Perang Dingin

1132 Words

“Baik buruknya saya, tahu apa kamu? Jika kamu keberatan dengan syarat yang saya ajukan. Maka berhentilah bermimpi untuk bersanding dengan saya. Karena menurut saya, syarat yang saya ajukan merupakan syarat termudah. Bahkan bukan merupakan sebuah syarat, melainkan kewajiban.” “Kamu muslim? Kamu pasti tahu hukumnya menutup aurat? Hukumnya menyayangi kedua orang tua? Hukumnya membaca Al-Qur’an? Hukumnya—” Vanya mengangkat telapak tangannya, berusaha menghentikan Lian. Lian tumben sekali lancar berbicara. Biasanya Lian-lah yang paling irit berbicara. “Sudah, Mas. Jangan dilanjutkan. Saya tahu.” “Baguslah.” Sejak perdebatan sengit di dalam mobil, kini seusai kejutan kecil untuk Kavin berhasil mereka berikan. Mereka masih terjebak dalam perang dingin. Saat Lian dan Vanya masih berperang ding

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD