Part : 3

1664 Words
Semua tentara yang selamat diberikan penghargaan langsung dari kaisar. Jenderal Ta Ma De juga mendapatkan kenaikan pangkat menjadi penasihat kaisar. Jenderal itu tidak mau melupakan jasa Li Jun. Jenderal itu memberanikan diri memperkenalkan Li Jun kepada kaisar. Sang kaisar matanya langsung berbinar binar saat Jenderal Ta Ma De menceritakan duel Li Jun melawan sang jenderal musuh yang akhirnya tewas di pemuda ini. Sang Kaisar memberikan Beberapa hadiah yang sangat besar kepada Li Jun. Pertama, dia diberikan banyak uang dan emas. Kedua dia diberikan pangkat menjadi seorang komandan angkatan laut. Ketiga, dia akan diberikan rumah dan tanah di pusat ibu kota. Li Jun sendiri tak percaya dia bertatapan langsung dengan sang kaisar. Dia sangat kagum dan terharu. Meski Li Jun sebenarnya tidak membutuhkan itu semua, dia tidak berani menolak pemberian kaisar. Dia Akhirnya kembali ke kampung nya dengan sukacita. Namun sayang, sukacita itu langsung berubah menjadi duka cita yang dalam. Setibanya di kampung, dia tidak melihat 1 orang pun di sana. Para petani tidak terlihat sedang bercocok tanam, padahal cuaca dan musim sedang bagus. Tak ada pedagang yang berjualan dan tak ada 1 orang pun yang berada di jalan. Satu satu nya yang bergerak adalah asap putih di dekat rumahnya. Dia panik dan langsung berteriak memanggil istri nya.... tidak ada jawaban. Dia langsung membuka pintu rumahnya. Dia hampir pingsan melihat apa yang dia lihat. Istrinya sudah menjadi jenazah. Kakek neneknya sudah tewas terkena panah. Mayat mereka tergeletak di tengah jalan. Semua penduduk tewas. Harapan sudah tak ada. Dia kini mencari siapa saja selama itu manusia. Li Jun menemukan seorang nenek tua yang sedang merenggang nyawa. Nenek itu langsung dihampiri oleh Li Jun. "Nek! Siapa pelaku ini semua?? Siapa?!" Teriak Li Jun. Dengan sekuat tenaga, nenek itu menjawab, "Mereka.... suka membuat teror. Mereka itulah yang membunuh orang tua mu dulu nak. Nenek masih ingat wajah pemimpin itu meski sudah 20 tahun lebih. Wajah dia tidak berubah. Dia memiliki luka di muka kanan nya dan bermata biru serta hidung agak mancung. Mereka... mereka... dikenal Dengan nama ... pasukan padang... rumput." Kata nenek itu yang akhirnya tutup usia. "Pasukan padang rumput! Aku ingat nama itu. Bekas luka di wajah bagian kanan dan berkata biru. Memiliki hidung agak mancung. Tunggu pembalasanku!" Kata Li Jun dengan geram. Dia mengambil pedangnya dan mengubur semua penduduk di desa nya. Setelah dia menguburkan semua penduduk di sana termasuk istri, kakek nenek dan mertua nya, dia pergi dan dia melihat ke belakang untuk melihat desa yang sudah dia tempati dari kecil sampai hari ini untuk terakhir kalinya. Desa yang dulu damai dan tenteram kini menjadi mati. Tak ada kehidupan lagi. Hewan pun tidak ada di sana. Kicauan burung sudah tak lagi terdengar. Kisah cinta dia juga berakhir tragis. Air mata turun membasahi wajah nya. Desa tempat dia menikah dengan mendiang istrinya kini akan diambil kembali oleh alam. Mereka yang dari tanah kembali lagi menjadi tanah. Dengan berat dia menuju ibu kota. Setelah sampai di pusat ibu kota, dia langsung menuju rumah baru nya yang sudah dijaga oleh beberapa pengawal. Rumah yang diberikan kaisar sungguh besar. Jauh lebih baik daripada yang di desa tapi rasanya hampa. Dia sendirian menghuni rumah itu. Istrinya sudah tiada. Kakek neneknya juga sudah berpulang. Dia kini sebatang kara. Terlepas dari itu semua, dia tak mau berlarut larut dalam kesedihan. Dia menegakan badannya dan melangkah menuju istana. Tugas baru dia sebagai seorang komandan angkatan laut harus dijalankan. Dia kini mengabdikan dirinya kepada negara. Meskipun demikian, dia tidak berpuas diri. 1 tugas utama harus dituntaskan. Membalas dendam kematian istrinya dan semua penduduk desa serta kematian orang tua nya. Dengan kekuatan yang dia punya, dia tak akan bisa menang sendirian. Dia juga belum ada kuasa untuk membawa pasukan seenak hatinya. Jadi dia harus bersabar. Li Jun masuk ke dalam istana dan dia tiba tiba bertemu dengan kedua jenderal yang dibantu olehnya waktu itu, Cao Ni Ma dan Ta Ma De. Li Jun dipanggil oleh mereka dan disuruh duduk. Jenderal Ta Ma De melihat ada kesedihan di wajah sang komandan muda. Tmd: ada apa anak muda? Aku terlihat sedih. Ada masalah apa yang membuat dirimu murung? Lj: semua keluargaku..... dibantai oleh pasukan padang rumput... Cnm: apa?? Mereka semua membantai keluargamu? Istrimu bagaimana? Lj: dia tewas juga. Tmd: b******k! Mereka memang sudah kelewatan. Salah 1 anggota keluargaku juga tewas ditangan mereka. Cnm: mereka memang terkenal dengan kesadisan nya. Gawatnya lagi, mereka bisa datang kapan saja dan tak ada yang tahu dari mana mereka berasal bahkan markas mereka juga tak jelas. Lj: saya bingung bagaimana cara mencari mereka. Target saya adalah sang pemimpin yang memiliki cacat di wajah bagian kanan. Mati pun tidak akan tenang sebelum dia tewas! Cnm: tenang, anak muda. Mereka bukan lawan mudah. Saat ini negara sedang tidak kondusif. Tugas negara lebih penting. Kalau kondisi negara sudah mulai kondusif, kita bertiga akan mencari dia. Li Jun tersenyum dan mengucapkan banyak terimakasih. Jenderal Ta menyuruh dia segera menuju ke pelabuhan. Kapalnya ada di sana. Temuilah panglima Zhu Tou. Dia adalah pemimpin baru mu sekarang. Belajarlah yang banyak darinya. Kamu masih muda. Masa depan cerah menanti dirimu. Dengan segera L Jun menuju ke pelabuhan dan menemui panglima Zhu. Kebetulan Di sana sedang ada seleksi tentara. Beberapa pemuda berkumpul di sana untuk mendaftar. Mereka semua dibagi menjadi 2 kelompok. Satu demi satu dipanggil dan disuruh berduel. Pemenang akan menjadi tentara. Yang kalah? Ya pulang. L Jun mengamati mereka semua terutama yang menang. Dia menemukan 3 orang pemuda yang memiliki bakat cukup bagus dan bisa dilatih biar menjadi lebih baik. L Jun sendiri merasa ketiga orang ini bisa dijadikan ajudan nya suatu hari. Mereka bernama Wang Qi Bai, Lin Lan Jiao dan Xi Ma Kan. Mereka juga masih muda baru berusia 18 tahun. Setelah seleksi selesai, para calon tentara itu disuruh naik ke kapal dan mereka semua diantar ke benteng untuk dilatih secara teori dan praktek. L Jun juga ikut serta dalam pelatihan itu. 3 minggu berlalu, kaisar memberi kabar kalau ada pasukan bajak laut semakin menggila di lautan selatan. Angkatan laut yang berisikan para tentara baru itu langsung diturunkan untuk bertugas memberantas bajak laut tersebut. Mereka semua menyamar dengan menggunakan pakaian biasa dan kapal kapal itu tidak memakai bendera sehingga terlihat seperti kapal biasa. Alhasil Mereka semua berangkat. 3 kapal "biasa" itu berlayar meninggalkan pelabuhan. Semua awak kapal tidak terlihat seperti tentara dan tidak ada senjata tajam yang terlihat di kapal. Sementara itu, nun jauh Di sana, 5 kapal bajak laut langsung mendekati 3 kapal itu. Kapal "biasa" itu hanya ada 3 orang awak saja yang terlihat, padahal sudah ada puluhan tentara yang sudah siap siaga bersembunyi dan hanya tinggal menunggu kode saja. Kapal bajak laut itu akhirnya sudah menempel ke kapal Li Jun dkk. Mereka semua langsung melompat ke kapal itu dan salah seorang awak kapal langsung mengibarkan bendera. Kode itu adalah perintah dan semua tentara yang tadi tak ada, tiba tiba langsung keluar semua. Para bajak laut yang tadi begitu beringas dan buas, langsung ketakutan lari pontang panting dan beberapa sampai memilih loncat ke laut. Para tentara baru itu bertempur dengan semangat tinggi tanpa kenal takut. Li Jun sendiri menjadi komandan di salah 1 kapal itu. Dia harus memastikan Tak ada korban yang jatuh di kapal nya. Li Jun juga ikut turun berperang dan membunuh semua anggota bajak laut tersebut. Anggota bajak laut itu hampir semuanya tewas, belasan ditangkap dan sisanya menghilang (di lautan). Para tentara kaisar juga ada beberapa yang tewas tapi tak banyak. Beberapa terluka dan sebagian besar selamat. Semua uang dan harta yang ada di dalam kapal bajak laut itu diambil dan diberikan ke istana raja untuk dibagikan ke rakyat miskin. Sang kaisar memberikan penghargaan kepada para tentara baru itu. Kaisar terlihat sangat bahagia dan puas dengan performa tentara baru nya. Li Jun mendapatkan penghargaan lagi dari sang kaisar. Dia dipromosikan menjadi letnan kolonel armada angkatan laut karena keberhasilan dia memastikan awak kapal nya selamat semua. Hadiah uang banyak juga diberikan untuknya. Beberapa awak kapal di 2 kapal lainnya memang di luar kuasa Li Jun dan komandan nya juga tidak memiliki kemampuan berperang serta beladiri yang cukup handal. Tak heran beberapa awak di 2 kapal itu tewas. Di samping itu, dia diberikan seorang gadis perawan yang sangat cantik sebagai hadiahnya. Gadis itu bernama Hu Fei Mi. Dia adalah gadis tercantik Di ibu kota dan bari berusia 18 tahun. Dengan senang hati, Li Jun menerima hadiah itu sebagai penghibur luka lara nya. Kematian istrinya masih melukai hatinya. Kedatangan gadis ini langsung menyembuhkan semua luka hatinya. Meski sudah ada istri baru, dia tetap masih mau membalaskan dendam terhadap gerombolan pasang rumput itu. Wang Qi Bai, Lin Lan Jiao dan Xi Ma Kan juga diberikan hadiah langsung oleh Li Jun sebagai ucapan terima kasih. Mereka bertiga nanti akan dilatih sendiri oleh Li Jun. Meski perbedaan pangkat memisahkan mereka, Li Jun tetap menghormati dan menghargai mereka bertiga. Li Jun akhirnya dinikahkan dan pestanya sangat meriah. Kaisar sudah mendengar kisah tragis dari jenderal Ta dan kaisar merasa iba dengan pemuda itu. Semua penduduk ibukota datang menyaksikan resepsi pernikahan Li Jun bersama istri barunya. Sang kaisar sendiri bahkan ikut hadir ke dalam pesta itu. Dia sangat beruntung memiliki pemuda yang berbakat dan berbakti pada negara. Malam pertama mereka telah tiba setelah pesta mewah yang sudah berlangsung. Sebagai sepasang suami istri, inilah saat yang dinantikan oleh mereka berdua. Mereka berdua kini sudah sendirian di kamar pengantin yang besar dan indah itu. Fei Mi masih memakai gaun pengantin merahnya. Tudung merah khas pengantin itu dibuka dan diletakan di ranjang besar itu. Wajah cantik istrinya kini sudah terlihat jelas setelah semua penutup nya dilepaskan oleh Li Jun. Fei Mi tersenyum dan senyuman nya yang cantik dan manis itu memberikan kedamaian di hati Li Jun yang terluka. "Sungguh kamu secantik sekali malam ini, istriku. Aku akan membuat dirimu bahagia". Kata Li Jun sambil membelai wajah cantik nya. "Suamiku. Aku ingin malam ini menjadi malam yang terlupakan. Betapa beruntungnya diriku mendapatkan dirimu, seorang pahlawan. Semoga kelak anak anak kita akan menjadi seperti dirimu." Kata Fei Mi dengan lembut dan mesra. Wajah mereka berdua kini saling berdekatan dan mereka langsung berciuman dengan mesra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD