Normalisasi Keburukan untuk Mengungkap Kebobrokan Tirai pun kembali ditutup, Fatimah naik ke ranjang tingkatnya lagi. Ia memang tak mendengar apa yang diobrolkan oleh Yunita dengan orang di dalam panggilan yang ia lakukan, tapi dari raut wajahnya, Fatimah bisa menerka suasana seperti apa obrolan Yunita tersebut. ‘Serius!’ Ya sangat serius. Gadis itu berbaring memakai selimut sambil menatap ke langit-langit. “Mbak Yunita sepertinya bukan pelayan biasa! Dia sepertinya mata-mata dari orang kaya! Tapi siapa, ya?” “Nasib-nasib, seharusnya aku juga jadi mata-mata orang kaya biar imbalannya gede juga! Nah ini jadi mata-mata bibi, yang ada kalau bawa informasi pas pulang aku malah diomelin kalau ada info yang kurang!” Dalam hati Fatimah malah membandingkan hidupnya dengan Yunita. Wa