Dari mobil mewah itu keluar seorang perempuan berusia lima puluh tahunan.
“Vano!" seru perempuan itu saat menyadari Vano, cucunya ada di pangkuan perempuan asing.
"Ada apa ini pak?" tanya perempuan itu pada satpam sekolah sambil meraih Vano dari pangkuan Ayra.
“Begini nyonya Paulina,” ucap satpam sekolah itu.
Satpam itu pun menerangkan kejadian yang sebenarnya. Mendengar penjelasan dari satpam itu berhasil membuat Paulina menatap tajam ke arah pengasuh Vano yang saat kejadian pengasuh Vano sibuk menelpon.
"Kemari kamu!" Seru Paulina pada pengasuh Vano.
Pengasuh itu pub berjalan mendekati Paulina dan ia menunduk. Sementara orang-orang yang ada di sekitar memperhatikan.
"Kamu dipecat sekarang juga! Kamu benar-benar tak bisa menjaga cucuku!” seru Paulina pada pengasuh Vano dengan suara keras. Pengasuh itu pun menundukan kepalanya karena malu.
"Pulang ke rumah naik angkutan umum dan kita bertemu di rumah!" tambahnya. Pengasuh itu pun langsung memundurkan langkah dan pergi dari sana.
Setelah itu satpam kembali ke pos satpam hingga kini hanya ada Paulina yang menggendong Vano dan Ayra yang berdiri di hadapannya.
Diam-diam Ayra memperhatikan penampilan Paulina yang fashionable dengan pakaian branded.
"Terima kasih sudah menyelamatkan cucu saya,” ucap Paulina pada Ayra.
"Karena kamu sudah menyelamatkan nyawa cucu saya, apapun yang kamu inginkan akan saya berikan. Sekarang bilang saja apa yang kamu inginkan,” ucap Paulina.
Mendengar penawaran itu otak Ayra langsung bekerja cepat. Ia merasa Paulina adalah pertolongan yang Allah berikan.
“Sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan nyonya, jika Nyonya tak keberatan saya ingin mendapat pekerjaan,” jawab Ayra tanpa merasa malu sama sekali.
Sekarang Ayra sangat butuh sekali pekerjaan untuk bertahan hidup. Ia tak mau meminta bantuan pada temannya karena ia takut dipersulit lagi oleh ibu tirinya.
Paulina tampak berpikir sejenak hingga akhirnya ia berkata, “oke baiklah. Kamu ikut dengan saya. Nanti biar saya pikirkan pekerjaan apa yang pantas untukmu.”
Ayra mengangguk dan akhirnya ikut bersama Paulina dan Vano ke mobil mewah itu.
Ayra duduk di samping sopir. Sementara Vano dan Paulina duduk di kursi belakang.
Sepanjang perjalanan Ayra tak banyak bicara.
Paulina sibuk menelpon sambil sesekali tersenyum dan tertawa. Sementara Vano, anak lima tahun itu tampak sibuk sendiri dengan gadgetnya. Ayra beberapa kali memperhatikan Vano hingga ia pun membatin.
'Anak sekecil itu sudah pintar sekali bermain gadget. Padahal itu kurang baik untuk matanya,' batin Ayra.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam akhirnya mobil itu memasuki gerbang yang tinggi dan mewah.
Setelah mobil berhenti, Vano langsung berlari keluar dari mobil dan diikuti oleh pembantu perempuan yang sejak tadi menunggunya. Sementara pembantu satu lagi mengambil tas Vano dari mobil.
Paulina turun dari mobil dan diikuti oleh Ayra. Ayra benar-benar tak membawa apapun dari rumahnya kecuali pakaian yang ia kenakan. Tapi untungnya saat itu Ayra sudah mandi yang memakai pakaian yang layak.
“Bu, sudah pulang?" tanya seorang perempuan menghampiri Paulina yang mulai masuk ke rumah. Paulina menghentikan langkahnya begitupun dengan Ayra.
"Iya Ria. Kamu mau kemana?" tanya Paulina.
"Bertemu teman.”
"Oh iya bu, katanya ibu memecat pengasuh Vano ya?" tanya Ria. Paulina pun mengangguk.
"Duh bu, ibu sepertinya harus secepatnya mendapatkan pengasuh baru, aku tidak mau jika harus mengasuh Vano, keponakanku itu sangat hiperaktif aku tak akan mampu jika harus menemaninya tidur,” ujar Rianita yang tak lain anak Paulina. Paulina pun mengangguk tanpa menjawab permintaan putri bungsunya itu.
Setelah itu Rianita pun pergi dari sana dan sama sekali tak memperhatikan Ayra yang berdiri di belakang Paulina.
“Ikuti saya,” pinta Paulina pada Ayra.
"Baik Nyonya,” jawab Ayra yang bertindak layaknya bawahan. Paulina tak tahu kalau Ayra adalah anak pengusaha sukses dan magister bisnis.
Paulina dan Ayra duduk di sofa ruang tamu.
"Oh iya, kita belum berkenalan. Siapa nama kamu?" tanya Paulina sambil melihat ke arah Ayra dengan seksama
"Nama saya Ayra, Nyonya. Sebenarnya hari ini saya baru saja di usir dari rumah karena kesalah pahaman, saya tak membawa apapun dari rumah jadi saya membutuhkan pekerjaan segera,” ucap Ayra jujur. Bagi Ayra kejujuran hal yang utama dalam hal apapun.
Paulina memperhatikan setiap kalimat yang keluar dari mulut Ayra sambil memperhatikan raut wajahnya.
'Sepertinya anak ini tidak berbohong,' pikir Paulina.
"Apa kamu bisa mengasuh cucu saya yang tadi kamu selamatkan?" tanya Paulina yang tiba-tiba ingat ucapan Rianita yang meminta ia segera mencari pengasuh untuk Vano.
Ayra sedikit tertegun mendapat pertanyaan itu, masalahnya selama ini ia yang tak punya adik dan tak pernah berhadapan dengan anak kecil sedikit bingung. Tapi ia tak mungkin menolak permintaan itu.
"Bisa Nyonya,” jawab Ayra cepat walau ia sebenarnya tidak yakin.
"Ah baguslah.”
“Kamu jadi pengasuh cucu saya saja ya. Jika kamu bisa bertahan selama satu bulan kamu saya akan berikan bonus. Kamu juga boleh tinggal di rumah ini, tapi ada beberapa peraturan yang harus kamu patuhi," jelas Paulina.
"Iya baik Nyonya,” jawab Ayra mantap.
"Oh iya nyonya, apa nyonya tak butuh data diri saya?" tanya Ayra. Paulina pun menggelengkan kepalanya.
"Saya percaya kamu perempuan baik-baik. Jika kamu berani macam-macam saya akan mengetahuinya. Perlu kamu tahu rumah ini dilengkapi banyak CCTV dan pengawasannya cukup ketat. Selama ini tak ada pegawai yang berani macam-macam dan semuanya baik jadi saya juga percaya padamu,” ujar Paulina. Ayra pun mengerti.
"Oke, nanti kamu akan diantar oleh salah satu pembantu di sini. Kamu juga akan diberi tahu oleh kepala pembantu apa saja yang harus kamu lakukan untuk mengasuh cucu saya,” jelas Paulina.
“Baik nyonya,” jawab Ayra.
"Sekarang saya akan berangkat pergi arisan. Kamu bisa mulai bekerja mulai hari ini juga,” ujar Paulina sambil bangkit dari duduknya.
"Baik Nyonya,” jawab Ayra sambil berdiri dan menganggukan kepalanya.
Setelah itu Paulina keluar dari ruangan itu.
Ayra menundukan kepalanya dan ia mendudukkan tubuhnya kembali.
“Aku jadi pengasuh anak kecil tadi. Semoga aku bisa bertahan, setidaknya aku sekarang punya tempat tinggal. Aku cukup beruntung karena nyonya Paulina tak mempertanyakan identitasku. Sekarang yang harus aku lakukan aku menyembunyikan jati diriku. Aku tidak boleh membiarkan nenek lampir itu mengetahui keberadaanku,” ucap Ayra pelan.
Saat Ayra membayangkan sosok Dona ibu tirinya seseorang menyapanya.
“Selamat siang Ayra,” sapa seorang wanita dari dekat pintu. Ayra langsung melihat ke arah perempuan yang berjalan mendekatinya.
“Saya Minah, saya kepala pembantu di rumah ini, Saya akan menjelaskan dimana kamar kamu dan apa saja tugas kamu di rumah ini,” ujar Minah. Ayra langsung berdiri dan mendekati Minah.
"Salam kenal Bi Minah, saya Ayra. Saya pengasuh baru tuan muda Vano,” jawab Ayra memperkenalkan dirinya.
“Iya Ayra semoga kamu bisa bertahan lama ya di sini, ayo ikuti saya,” pinta Minah. Ayra pun mengangguk dan mengikuti Minah.
Minah menjelaskan pada Ayra kalau Vano adalah anak yang hiperaktif, sangat jarang ada pengasuh yang bisa bertahan lebih dari satu bulan. Dari sana Ayra tahu mengapa Paulina menjanjikan bonus setelah Ayra berhasil bekerja selama satu bulan.
Walau aku belum pernah mengasuh anak kecil, aku harus berhasil menaklukan Vano, batin Ayrra.
Aku bingung harus bekerja dimana lagi jika tak di sini. Rumah ini adalah tempat yang paling aman, batin Ayra lagi.
Setelah berjalan beberapa saat Ayra pun masuk ke sebuah kamar untuknya.