisa menggeleng frustasi. "Kayaknya benar ya kata orang." gumam Meylisa. "Apaan?" "Kita nggak gila aja udah syukur." ucap Meylisa membuat Rahmi mengangguk. Lulus sih belakangan yang penting nggak gila aja karena ngerjain skripsi. Mending yang bikin gila skripsinya lah ini malah dosennya yang bikin frustasi. Akhirnya setelah menunggu hampir tiga jam, Meylisa bisa masuk juga dan bimbingan. "Mana?" tanya Andra meminta proposal. Meylisa segera menyalakan laptopnya. "Saya minta hardcopy bukan softcopy." tegur Andra membuat Meylisa menatap suaminya itu. "Tapi kertas di rumah lagi habis, mas." beritahu Meylisa membuat Andra menggeleng. "Print dulu baru ke sini lagi." putus Andra membuat Meylisa membelalak. "Sekali ini saja, mas. Aku sudah cape ngantri di luar loh." bujuk Meylisa namun Andra tetap kekeh. "Print dulu atau proposal kamu tidak akan saya periksa." ancam Andra membuat Meylisa mengepalkan tangannya. Ingin sekali memukul kepala suaminya itu. "Mas mau jadi duda?" tanya Meylisa membuat Andra melotot. "Jangan bicara sembarangan. Sudah sana keluar, print proposalnya baru ke sini lagi." ucap Andra membuat Meylisa berdiri. "Mas pasti mikir aku nggak berani nuntut cerai, kan?" tanya Meylisa emosi. Ia sudah terlalu lelah dan suaminya malah menguji kesabarannya. Andra ikut berdiri. "Hanya gara-gara hal kecil kamu mau minta cerai?" tanya Andra marah. Meylisa menggangguk. "Iya. Hal yang mas anggap kecil ini sudah bikin aku hampir gila. Sekarang aku nggak peduli lagi sama skripsi s****n ini. Aku nggak mau lulus dan nggak mau juga punya suami lagi." teriak Meylisa lalu berlari keluar dari sana membuat Andra menghela napas kasar. Memangnya hanya istrinya itu yang lelah, Andra juga. Membimbing ratusan mahasiswa dan memastikan skripsi mereka layak diluluskan juga membutuhkan tenaga dan pikiran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD