PART. 11

1014 Words
Sejak asisten rumah tangga Alea datang, Lee tidak lagi punya kesempatan untuk bermesum ria dengan Alea. Tiap pagi ia mengantarkan Alea ke kantor, setelah itu ia pergi kuliah, dan menjalani aktifitasnya sebagai owner sebuah merek pisang keju yang cukup terkenal. Tentu saja Alea tidak tahu aktifitasnya yang satu itu. Lee memiliki beberapa gerobak yang menjual pisang keju, dibeberapa tempat strategis. Yang menjalankan usahanya, adalah teman mahasiswanya yang membutuhkan uang tambahan, karena kiriman orang tua yang seringkali tidak mencukupi. Usaha ini sudah ia geluti sejak dua tahun lalu. Dengan modal awal yang tidak terlalu besar, dari hasil tabungannya. Sebelum kembali ke kantor, untuk menjemput Alea, Lee mampir ke ATM untuk mengambil uang tabungan, dari hasil usaha pisang kejunya. Setelah itu, ia membawa motornya menuju kantor Alea. Tiba di sana, Lee meminta ijin untuk masuk ke ruangan Alea, pada sekretaris Alea. Alea mengijinkan Lee masuk. Lee masuk ke dalam ruangan Alea. Pintu ia tutup, dan ia kunci. "Ada apa?" Alea bangun dari duduknya, namun ia tidak beranjak dari tempatnya. Tatapan Alea seakan menyambar mata Lee. Tidak ada senyuman, yang ada hanya wajah ditekuk, dan suara judes yang ke luar dari mulut Alea Lee mendekati meja kerja Alea, diletakan amplop coklat di atas meja Alea. "Apa ini?" Alea menunjuk amplop yang terlihat isinya cukup tebal. "Itu nafkah yang harus aku berikan pada istriku, yaitu kamu. Memang tidak ada artinya jika dibandingkan dengan penghasilanmu. Tapi, sebagai suamimu yang sah, aku wajib untuk memberikan nafkah lahir, dan batin padamu," ucap Lee dengan sangat sungguh-sungguh. Lee tidak ingin dicap sebagai suami yang mendompleng hidup dengan istri. Apa lagi sampai dituduh sebagai benalu. Alea meraih amplop coklat itu, dikeluarkan isi amplop. Isinya uang lima puluh ribuan satu gepok, yang diikat dengan karet gelang. Alea menduga, jumlah uang itu lima juta. "Sengaja aku pilih uang lima puluh ribuan, biar amplopnya kelihatan tebal," ucap Lee sambil menyeringai, saat Alea mengacungkan uang itu kepadanya. Alea menghempaskan pantatnya ke kursi. Lee duduk di hadapannya. "Itu uang dari Mas Reno ya?" tanya Alea bernada sinis. Lee menggelengkan kepalanya. "Itu bukan uang dari Tuan Reno, juga bukan dari gajiku dari kamu. Itu uang dari hasil usahaku." Kening Alea terangkat, mendengar Lee mengaku memiliki usaha. Ia tersenyum sinis. "Usaha apa? Melayani tante-tante eeh?" jelas sekali kalau Alea bermaksud mencemooh Lee. Lee menarik napasnya dalam, lalu ia hembuskan dengan perlahan. "Aku memang m***m Alea, tapi burungku tahu, dimana halal baginya untuk mendarat. Burungku, bukan sejenis burung yang tidak tahu adat, juga bukan burung murahan yang akan dengan gampang mendarat lalu berkicau hanya karena melihat uang." "Hhh, kau tidak perlu membanggakan burungmu di depanku Lee. Burungmu biasa saja, tidak ada yang istimewa, sekarang pergilah, jam kerja belum usai." Bukannya pergi, Lee justru menopang dagu dengan kedua tangannya yang berdiri di atas kedua sikunya. Ditatapnya lekat wajah Alea. Pembicaraan tentang burung, membuat burungnya ingin mengepakan sayap, dan itu membuat celananya jadi terasa sesak. "Ngapain di situ, keluar!" "Aku suamimu Alea, tega sekali kau mengusirku," suara Lee terdengar sangat memelas. "Suami bayaran Lee jangan lupa hal itu!" Teriak Alea emosi. "Emhh, kalau begitu, kau harus membayarku untuk setiap pelepasan yang kau dapatkan saaat bercinta denganku. Sebentar, aku hitung dulu .... " "Dasar supir kurang ajar. Kau sudah mengintimidasiku Lee. Sehingga aku selalu tidak bisa berbuat apa-apa. Kau main dukun ya? Oh ya, tadi kau bilang burungmu tidak murahan, kenapa sekarang kau minta bayaran, hahh!?" Lee tertawa mendengar tuduhan Alea padanya. "Kau yang mungkin pakai susuk Alea, sehingga aku tidak bisa melupakan goyangan pinggulmu, isapan milikmu, uuhh ... kau tahu, milikmu yang paling nikmat dari yang ... uuh karena itu aku rela jika kau anggap aku murahan, asal aku bisa me .... " "Kurang ajar, aku tidak suka dibandingkan Lee! Kau melecehkanku! Dasar supir kurang ajar!" Alea menunduk, ingin memungut sepatunya di bawah meja agar bisa ia lemparkan pada Lee. Tapi, ia tersungkur, jatuh dari atas kursi, karena pandangannya yang tiba-tiba terasa gelap. "Lea!" Lee berlutut di samping Alea. "Lee, pusing .... " Alea memijit kepalanya. Lee membopong Alea menuju sofa. Dibaringkan Alea di atas sofa. Lee mengambil gelas berisi air putih dari atas meja Alea. Dibantunya Alea untuk minum. "Kau punya minyak kayu putih, atau sejenisnya?" "Di dalam tasku," jawab Alea lirih. Bergegas Lee mengambil tas Alea, diserahkan tas itu pada Alea. Alea mengambil minyak angin aroma terapi, yang modelnya artis Indonesia yang sudah mendunia. "Sini, biar aku bantu," Lee merebut benda bulat panjang itu dari tangan Alea. Dipijit dahi Alea dengan lembut. "Pulang dari sini, kita ke dokter ya," bujuk Lee, Alea menggelengkan kepalanya. "Aku cuma kelelahan Lee, dan ini semua karena kamu!" Alea mendorong d**a Lee. Lee manangkap tangan Alea. "Kau selalu menyalahkan aku, Alea. Padahal kita sama-sama menikmatinya. Lagi pula, kewajibanmu untuk melayaniku sebagai suamimu." "Haaah, jangan bicara tentang hak, dan kewajiban Lee. Kau bisa menguasai tubuhku, tapi tidak hatiku." "Hmmm, seperti pernah mendengar kata-kata itu, dimana ya? Ooh iya, lagu Armada, Asal Kau Bahagia. Kau miliki ragaku, tapi tidak hatiku, nanana.... " "Aku pusing Lee, dan bertambah pusing mendengar suara falsmu!" Alea memukul lengan Lee yang tengah memijit keningnya. "Jangan terlalu galak Alea, galakmu tidak menunjukan kalau kau kuat. Aku justru merasa, kau menutupi lemahnya hatimu, dengan sikap galakmu." "Sok tahu!" Alea semakin marah saja. "Tidak sedang datang bulan saja kau segalak ini, kalau datang bulan seperti apa? Seperti singa lapar yang mencari mangsa?" "Berisik Lee, kepalaku pusing!" Mata Alea melotot gusar ke arah Lee "Sebentar ... datang bulan, pusing ... Alea...." Lee menatap lekat wajah Alea, ia baru menyadari sesuatu. "Apa?" Alea semakin emosi. "Enghh, ini sudah lebih satu bulan, dari saat kau memperkosaku untuk pertama ... awww, ya ampun Lea, cubitanmu sakit sekali!" Lee mengusap lengannya yang terasa sakit. "Kau selalu menuduhku memperkosamu, itu menyebalkan, Lee!" Seru Alea tidak terima disebut sudah memperkosa Lee. "Itu kenyataannya Alea, suka tidak suka, kamu harus mengakuinya." "Arghhhh, kepalaku pusing Lee, berhentilah berkicau!" Alea merebut minyak angin dari tangan Lee, ia tumpahkan ke telapak tangannya. "Yang berkicau burungku, mulutku ... hupppp" mulut Lee di tutup Alea dengan telapak tangannya yang basah oleh minyak angin. Mata Lee membola saat merasakan panas di bibirnya. Ia langsung lari ke dalam kamar mandi, dan membiarkan Alea mentertawakannya. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD