Part : 7

3174 Words
"Suamiku. Bagaimana rasanya setelah menikmati 2 perawan dalam 1 malam? Pasti banyak pria yang iri denganmu. Betapa beruntung nya kami bertiga diperawani oleh pusaka negara seperti dirimu, oh pahlawan dan suamiku." Kata A Mi sambil berjalan dengan pelan mendekati sang suami yang masih mengatur nafas. "Luar biasa sayangku. Terima kasih atas restu mu yang mengizinkan aku menikmati 2 selir ini." Kata L Jun. "Suamiku. Malam ini engkau akan membuahi rahimku. Proses pembuahan ini harus disaksikan oleh kedua selir kamu. Aku menghendaki keberadaan mereka dan mereka akan melihat proses awal kehamilanku. Ini adalah masa suburku" Kata A Mi... "Baik istriku. Permintaan dirimu akan dikabulkan" kata L Jun. A Mi tersenyum manis. Dia kemudian menoleh ke belakang dan menyuruh 2 selir itu mendekat. "Kalian berdua akan melihat bagaimana rahim aku akan dibuahi oleh suamiku. Tolong kalian simak baik baik." Kata A Mi ke mereka berdua dengan senyum. A Mi juga membelai wajah cantik mereka berdua. "Kalian berdua akan mendapatkan benihnya nanti" kata A Mi yang disambut oleh senyum kedua selir itu. "Baik kak" kata mereka berdua sambil tersenyum. Mereka berdua berlutut di dekat ranjang untuk melihat awal proses pembuahan rahim A Mi. A Mi naik ke tubuh suaminya dan mereka saling berciuman dengan mesra. Ciuman itu kini bertambah ganas dan L Jun membalik tubuh istrinya. L Jun kini di atas istrinya. Mereka saling tatap dan kembali berciuman. Tangan L Jun meraba raba p******a istrinya. p****g s**u itu diputar putar oleh nya jari jari nya. "Suami ku... oh.. geli... oh...Nikmat...ahhhh.. mari menyusu..... suamiku... nikmatilah p******a aku.... ahhhhh" pinta sang istri yang sebetulnya sudah sangat terangsang dari tadi. L Jun akhirnya menyusu p******a istrinya. Lidahnya bermain main di p****g s**u istrinya. Sang istri memeluk kepala suaminya dengan kedua tangannya. "Nikmatilah Sayangku. Sepasang gunung kembar ini adalah milikmu." Kata sang istri. Setelah puas menyusu, L Jun langsung menjilati v****a sang istri dan menciumnya. "Sebentar lagi kamu akan dibuahi, oh istriku yang cantik. Engkau akan mengandung anak dari benih ku." Kata L Jun. "Betapa beruntunglah diriku oh suamiku. Kebanggaan dan kehormatan juga suatu impian bisa mengandung benih dari pahlawan semacam dirimu." Kata sang istri. p***s itu langsung dimasukan ke v****a istrinya yang sudah basah. Kedua selir itu sendiri mulai terangsang lagi. Mereka berdua juga masih telanjang bulat karena belum diizinkan untuk berpakaian oleh sang nyonya. Kedua gadis kembar itu saling menatap dan mulai berpegangan tangan. Mereka agak cemburu melihat betapa romantis nya suami istri itu. L Jun memompa v****a istrinya dengan penuh semangat dan sepenuh tenaga. Sudah bagus dia tidak kena serangan jantung. Istrinya sampai tak bisa mendesah dan berteriak karena nikmat dan kecepatan L Jun. "Ahhhhhh ooohhh suamiku... kau... sungguh ... perkasa...." teriak sang istri yang akhirnya dapat kesempatan untuk "ambil nafas". "Istriku... sebentar lagi aku akan membuahi rahim mu. Jadilah ibu untuk anak anak kita" kata L Jun. "Ahhuhhh suami ku... ahhhh aku keluar... ahhhhhh" teriak sang istri.... "aku juga sayangku... ahhhhhhh" L Jun mengeluarkan semua cairan s****a nya di dalam v****a istrinya. Setelah itu p***s L Jun ditarik. L Jun menyuruh selir selir nya mengangkat kedua kaki nyonya mereka tinggi tinggi. Mereka berdua mengangkat kaki sang nyonya ke atas agar semua s****a itu masuk ke dalam rahim istrinya. Setelah 2 menit berada di dalam posisi itu, mereka berdua menurunkan kaki sang nyonya. Kedua selir itu dengan inisiatif membersihkan tubuh sang nyonya dengan handuk basah. Setelah membersihkan sang nyonya, mereka berdua membersihkan p***s tuan nya dengan lidah dan mulut mereka berdua. Tak lama kemudian, A Mi mengajak suami nya untuk mandi berdua. Kedua selir itu diminta untuk memandikan mereka berdua. Mereka berdua sambil menahan sakit di selangakangan mereka, ikut serta dengan tuan dan nyonya. Mereka akhirnya mandi berempat. Sambil tertawa, Li Jun menggoda mereka bertiga dan memeluk mereka semua. Setelah mereka berempat selesai, A Mi dengan lembut meminta kedua selir itu berbaring di ranjang nya dan membuka lebar kedua kakinya serta lututnya ditekuk. A Mi dengan lembut dan penuh kasih sayang mengobati dan mengurap v****a kedua selir yang baru saja diperawani itu dengan obat agar v****a mereka tidak sakit dan cepat sembuh. A Mi juga mengecup dan mencium pipi mereka berdua. Mereka berdua diperlakukan layaknya seorang adik kandung oleh A Mi. Mereka berdua terharu dengan kebaikan sang nyonya yang mau merelakan sang suami berbagi kasih dengan mereka berdua. A Mi kemudian menyuruh mereka berdua kembali ke kamar mereka dan berpakaian kembali. A Mi dan sang suami kembali tidur. "Semoga kandungan kamu akan segera dibuahi ya, istriku yang cantik. Aku menantikan kehadiran anak kita nanti" kata L Jun. Malam hari, Di kediaman jenderal Cao, sang jendral bermimpi dia bertemu seseorang yang sudah tua. Pria tua itu bernama Chen Na Yang. Pria tua itu berkata kepada sang jenderal kalau L Jun adalah titisan dewata bagi rakyatnya dan orang seperti itu hanya turun setiap 1000 tahun 1x. Pak Tua itu menyarankan agar L Jun memberikan anak gadisnya kepada L Jun untuk dinikahkan. "Percayalah kepadaku, oh Jenderal tangguh. Darah mu mengalir dengan deras di tubuh anak gadis mu dan L Jun akan membuahi rahim anak mu. Bila anak gadis mu dijadikan istri L Jun maka L Jun akan membuahi rahim anakmu. Sedang pendekar tangguh dengan kehebatan setengah dewa akan lahir. Percayalah kepadaku, oh jenderal hebat. Selamat tinggal." Kata Chen Na Yang itu. Tak lama kemudian jenderal itu terbangun. Besok paginya, L Jun kembali memantau benteng di perbatasan. Melihat situasi sudah mulai berangsur angsur kondusif, L Jun kembali ke istana dan tiba tiba dia dipanggil untuk menghadap kaisar. Kaisar meminta L Jun untuk menjadi komandan perang bersama jenderal Cao Ni Ma. Suatu kerajaan kecil yang berasal dari selatan akan menyerbu negara. Mereka baru saja mengirim pesan agar meminta kaisar menyerah. Geram, kaisar menyatakan perang dengan kerajaan Co Li. Jendral Cao dan L Jun bersama akan memimpin 50.000 pasukan ke medan perang. Ketiga ajudan setia L Jun juga menemaninya. Perang akan dimulai besok pagi. Mereka hanya memiliki Sedikit waktu untuk bersiap siap. L Jun kemudian pulang dan memberitahu istrinya tentang tugas yang harus diemban itu. Istri dan 2 selir nya cemas tapi L Jun meyakinkan mereka berdua kalau dia akan kembali dengan selamat. Besok paginya L Jun berangkat berperang. Musuh membawa 80500 tentara nya. Komandan musuh maju sendiri dengan kudanya untuk bernegosiasi dengan jendral Cao dengan harapan jenderal Cao mau menyerah agar tak ada korban di kedua pihak. Tawaran itu tentu ditolak. Alhasil mereka berdua kembali ke pihak masing masing dan aba aba perang segera dimulai. Perang pun dimulai dan semua tentara dari kedua pihak maju untuk saling membunuh. Meski musuh lebih banyak, tentara kerajaan tidak gentar dan mampu memberikan perlawanan sengit. Tentara kerajaan dilatih dengan sangat keras sehingga mereka memiliki fisik kuat dan kemampuan beladiri handal. Korban pun mulai berjatuhan. Jenderal Cao dengan semangat tinggi menyerang para tentara tentara musuh tanpa rasa takut. Setiap kali jenderal Cao menggerakan tangannya dengan senjata andalan nya, tak ada yang selamat. 1 sabetan dari tombak nya itu bisa membunuh 3 tentara musuh dengan mudah. Di atas kuda, dia tak bisa dihentikan. Hujan panah pun bisa dia lewati hanya dengan memutar tombaknya di atas kepala dan tanpa perisai. L Jun terpana melihat wibawa dan kekuatan jenderal Cao yang luar biasa itu. L Jun juga ingin bersinar. Dia dengan pedang nya maju dengan kuda hitam nya membantai semua musuhnya. Ketiga ajudannya dengan setia berada di sampingnya membantu melindungi sang komandan. Kemampuan L Jun membuat musuh mulai gentar. Jenderal Cao juga teralihkan perhatiannya karena aksi sensasional dari sang junior. Mereka berdua kini saling menatap dan mereka seolah mampu membaca pikiran 1 dan yang lainnya. Mereka berdua berlomba untuk membantai tentara musuh. Dalam beberapa detik saja, jenderal Cao mampu membunuh 25 orang dan di saat yang sama L Jun sudah membantai 27 orang. Mereka terus melakukan itu tanpa henti. Kehebatan mereka membuat tentara lawan kabur meski jumlah mereka sendiri masih lumayan banyak. Mereka ketakutan melihat kedua pemimpin itu menggila. Sang pemimpin musuh merasa terhina dan dia dengan kudanya maju melawan jenderal Cao. Atasan L Jun dengan senang hati menjawab tantangannya dan mereka berduel di atas kuda. Duel mereka berlangsung sangat sengit tapi tentara lawan menggunakan kesempatan ini untuk menyerang jenderal Cao secara bersama sama. Taktik pengecut. L Jun tak mau kehilangan sang jenderal dan dia bersama ketiga ajudan nya menyusul jenderal Cao untuk membunuh musuh musuh nya dan melindungi sang jenderal. Mereka berdua bisa berduel dengan damai saat ini. Sayang komandan tentara musuh mulai ketakutan karena jenderal Cao terlalu menakutkan tapi dia tak mau tunduk menyerah. Duel di atas muda berlangsung sengit. Mereka berdua saling bertukar serangan. Komandan lawan, Sa Bun mengerahkan semua kekuatan nya melawan jenderal Cao. Dengan jurus tombak berputar andalan nya, dia menyerang jenderal Cao. Jenderal Cao yang sarat pengalaman dengan mudah menghidari jurus itu. J Cao kini melawan balik dengan jurus tombak iblis berdarah yang bisa menembus batu dengan 1 gerakan. Sa Bun hampir terkena serangan maut itu dan dia terjatuh dari juga nya. Baju perang nya mulai hancur. Darah keluar dari tubuhnya. Kuda nya kabur ke tengah hutan meninggalkan tuan nya. Sa Bun tak mau malu, dia terus melayangkan serangan ke arah J Cao. Ternyata dengan meninggalkan kuda, Sa Bun menjadi lebih ganas dan lebih bebas bergerak. J Cao mulai kewalahan dan akhirnya turun dari kudanya. Dengan tenang J Cao berkata kalau Sa Bun bisa mengalahkan anak didiknya, Sa Bun boleh membunuh nya. Bila tidak, Sa Bun akan tewas. Tantangan itu diterima saat dia melihat L Jun yang dikira masih anak ingusan. Dengan senang hati dan tertawa, Sa Bun menerima tantangan itu L Jun dengan santai dan tanpa memandang lawannya itu maju. Lawannya yang berusia 50 tahun + itu tentu saja merasa murka karena tidak dianggap sebelah mata oleh pemuda itu. Dengan pedang di tangannya, L Jun maju menyerang. Tentara musuh kini sudah tak lagi terlihat. Ada sekitar 8000 tentara kerajaan tewas dan jumlah itu tidak sebanding dengan tentara musuh yang tewas. Kemenangan sebetulnya sudah resmi menjadi milik kerajaan namun J Cao masih mau memberi muka ke lawannya. L Jun melompat dan menghunus pedang itu ke arah d**a lawan nya. Sa Bun kaget dengan kecepatan serangan L Jun. Dia menghindar tapi masih terkena sedikit serangan dari L Jun. Luka goresan mulai berdarah. Dia tak percaya dengan apa yang dia lihat. Pemuda yang dia pandang remeh itu sudah memberikan sebuah luka goresan di d**a nya. Dia mulai gemetar dan cemas, belum lagi dia tak bisa kabur. Pilihannya hanya menang. Kalah adalah mati. Sa Bun menyerang dengan tombaknya. Jurus tombak pembelian langit dia akhirnya dikeluarkan. Li Jun dengan gesit melompat sambil salto ke belakang untuk menghindar. Gagal kena, Sa Bun mencoba lagi dan lagi lagi dihindari. Percobaan terakhir dilakukan dan dengan penuh perhitungan dan rencana matang, L Jun menghindari dan menyerang balik. Ujung pedang itu menempel di leher Sa Bun. Dia gemetar ketakutan dan menjatuhkan tombaknya. Jenderal Cao memberikan pilihan untuk L Jun tapi L Jun bermurah hati melepaskan orang ini dengan harapan dia tidak akan menyerang balik lagi. Sa Bun akhirnya pergi dengan kuda yang tak bertuan. Beberapa meter kemudian, Sa Bun berhenti dan berteriak kalau dia tak akan melupakan kebaikan L Jun dan tidak akan mengganggu mereka lagi. Sa Bun kemudian lari tanpa henti dengan kecepatan tinggi. Jendral Cao berkata kalau dia yakin Sa Bun orangnya bisa dipercaya dan selalu memegang kata katanya. L Jun akhirnya kembali bersama J Cao dan para tentara kerjaan menuju istana. Dengan membawa bendera Musuh dan tentara yang masih utuh meski beberapa tewas di medan perang, kaisar lagi lagi memberikan uang yang banyak kepada L Jun. Seperti biasa, dia membagi uang nya untuk ketiga ajudan nya dengan adil. L Jun kemudian kembali ke rumah dan disambut hangat oleh istri dan kedua selir nya. "Hari yang melelahkan, istriku. Kalian bagaimana? Baik baik saja di rumah?" Tanya L Jun. "Suamiku. Tentu saja semuanya baik baik saja. Kami bertiga tadi siang belanja sayuran di pasar dan kami sudah memasak untuk mu." Jawab A Mi sang istri. "Kak Li Jun. Bagaimana kalau kami bertiga memandikan kakak?" Tawar A Chao. "Ide bagus. Bagaimana suamiku? Kami bertiga memandikan dirimu. Kita mandi bersama saja." Kata Istrinya dengan semangat. "Baik. Kita mandi bersama sekarang" kata L Jun. Mereka berempat mandi bersama dan tubuh L Jun yang berotot itu dibersihkan dengan seksama dan lembut oleh kedua selir nya. Sementara L Jun sedang bermesra mesraan dengan sang istri. Setelah mandi bersama, mereka makan malam berempat. "Istriku. Aku sangat lelah." Kata L Jun. A Mi kemudian memanggil kedua selir nya dan mereka diminta untuk melepas semua pakaiannya sampai telanjang. Setelah mereka berdua sudah telanjang, A Mi kemudian melepas semua pakaian L Jun. Kedua selir nya disuruh memijat L Jun. Sang jagoan dibaringkan di atas ranjang dan mereka berdua mulai memijat L Jun. Tangan tangan lembut dan halus itu memberikan pijatan yang nikmat. Selir selir itu memang jago memijat sampai L Jun tertidur sesaat. Tak lama kemudian L Jun terbangun. A Mi menyuruh L Jun berbalik telentang. Kemaluan nya yang sudah keras itu kemudian dijilat oleh kedua selir nya yang sudah telanjang. "Bagaimana Sayangku? Suka? Enak kan?" Ledek sang istri. "Sungguh ini tiada tandingan sayangku. Istriku sungguh tahu cara memuaskan suaminya." Kata L Jun sambil menutup matanya. A Mi kemudian menyuruh kedua selir itu menyingkir dan sang istri yang masih berpakaian lengkap kini meraba raba dan mengelus elus p***s sang suami dengan pelan. L Jun sudah terangsang berat. A Mi menyuruh kedua selir itu duduk di dekat L Jun. Kedua tangan L Jun kini meremas remas p******a selir nya dan memainkan p****g s**u mereka. "AHHH tuan... enak tuan... ahhhh" desah mereka berdua yang saling bersahutan. A Mi masih memberikan pijatan di p***s suaminya dan tak lama kemudian, A Mi mulai mengocok kemaluan sang suami. Kocokan dan rasangan dari 2 selir itu membuat L Jun langsung o*****e dalam waktu singkat. "Oh Sayang ku... nikmatnya. Ahhh... aku ahhhhh...." kata L Jun yang sudah teler. Kedua selir itu diberi hadiah dengan menjilati s****a sang tuan. Mereka dengan gembira menjilati s****a itu sampai bersih dan mereka berempat kini tidur bersama. Sungguh nikmat dan lebih efektif dari xanax atau esilgan, L Jun langsung tertidur dengan lelap. Besok pagi nya, seorang utusan kaisar datang untuk menjemput L Jun ke istana. Dia pergi bersama utusan kaisar itu dan mereka tiba di istana akhirnya. Kaisar ingin berjumpa dengan L Jun 4 mata. Kaisar mengatakan kalau dia sangat bangga dengan sikap L Jun yang murah hati. Baru saja tadi seorang utusan dari kerajaan Co Li datang memberikan 2 lembar sutra untuk kaisar dan 2 jubah musim dingin dari kulit beruang untuk L Jun dengan secarik surat dari Sa Bun. "Terima kasih atas pengampunan yang kau berikan kepadaku. Aku dan raja ku tidak akan mengganggu kerajaan kalian lagi. Kami sudah mengakui kehebatan kalian. Terimalah hadiah dari kami sebagai tanda perdamaian." Begitulah isi surat dari Sa Bun yang dibubuhi tanda tangan kaisar kerajaan Co Li. "Kamu luar biasa. Muda, tampan, ahli beladiri dan mengagumkan. Yang ini adalah luar biasa. Beda. Kamu memilih melepas musuh dan memberikan pengampunan kepada mereka. Tentara kerajaan tak perlu lagi tewas di medan perang. Negara sungguh beruntung memiliki dirimu. Semoga negeri ini senantiasa damai dengan adanya dirimu di sini." Puji sang kaisar. Tiba tiba seorang pengawal datang dan membawa berita buruk. "Yang Mulia. Pasukan dari dynasty Ma Ho datang! Mereka sudah melanggar perjanjian. Awalnya mereka berjanji tidak akan mengganggu kita tapi mereka datang dengan membawa 80000 pasukan" Kata pengawal itu dengan tegang dan cemas. Kaisar langsung memukul meja. Senyum cerah kaisar langsung hilang. "Kurang ajar!! Tak ada yang bisa mempermainkan kerajaan ini. Ini adalah pernyataan perang. L Jun. Kalau kamu bisa membunuh jenderal mereka, kamu akan mendapatkan hadiah besar. Pangkat mu langsung dinaikan menjadi jenderal angkatan darat! Persiapkan dirimu. Perang akan dimulai segera!" Perintah kaisar dengan wibawa tak tertandingi itu. Kaisar sebetulnya kesal karena ada banyak musuh yang selalu merusak kedamaian di dalam negeri. L Jun langsung memakai jubah perang nya dan semua pasukan disiapkan untuk pergi berperang. Musuh sudah di depan gerbang utama. L Jun sendiri keluar untuk bernegosiasi dengan jendral musuh itu. Dia bernama Pe Ni Pu. "Anak muda! Sampaikan ke kaisar mu kalau dia mau menyerah, tak akan ada yang terluka. Kalau melawan, tak ada ampun." Kata sang jenderal. "Mohon maaf. Kami memilih pilihan ke dua. Kami tidak menyerah." Kata L Jun yang kemudian kembali ke dalam benteng. Geram dengan jawaban L Jun, jenderal Ni Pu akhirnya menyuruh para tentara nya bersiap siap. Semua tentara kerajaan sudah dalam posisi usaha penuh. Perangpun dimulai. Didamping 3 ajudan setia nya dan jenderal Cao, L Jun mempimpin semua tentara berperang. Mereka membawa 50.000 tentara. Mereka yakin mereka akan menang meskipun jumlah sedikit. Para tentara kerajaan dan tentara musuh sudah saling bunuh dan korban sudah berjatuhan di kedua pihak. Dengan kemampuan beladiri tentara kerajaan yang hebat, korban dari pihak L Jun lebih sedikit. Jenderal Cao dengan gagah berani menerobos semua barisan pasukan musuh dengan tombak maut nya. L Jun juga sama. Dengan kawalan ketiga ajudan setia nya, dia dan jenderal Cao berlomba lomba untuk membunuh tentara musuh. Jumlah musuh hampir 2x lipat lebih banyak dari tentara kerajaan. Dengan gagah berani, mereka berperang. Jenderal Cao dan L Jun sudah membunuh puluhan tentara musuh. Ketiga ajudan L Jun juga senantiasa melindungi L Jun dari semua serangan musuh. Jenderal Ni Pu memberikan tanda. Bencana dimulai. Pasukan pemanah tiba tiba bermunculan dan menembakan panah ke arah tentara kerajaan. Beberapa tentara kerajaan banyak yang tewas. Gawatnya lagi, jenderal Cao juga terkena panah itu di dadanya, untung nya panah itu tidak terlalu dalam. Jenderal Cao terluka tapi dia tak peduli. Tombak nya masih berlumuran darah dari tentara Musuh. L Jun melihat kejadian itu dan dia mengutus ketiga ajudan nya untuk menjaga jenderal Cao. Mereka bertiga langsung merapat ke jenderal Cao dan dengan kemampuan beladiri mereka bertiga yang sudah semakin meningkat, mereka mengawal jenderal Cao kembali ke istana untuk perawatan. L Jun kini sendirian mengemban tugas negara. Dia langsung mengincar jenderal musuh dan dengan kehebatan nya, dia loncat salto ke arah Nii Pu. Jenderal itu kaget melihat kehebatan L Jun. Tombak bermata 3 alias trisula itu diarahkan ke Li Jun. Dengan tangkas, Li Jun menghindari tombak itu dan dengan pedang nya, dia menyerang balik dengan cepat. Jendral Ni Pu hampir saja tewas. Untung saja jenderal Ni Pu memakai pelindung tambahan. Merasa kecele, Li Jun kemudian menyerang lagi ke kepala Ni Pu. Sial nya hampir semua tubuh Ni Pu tertutup oleh baju besi. L Jun akhirnya menaruh pedang nya kembali ke sarung nya. Dia memakai tangan kosong untuk melawan jenderal musuh. Dia harus bergerak cepat kalau tidak akan banyak tentara kerajaan yang akan tewas. Ni Pu terkejut dengan aksi pemuda itu. Dia tetap cuek dan kembali menyerang dengan trisula nya. Jenderal Ni Pu tak mau bersama lama dengan pemuda ini. Dia melancarkan jurus andalannya. Ni Pu yang masih di atas kuda ini menggunakan jurus kuda kahyangan. Dia memukul kudanya dan kuda itu berlari dengan kecepatan tinggi. Ni Pu memutar memutarkan trisula nya ke semua arah menutup celah serangan. Li Jun masih memiliki pedang dan dengan mata dia yang tajam bagai burung elang, dia melompat ke samping dan melempar pedang itu ke arah leher Ni Pu. Keberuntungan berpihak ke Li Jun. Pedang itu terkena trisula yang berputar tadi dan jatuh menancap ke tangan kanan Ni Pu yang tidak tertutup oleh pelindung. Dengan terpaksa dan menahan sakit, dia menggunakan tangan kirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD