1. Prisa
Setelah memasuki rumah, seorang gadis berambut kuncir kuda berjalan menuju dapur karena mendengar bunyi aktifitas, seseorang tampaknya sedang memasak. Dan benar saja, gadis itu melihat seorang wanita yang memunggunginya sibuk melakukan sesuatu.
"Mama masak? Kan udah aku bilang nggak usah, mama pasti capek banget baru pulang kerja kan?" gadis itu mendekat melihat wanita yang berumur sekitar lima puluhan itu.
"Oh, kamu sudah pulang?"
Gadis itu mengangguk, "udah ma, biar aku aja yang lanjut masak."
"Kamu juga baru aja pulang, udahlah biar mama yang masak, lagian ini juga nggak banyak, selagi mama shift pagi, mama nggak masalah kalau nyiapin makan malam atau apapun itu."
Gadis itu hanya diam memperhatikan sang mama sejenak sambil menghela napas, ia memang cukup lelah baru saja pulang bekerja, tapi ia merasa tidak tega membiarkan mamanya yang pasti juga baru pulang dari pabrik sesampai di rumah juga harus melakukan sesuatu.
"Prisa, kok malah diam? Gih sana bersih-bersih." mama membuyarkan lamunan sang putri.
Prisa mengangguk sambil tersenyum, namun saat akan berbalik ia kembali berhenti, "Nania udah pulang?"
"Belum, katanya dia ke tempat temannya."
"Tempat teman? Ngapain? Ini udah sore banget loh."
"Katanya mau belajar sambil ngerjain tugas. Biarin aja, dia pasti tahu jam berapa harus pulang."
Prisa hanya bisa mengangguk dan benar-benar berbalik untuk pergi ke kamarnya.
*
"Nania mau pulang jam berapa sih?" Prisa bertanya sambil melihat jam dinding saat ia dan mamanya sudah selesai makan malam bersama.
"Kamu udah coba telfon?" tanya mama pada sulungnya itu terkait anak bungsunya yang belum kunjung pulang.
"Udah kok, tapi handpone nya nggak aktif." Prisa coba melihat ponselnya lagi dan coba menelpon sang adik.
"Eh, itu Nania bukan?" mama langsung bertanya mendengar bunyi langkah kaki mendekat ke arah mereka.
"Nania, kok kamu baru pulang sih jam segini? Mana masih pakai seragam." Prisa langsung bicara melihat memang sang adik lah yang baru saja pulang.
"Aku abis dari tempat temen." jawab Nania cuek sambil ikut duduk dan mengambil segelas air untuk ia minum.
"Apa harus sampai malam begini?"
Nania menghembuskan napas kasar melihat malas sang kakak, "aku juga ada perlu, bukan main-main. Lagian juga rumah kita jauh banget dari sekolah dan tempat temen-temen aku. Aku harus menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan sampai di rumah juga harus dimarahi? Kalau kita masih di rumah sebelumnya aku nggak perlu pulang telat."
"Apa kita harus permasalahkan tentang pindah rumah ini lagi?" Prisa menatap kesal adiknya itu.
"Aku nggak permasalahin, tapi mbak yang ngajak ribut!"
"Hei, kalian kenapa malah jadi ribut sih?" mama segera bergerak menengahi agar kedua anaknya itu tidak bertengkar.
Prisa menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan agar bisa lebih tenang, "mbak udah service motor tadi, kamu udah bisa pakai itu untuk ke sekolah mulai dari besok."
Nania yang tadinya sudah menunjukkan wajah kesal langsung mengangkat kepalanya melihat sang kakak, "serius mbak? Aku yang pakai motor mulai dari besok?"
Prisa mengangguk sambil mengeluarkan kunci untuk diberikan pada sang adik yang kini sudah ada di tahun akhir SMA nya, "ya gimanapun emang sekolah kamu jauh, kalau mama jarak pabrik juga deket, dan kantor tempat mbak kerja bisa pakai kendaraan umum dan nggak lama."
Prisa beserta adik dan mamanya memang baru saja pindah rumah, alasannya adalah mereka mencari rumah kontrakan yang lebih kecil dan menghemat biaya. Rumah ini dekat dengan kantor dan pabrik tempat mama bekerja. Mereka sekarang dalam usaha untuk berhemat dan meminimalisir pengeluaran.
Nania tersenyum dan tanpa ragu langsung mengambil kunci motor yang biasa digunakan Prisa sehari-hari untuk ke kantor.
"Tapi kamu hati-hati dan jangan pulang malam. Mbak kasih pinjam motor itu cuma untuk mudahin kamu pulang pergi sekolah, paham?" Prisa coba memperingatkan.
"Iya mbak, tenang aja. Aku ke kamar dulu ya," Nania yang sangat senang kini berdiri dan bergegas hendak masuk ke kamar.
"Habis itu makan ya sayang," mama coba mengingatkan bungsunya itu.
"Iyaaaaa," terdengar jawaban samar-sama dari Nania yang tampaknya sudah masuk ke kamarnya.
"Makasih ya Prisa, kamu udah mau pinjamin motor kamu ke Nania." mama bicara pada Prisa.
Prisa menarik sudut bibir, "kalau nggak aku pinjamin, bukankah dia akan selalu mengomel di setiap harinya?"
Mama hanya terkekeh pelan, "kamu emang paling ngerti."
"Obat mama udah mau habis?" tanya Prisa sambil memperhatikan obat yang kini sudah akan mamanya minum.
"Masih banyak kok."
Prisa memperhatikan mamanya yang mulai meminum beberapa obat di tangannya, "mama belakangan ini ngerasa sakit?"
Mama menggeleng, "mama baik-baik aja kok, ini kan cuma obat rutin."
"Gimana kalau mama berhenti aja kerja di pabrik? Mama di rumah aja, banyakin istirahat."
Mama langsung tertawa, "mau ngapain mama di rumah? Mending mama ke pabrik, setidaknya disana mama ketemu orang lain dan bisa ngobrol-ngobrol, nggak bosan."
"Tapi..."
"Mama nggak papa kok, lagian kita butuh uang untuk Nania."
"Aku nggak mau mama tiba-tiba nge drop." Prisa bicara karena ia masih ingat beberapa waktu lalu mamanya harus dirawat di rumah sakit. Mamanya memiliki riwayat radang paru-paru yang tiba-tiba bisa nge drop yang membuatnya panik bukan main.
"Mama baik-baik aja kok, percaya deh sama mama. Pun kalau di rumah, mama bisa aja tiba-tiba sakit, terus uangnya dari mana? Sekarang kan mama ada upah dari pabrik, mama nggak mau semua kamu yang nanggung, lagian juga nggak bakal cukup."
"Mama kok ngomongnya gitu?"
"Emang gitu kan? Kadang mama nggak tega aja sama kamu. Harusnya diumur kamu sekarang kamu udah bahagia dan nikmatin hidup kamu sendiri, tapi kamu malah harus pikirin ini dan itu." mama menghela napas sambil menatap sulungnya itu iba.
Prisa tertawa pelan, "aku nggak ngerasa ini sebagai beban kok, nggak usah khawatir."
"Kamu masih belum deket sama siapapun?"
Prisa mengangkat alisnya, "maksud mama?"
"Ya, mama belum pernah lihat kamu deket sama pria manapun."
Gadis itu tersenyum, "sekarang itu belum jadi prioritas aku."
"Jangan jadiin keadaan kita sekarang untuk kamu lupa sama kehidupan kamu sendiri."
"Udah ah, aku udah pikirin kok, mama nggak usah mikirin macam-macam, okey?"
"Pris..,"
"Oh iya ma, minggu ini aku mulai ke shelter penampungan hewan lagi." Prisa teringat sesuatu untuk diberitahukan pada mamanya.
"Kamu masih ingin lanjut?"
Prisa mengangguk, "disini ada tempat penampungan hewan, aku udah coba tanya dan mereka butuh tenaga. Aku bisa kesana di akhir pekan, aku juga akan dapat bayaran."
Mama mengangguk, "tapi apa kamu tidak akan lelah? Kamu nggak butuh libur?"
"Aku udah biasa kok, malah aneh aja rasanya kalau hari libur aku nggak ngelakuin apa-apa. Sekalian nambah-nambah pemasukan."
******************************************
CERITA BARU!!!
WELCOME EVERYBODY!!
PANTENGIN SAMPAI RAME!!