You're not sober

1100 Words
Sore itu Kai tidak mengunjungi ibunya, karena Dika sedang tidak ada tugas sekolah, jadi dia meminta kakaknya agar datang besok saja. Kai juga sedang feeling down. Dia langsung pulang ke apartemen Anima. Berjalan santai menikmati sinar senja yang membelai wajahnya. Dia sampai di apartemen. Membuka pintu, dia tidak melihat keberadaan Anima. Jadi dia berpikir mungkin saja Anima belum pulang dari kediaman orangtuanya. Kai menghampiri kulkas, merasa tenggorokannya sangat kering. Dia melihat isi kulkas itu tidak berkurang sama sekali. Dia mengerti kenapa tidak ada bahan makanan mentah di sana, karena Anima tidak akan memasak, kecuali mie instan. Menutup kembali kulkas tersebut, dia terdiam karena seperti mendengar suara seseorang. Kai langsung waspada dan masuk ke kamar. Dia melihat kamar itu sangat berantakan. Satu hal yang dia takutkan, ada maling. Parahnya, maling itu mengacak-acak ruangan dengan menjatuhkan barang-barang mahal milik Anima. Dia tidak bisa membayangkan betapa marahnya Anima. Karena wanita itu tidak suka berantakan. Kai buru-buru memungut barang-barang, saat dia mendengar suara gemercik air. Kai menaruh kembali barang-barang di tangannya. Dia berjalan mengendap-endap, hanya untuk menemukan kalau ada orang yang sedang mandi di dalam. Kai membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci itu dengan keras, karena tadinya dia berpikir itu dikunci dari dalam. Pemandangan di dalam membuatnya terkejut. Anima dengan ketelanjangannya terduduk di bawah shower. Wanita itu sedikit meracau. Kai khawatir melihat keadaannya, mengabaikan rasa malu dan canggung, dia hendak mengangkat Anima. Kai mematikan shower, lalu tangan lainnya meraih handuk untuk dililitkan pada tubuh Anima. Dia mengangkatnya dalam satu gerakan cepat. Lalu membawanya keluar dari kamar mandi. "Kau pulang. Apakah kau mau melakukannya sekarang? Aku ingin anak!" Anima menatap mata laki-laki yang menggendongnya. Kai agak terkejut mendapatkan pertanyaan seperti itu. Dia akan menaruhnya di atas tempat tidur. Saat Anima enggan melepaskan kaitan tangan di leher Kai. "Anda kedinginan. Bagaimana anda bisa bertindak seperti ini. Ah, anda bau alkohol!" Kai dapat mencium aroma manis dari minuman mahal yang biasa dikonsumsi oleh orang kaya. Sekarang Kai mengerti, kenapa Anima memberantaki kamarnya. Hangover, Karena kalau sadar, dia tidak mungkin melakukan. Anima cinta kebersihan dan kerapian. "Ayo, kita bikin anak!" Anima menarik Kai agar lebih dekat dengannya. Jarak Antara mereka terlalu dekat, karena tangan Anima yang menekan leher Kai. Anima mengambil inisiatif lebih dulu. Dia meraih bibir itu dengan bibirnya. Mengajak lidah Kai untuk dia rasakan. Kai membiarkan Anima melakukannya. Dia mengangkat Anima agar berbaring lebih ke atas, dan dia berada di atasnya menahan berat tubuhnya sendiri. Setelah agak lama, Kai merasakan Anima telah berhenti. Wanita itu menatapnya, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. "You are not sober!" "Aku akan mengambilkan pakaian untuk anda!" Kai bangkit dari atas tubuh Anima, saat tubuhnya ditarik lagi. "Anda mungkin akan menyesalinya nanti. Jadi sebaiknya anda istirahat!" Kai akan bangkit saat bibirnya sudah kembali di raih oleh Anima. Wajar Anima saat ini terlihat sekali kalau dia tidak sadar, karena tidak ada wajah datar yang biasanya, hanya ada wajah bingung. Kai membalik tubuh Anima, sehingga berada di atasnya. Lalu menegakkan tubuhnya, sehingga Anima berada tepat dia pangkuannya. "Katakan padaku, kenapa anda mengacak-acak kamar seperti ini. Tidak baik marah dengan membanting-banting barang!" Kai memegang kedua sisi wajahnya, tidak membiarkannya meraih bibirnya lagi. "Aku tidak ingin menikah!" Satu kalimat meluncur keluar dari bibir Anima, dan air matanya juga ikut keluar. Kai mengusap air matanya. Dia tidak tahu bosnya yang dingin bisa terpuruk dan menangis. Dia memuji wajah cantiknya yang tetap ayu, meskipun tanpa make up dan rambut yang kusut juga basah. "Kenapa? Kau memiliki calon yang tampan dan kaya, lebih lagi mereka pasti cerdas. Kau ingin memiliki anak cerdas bukan?" Kai mengajaknya bicara pelan-pelan, meskipun tahu kalau wanita itu sedang mabuk. Anima mengangguk, dia ingin anak cerdas. Kai tersenyum melihatnya mengangguk lucu. "Lalu kenapa kau marah dan menangis. Pilih saja satu dari mereka!" Kai tersenyum, meskipun merasa pahit. Anima menggeleng. Lalu melucur kalimat dari bibirnya. "Aku tidak mau menikah. Tapi aku tidak keberatan memiliki anak!" Kai bingung, tidak mau menikah, tapi mau punya anak. Jelas saja, mana ada orang yang mau seperti itu. Apalagi untuk kalangan orang-orang kaya. Mereka sangat menjaga image seperti nyawa mereka. "Dengarkan, anda akan jadi bahan pembicaraan, saat orang-orang tahu anda hamil tanpa suami. Bagaimana anda akan menanggungnya, juga keluarga anda pasti sangat sedih!" Kai mengusap rambut basah Anima, dia seperti sedang menjelaskan pada seorang adik. "Aku tidak bisa memenuhi keinginan mereka untuk segera menikah. Tapi aku bisa memenuhi keinginan mereka tentang memiliki cucu!" Kai tahu Anima adalah wanita yang berdiri teguh pada apa yang dipilihnya. Tapi dia merasa keputusan Anima sangat ceroboh. Dan dia malah mendukung keputusannya dengan menyetujui tentang kondisi tersebut. Jika saja tidak karena uang, dia mungkin bisa menolak. "Anda mungkin akan menyesali keputusan anda. Anggar Anggoro adalah laki-laki yang cocok untuk anda!" Kai bukan orang munafik. Dia sebagai laki-laki saja bisa memuji kalau dia tampan dan kaya, apalagi kaum wanita. "Kau melihatnya?" Anima bertanya dengan senyum tipis di bibirnya. "Hmm!" Kai mengusap pipi Anima. Jika dalam keadaan sadar, mana berani dia berbicara seperti itu. Dan menjadi lebih Akrab dengannya. Anima membuka handuknya. Kai reflek menahan handuk agar tidak benar-benar jatuh ke paha. Tapi Anima yang sore itu sangat agresif menguji kesabaran seorang Kaelan Abisan. Dia laki-laki. Sulit menolak wanita cantik yang ingin melakukan sentuhan lebih bersamanya. Saat tangannya bersentuhan dengan kulit Anima, dia merasa sangat terbakar. Ciuman Anima juga terus memprovokasinya. Kai melihat Anima buru-buru hendak membuka resleting celananya. Kai malu, tapi membiarkan wanita itu melakukannya. Bahkan tangan bejatnya, juga membantu untuk mempermudahnya. "Anda tidak bisa menyalahkan saya, nanti!" Kai melanjutkan apa yang telah mereka mulai. Posisi itu memungkinkan Anima mengambil peran. Sedangkan Kai hanya menikmatinya. Tapi pada akhirnya, Kai membaringkan Anima dibawahnya, dia mengambil kendali. "Aku mungkin akan menyesal. Karena aku mulai memiliki rasa terhadapmu!" bisik Kai menanam benihnya. Dia mengecup kening Anima. Wanita itu sudah terlelap. Melihat wajah tak bersalahnya, dia hanya bisa memeluknya sebagai bentuk dari perhatiannya. Kai tidak bertahan di sisinya. Dia bangun untuk mandi, karena dia memang belum mandi. Setelah mandi, Kai membantu membersihkan Anima. Juga membantunya berganti dengan gaun tidur. Selesai dengan itu, Kai memperhatikan betapa berantakannya ruangan tersebut. Dia menghela nafas. Mulai mengambil peralatan untuk beres-beres. Memastikan kamar itu kembali rapi, saat dia terbangun. Hingga pukul delapan malam, Kai baru bisa bersantai. Dia mendudukkan diri di sofa depan tv. Lalu perutnya terasa lapar. Dia berjalan menuju meja makan. Tahu kalau kulkas tidak memiliki bahan makanan. Dia hanya bisa puas dengan roti tawar oles selai. Kai makan sendirian. Dia masih teringat dengan percakapannya dengan Anima tadi. Bukankah dia sangat beruntung, bahkan Anggar tidak bisa masuk dalam pandangannya. Tapi dia memiliki kesempatan. Kai menegak minumnya, dia selesai makan. Kemudian dia berjalan menuju ruangan penyimpanan. Dia mengambilkan selimut untuk digunakannya sendiri. Tidur di sofa dengan damai. ___
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD