Tiba di depan pagar, Satpam tampak terkejut melihat majikannya naik motor bersama Lee. Tapi, cepat ia buka pintu pagar. Lee memarkir motornya di depan pintu masuk. Alea turun dari boncengan Lee dengan wajah pucat pasi. Lee segera membuka kunci rumah, Alea melepas high heelsnya, lalu lari masuk ke dalam rumah. Ia menaiki tangga sambil melepas restleting celananya. Ia masuk ke kamar, dan segera melepas celana panjang, dan celana dalamnya sekalian. Alea masuk ke dalam kamar mandi, dengan hanya pakaian atas melekat di tubuhnya. Alea hampir tidak sanggup menahan keinginannya untuk buang air kecil di dalam perjalanan tadi.
Alea menarik napas lega, saat hajatnya kesampaian. Ia tidak tahu, kalau Lee masuk ke dalam kamarnya, seraya menenteng sepatu milik Alea. Alea ke luar dari kamar mandi, Lee menatap ke arah bawah tubuh Alea.
"Apa yang kau lakukan di kamarku, ke luar!" Alea memungut celananya, ia berusaha menutupi miliknya. Tapi Lee dengan cepat merenggutkan celana itu dari tangan Alea.
"Lee, kau mau apa!" Alea memukul d**a Lee dengan kedua telapak tangannya.
"Aku yang harusnya bertanya, apa tujuanmu membawa Martin ke hotel!?"
"Bukan urusanmu, errr lepaskan tanganku!"
"Itu urusanku, karena Tuan Reno meminta aku menjagamu!"
"Menjaga? menjaga apa, kau sedang memanfaatkan aku untuk melayani kemesumanmu!"
"Itu salahmu! Kau yang memulainya, jangan lupakan hal itu."
"Lepaskan aku Lee!"
"Aku akan melepaskanmu, tapi jawab dulu pertanyaanku. Untuk apa kau, dan Martin ke hotel itu. Aku tahu dengan jelas, Nyonya Alea, kalau Martin berada di bawah pengaruh obat perangsang. Apa kau ingin merasakan, bercinta dengan pria yang sedang terpengaruh obat perangsang!?"
Andai kedua tangannya tidak dipegang Lee, sudah pasti telapak tangan Alea akan melayang ke wajah Lee. Tapi apa yang bisa ia lakukan. Lee menelikung kedua tangannya ke belakang.
"supir kurang ajar! Kau semakin berani Lee. Kau tahu, aku ingin balas dendam pada Martin!"
"Itu cara terbodoh untuk membalas dendam, Nyonya. Apa kau tidak berpikir .... "
"Jangan mengajari aku Lee, aku lebih tua darimu, aku majikanmu, aku pasti akan mengadukan kekurang ajaranmu pada Mas Reno!"
"Apa? Kau mengancamku, dengan ingin mengadukan aku pada Tuan Reno. Lakukan saja, kau sendiri tahukan, senjataku lebih dahsyat dari pada ancamanmu."
"Awww, lepaskan!!" Alea berteriak, karena Lee menggotong tubuhnya di atas bahu, lalu menurunkannya di atas ranjang. Lee menarik selimut untuk menutupi tubuh Alea yang hanya mengenakan pakaian atasnya saja.
"Wajahmu pucat Nyonya. Sebaiknya kau istirahat saja."
"Jangan mulai mengatur hidupku, Lee!"
"Aku berhak mengaturmu, kau istriku, jangan lupakan itu," Lee tersenyum mengejek pada Alea.
"Kau cuma suami bayaran Lee, jangan lupakan itu!" balas Alea nyaris berteriak.
Lee tersenyum lagi sambil menatap Alea.
"Aku sudah membaca isi buku nikah kita, tidak ada tertulis di sana kalau aku ini suami bayaran."
"Kurang ajar!" Alea mengambil bantal untuk dilemparkan pada Lee, cepat Lee menangkap bantal itu sebelum mengenainya.
"Jangan marah Nyonya, aku juga tidak begitu senang, memiliki istri yang lebih tua dariku. Sekarang, surutkan emosimu, kosongkan pikiranmu, kau harus istirahat. Aku tahu, yang terjadi semalam sudah menguras tenagamu." Lee merapikan letak selimut yang menutupi tubuh Alea. Lalu ia melangkah menuju pintu.
"Kau mau ke mana?" pertanyaan itu terlontar tanpa dapat ditahan oleh Alea. Lee memutar tubuhnya, ia tersenyum menggoda.
"Apa kau ingin, aku berbaring di dekatmu?" Lee melangkah untuk mendekati ranjang.
"Pergi, aku tidak membutuhkanmu!" mata Alea melotot gusar, dilemparkannya lagi bantal, namun bantal itu tidak sampai mengenai Lee. Lee memungut bantal, lalu meletakannya di dekat kaki Alea. Ditatapnya wajah Alea, wajah yang tidak menggambarkan kalau usia Alea sudah tiga puluh tahun. Mungkin orang akan percaya, kalau Alea mengaku masih SMP, jika tidak memakai riasan di wajahnya.
"Istirahatlah, kau sangat butuh istirahat." Lee melembutkan suaranya, lalu segera meninggalkan kamar Alea, sebelum sang Raja di dalam celananya, menuntut untuk dibebaskan, setelah melihat bagian bawah tubuh Alea tadi.
****
Alea terbangun dari tidurnya, ditatap jam dinding yang tergantung. Pukul 16.15 menit, itu artinya ia sudah tidur cukup lama. Alea bangkit dari berbaringnya, rambut panjangnya, ia gulung ke atas kepala. Direntangkan kedua tangannya ke samping. Disingkap selimut dari atas tubuhnya, matanya melebar, saat melihat tubuhnya yang hanya terbungkus pakaian atasnya saja. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
"Errr, dasar supir kurang ajar!" geram Alea saat teringat perlakuan Lee kepadanya.
Alea masuk ke dalam kamar mandi, ia mandi sore. Setelah selesai ia mengenakan pakaiannya, baru turun menuju lantai bawah.
Rumahnya terasa sangat lengang, karena empat orang pegawainya yang ijin pulang kampung. Alea menyingkap tirai jendela, menatap ke luar ke arah pintu pagar rumah. Ia melihat Lee berdiri di dekat sebuah mobil yang terparkir di sana. Setelah diperhatikan lebih jelas, ternyata Lee tengah berbicara dengan seorang wanita, yang belum pernah Alea lihat sebelumnya.
"Supir sialan, pacaran di depan rumahku. Dasar kurang ajar!" geram Alea. Alea membuka pintu, ia ke luar, dan berdiri dengan bertolak pinggang di teras rumah.
"Lee!" serunya nyaring memanggil Lee. Lee menolehkan kepala, lalu ia kembali bicara dengan Ratih yang tengah marah padanya, karena kejadian siang tadi, dan karena Lee tidak menjawab telponnya, ataupun membalas pesannya.
"Kamu pulang ya, bossku memanggil, dia itu galak sekali. Ayo, pulanglah sekarang!" Lee membukakan pintu mobil untuk Ratih. Dengan wajah cemberut, Ratih mau juga pergi.
Lee bergegas menemui Alea di teras rumah.
"Ada apa?"
"Aku haus, buatkan aku teh!"
"Ayo," Lee menarik lengan Alea agar mengikutinya.
"Heey, lepaskan. Lee!!"
"Mulai dari sekarang, anda harus belajar masuk dapur, Nyonya. Seorang suami tidak hanya butuh Raja kecilnya yang kau goyang, tapi juga perlu lidahnya kau goyang dengan masakanmu. Sekaya, dan sehebat apapun dirimu, kau harus belajar untuk melakukannya!"
"Aku tidak mau, Lee!" Alexa berteriak panik.
"Harus mau!" Paksa Lee.
"Siapa kau, berani memerintahku!?" Tatapan mata Alea yang ditujukan pada Lee, sangat tajam.
"Aku suamimu, aku akui, goyanganmu di ranjang itu sangat luar biasa, Raja kecilku serasa mau patah saking dahsyatnya. Tapi kau belum hebat, kalau belum menggoyang lidahku juga."
"Aku tidak mau! Jangan paksa aku Lee, aku tidak mau ke dapur, aku tidak mau .... "
Lee tertegun, saat mendengar suara Alea bercampur isakan. Lee menatap wajah Alea yang banjir oleh air mata. Ini pertama kalinya Lee melihat Alea menangis.
BERSAMBUNG