Bagian 5

955 Words
Selamat sore, Safira up bagian 5 ya hehe Mau liat seberapa banyak vote dan kommennya hehe. *** Esook harinya... Pagi menyapa deburan ombak di bawah rumah terdengar di telinga ibu beranak dua. Safira lekas bangun ia mengucek matanya lalu melihat kedua anaknya yang masih tertidur pulas. Safir memperbaiki selimut yang di tendang anaknya lalu mencium kepala kedua anaknya setelah itu berdiri. Jika di tanya Safira tidur memakai apa maka jawabnya adalah tilam tipis. Safira menuju kamar mandi, mencuci muka, menyikat gigi dan memperbaiki ikatan rambutnya. Coba bayangkan anak umur 16 tahun sudah dewasa pemikirannya karena keadaan. Pada umumnya anak seumuran dia masih tidur di kasur empuk, sarapan di siapkan dan juga kebutuhan lainnya. Safira melihat jam masih 05:30 Wita. Sambil menguap karena masih ngantuk ia menyiapkan bahan untuk memasak sayur. Semalam ia sudah menyiangi sayuran dam juga sudah memasak ikan pepes tak lupa nasi kuning untuk jualan di sekolah, sama bumbu rempahan. Untuk ukuran Safira yang masih belia ia cukup cekatan dan pantang menyerah ia pikir selama di beri kesehatan kenapa tidak di pergunakan, kan?'' malu dong sama orang tua yang masih gigih bekerja walaupun usia telah senja. Safira mencuci sayur mayur dan mengukus ikan pepes agar hangat. Kucuran air terdengar karena Safira mencuci sayur mayur. Bawang merah dan bawang putih serta rempahan lainnya sudah ia siapkan juga. Kenapa Safira tidak membuat jajanan pasar juga? Ambisi Safira sangat besar namun terkendali tenaga dan modal. Tenaga karena pagi sampai siang berjualan, sore ke pasar dan malam ia menyiapkan jualan untuk besok pagi belum lagi urus Lio dan Lia yang masih Batita. Setelah mencuci sayur ia menuju depan kompor dan mengambil wajan di depannya yang ia letakan dengan paku sebagai penahannya. Ia mengambil sutil dan menumpahkan minyak di dalam wajan untuk memasak bumbunya. Untuk sayur ia mencoba beberapa macam dulu. - 2 Sayur Asam - 2 Sayur Sop - 5 Sayur tumis buncis dan wortel - 2 Pepes ikan kembung - 5 Sambal goreng tahu dan tempe - Sambal sebagai bonusnya. Perbungkus di jualnya empat ribu rupiah kecuali pepes ikan, kalau pepes ikan seharga Sembilan ribu satuannya. Karena kalau nitip maka harus dapat untungnya juga. Apakah Safira merasa Lelah dan jenuh? Jawabannya tidak karena ia bahagia dan ikhlas melakukannya. Tidak ada orang yang melarangnya ataupun memerintahnya. Ia bekerja sesuka hatinya saja. Safira mulai memasak sambil bergumam lagu yang ia tidak tau judul ya apa karena hanya mendengar dari anak- anak kampung sini. ** Pas selesai masak dan membungkus makanan yang ia akan jual Lio dan Lia bangun mereka berdua bermalas- malasan di kasur dan tidak ingin bangun. Lio menempel di dinding ambil bergumam lalu tertawa betapa lucunya anak ini ck. ''Eh anak Ammih sudah bangun.'' Kata Safir sambil mengelap tangannya yang basah karena habis mencuci piring bekas masak tadi. ''Cucu (s**u) Ammih,'' Pinta Lia sambil mendekati Safira yang sudah duduk di dekat mereka. ''No, mandian dulu baru sarapan setelah itu minum s**u, nanti kalian gak mau makan nasi.'' Kata Safira tegas. Lia langsung mengangguk walaupun ia merasa sedih terlihat dari raut wajahnya. ''Eh mainan Lia sama Lio yang beli kemarin mana?'' Safira karena melihat guratan sedih di mata Lia. "Ah? Anah yah?''(Mana ya?) Kata Lia dan Lio ikut mencari, mereka menggemaskan sekali lihatlah Lio mencari mainannya dengan perutnya keliatan karena kaos yang kekecilan di tubuhnya terangkat sedangkan Lia memakai baju Panjang milik Safir karena tadi malam bajunya kotor. ''Nah, pekik Lia dan Lio ikut mengambil. Mereka berdua mendekati Safir sambil membawa mainan dan memeluk Ammihnya. Safir sangat beruntung memiliki anak, semestapun tidak mampu membayar dia untuk moment seperti ini. ''Ayo kita mandi.'' Safira mengangkat keduanya untuk ke belakang dan mandi. ''Taro dulu mainannya nanti habis mandi ambil lagi nanti kalau kena air bisa rusak.'' Sambung Safir dan mereka nurut. Setelah sampai di emperan belakang ia menurunkan anaknya dan membuka pakaian satu persatu. Di belakang rumah safira terdapat emperan kecil yang langsung menghadap pelabuhan minyak. ''Ammih, Ammih ailnya anyak (Airnya banyak)'' pekik Lio sambil melihat air laut yang pasang. ''Hm, makanya jangan suka kepinggir nanti jatuh.'' Kata Safira sambil bergantian membuka baju Lia. Lio tertawa sambil menghadap Lia. ''Peyut Lia keyiatan haha'' (Perut Lia kelihatan haha). Lio tertawa sambil menepuk- nepuk perutnya yang buntal ckc. ''Ammih, Bang Io kakal.'' (Ammih, Bang Lio Nakal) Kata Lia cemberut. Safira tertawa melihat tinggah anaknya. Sudah menjadi tontonan tiap pagi Lia dan Lio seperti ini ck. ''Jangan nakal bang.'' Kata Safira. Safira menyuruh mereka masuk ke dalam baskom dan mulai menyiraminya dengan air. ''Koyam lenang haha.'' (Kolam renang haha) pekik Lio sambil lompat- lompat riang sedangkan Lia langsung memeluk kaki Safira karena kedinginan. Lio mengusap wajahnya dari air yang disiram. ''Lia, coba seperti abang. Anteng kalau mandi. Celana Ammih basah Nak.'' Kata Safira sambil mengambil sabun batangan dan menyabuni anaknya satu persatu. Cuaca hari ini emang mendung dan sepertinya akan hujan terlihat dari gelapnya di satu sisi padahal sudah jam tujuh pagi apalagi hembusan anginnya cukup kencang. ''ingin Ammih.'' (Dingin Ammih) kata Lia sambil gemeteran. Safira mempercepat memandikan kedua mereka. Setelah mandi Safira menggendong balik Lio dan Lia untuk masuk ke dalam rumah. ''Nanti Ammih ke depan sebentar ya, mau anter jualan. Kalian tunggu dirumah ya. Ammih gak ke sekolah kok'' Kata Safira sambil mengeringkan badan mereka dengan handuk setelah itu mengambil minyak telon, bedak dan pakaian. ''Nggeh Ammih.'' Jawab mereka serempak. Safira dengan cekatan mengurus mereka setelah itu menyiapkan mereka sarapan. Sarapannya hanya nasi kuning dan telur rebus tanpa bumbu. Safira juga menyiapkan teh hangat. Namanya orang susah mereka tidak manja untuk makan seadanya. Safira duduk di depan mereka sambil menguleni nasi kuning dengan sendok. ''Baca doa dulu.'' Kata Safira. Lio dan Lia langsung membaca doa makan dibantu dengan Safira. Setelah berdoa Safira memberikan mereka teh untuk minum lalu makan nasi. Saat sedang makan mereka mendengar suara tv tetangga, Lio dan Lia langsung terpekik dan meminta nonton di tempat tetangga sebelah rumah. Safira menghela nafasnya bukannya tidak mau namun anak tetangga pada mucil dan nakal, ia takut anaknya disakiti nanti. ''Kalau Ammih ada uang kita beli Tv sendiri ya.'' Kata Safira dan mereka mengangguk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD