"Iya-iya, saya lepas nih.." Dengan terpaksa Vanya melepaskan genggaman tangannya pada tangan Lian. Seketika Lian juga menarik tangannya, seolah jijik baru saja dikuasai oleh Vanya. "Bapak jangan bentak-bentak saya, dong. Nanti citra Bapak buruk. Ini kita sedang di pabrik lohh, Pak." Vanya berusaha mengingatkan Lian untuk calm down. Padahal sebenarnya dalam hati Vanya merasa senang bisa melancarkan aksi modus menggenggam tangan Lian seperti beberapa saat yang lalu. Vanya berharap Lian sering-sering membeku karena tingkahnya yang selalu ajaib. 'Betah-betah ya, Mas Lian..' batin Vanya tersenyum penuh kemenangan. "Sebenarnya citra saya sudah buruk sejak saya mengajak seorang gadis kemari. Terlebih gadis itu kamu! Ayo kita keluar!" Nyesss. Bukan lagi panas, lebih kepada kebakaran. Lia