Bermain Lego

1161 Words
“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ayra sambil berjalan mendekati Lani. Lani pun tersenyum dan menjawab pertanyaan Ayra. "Em, soalnya wajah kamu glowing sih, cantik dan sepertinya sangat terawat sekali," puji Lani "Seperti orang kaya yang sering treatment di klinik kecantikan itu loh," tambah Lani. "Ah kamu ini bisa saja.” “Aku sama saja sepertimu kok Lan,” ucap Ayra kemudian. "Jangan berpikir yang macam-macam tentangku. Ini mungkin karena aku tak gonta ganti produk perawatan wajah," jawab Ayra. "Oke baiklah,” jawab Lani sambil mengacungkan jempolnya. Malam harinya, Ayra makan malam di dapur bersama para asisten rumah tangga yang lain. Ayra yang baru selesai makan malam dipanggil oleh Minah. "Ayra,” panggil Minah yang tak lain ART senior di rumah itu. Ayra pun langsung melihat ke arah Minah yang baru masuk ke dapur. "Kamu tidur di kamar Tuan Muda , kamu ingat kan untuk tugas ini?" tanya Minah. "Oh iya saya ingat" jawab Ayra cepat. "Ya sudah, segeralah ke kamar Tuan Muda,” pinta Minah, Ayra pun mengangguk dan ia segera masuk ke rumah dan ke kamar Vano. Sesampainya di depan pintu kamar Vano, Ayra mendengar Vano sedang mengobrol dengan Rangga. "Pa, kemana bundanya Vano?" tanya Vano. Ayra yang semula akan masuk ke kamar Vano mengurungkan niatnya. Ayra tak mau mengganggu hingga akhirnya hanya diam berdiri di depan pintu kamar Vano. "Kan sudah ayah bilang, bundanya Vano sudah ada di surga. Tetapi, Vano tenang saka bunda masih bisa melihat Vano,” jawab Rangga. "Bunda bisa mengantar Vano ke sekolah gak ayah? Seperti teman-teman Vano yang diantar bundanya,” tanya Vano. Ayra bisa mendengar dengan jelas pertanyaan Vano. "Kasihan juga Vano," ucap Ayra pelan. Sementara di dalam kamar Rangga tak langsung menjawab pertanyaan Vano. “Loh kok ayah diam? ga jawab pertanyaan Vano?" “Bunda gak bisa antar Vano ya?" tanya Vano lagi. "Sayang, Bunda tidak bisa mengantar Vano karena Surga itu sangat jauh sayang. Nanti kalau ada acara sekolah ayah akan usahakan datang ya," ucap Rangga lembut. Ayra yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Rangga dan Vano pun tersenyum. "Tuan Rangga sangat perhatian dan lembut sekali pada anaknya," puji Ayra pelan. Tak lama kemudian pintu kamar Vano terbuka tanpa Ayra sadari. "Kamu sedang apa disini?" tanya Rangga membuyarkan lamunan Ayra yang menunggu obrolan Vano dan rangga dari dalam kamar. Ayra kaget dan langsung melihat ke arah Rangga. "Eh maaf Tuan.” jawab Ayra tergagap. "Kamu menguping?" tanya Rangga dengan nada tinggi. "Ti-tidak Tuan," jawab Ayra. "Maaf Tuan saya hanya ingin ke kamar Vano karena saya diminta untuk menemani Tuan Muda untuk tidur,” tambah Ayra. "Ya sudah, masuklah," ujar Rangga. Setelah itu Ayra mengangguk dan Rangga langsung pergi meninggalkan Ayra, lalu ia masuk ke kamarnya yang berada di samping kamar Vano. Ayra mengelus dadanya dan setelah ia bisa tenang ia pun langsung masuk ke kamar Vano. “Selamat malam Tuan Muda," sapa Ayra pada Vano yang saat itu sedang bermain lego. "Malam juga," jawab Vano. "Tuan Muda, ini sudah jam delapan dan sudah saatnya Tuan Muda untuk tidur, besok kan sekolah,” ujar Ayra mengingatkan. "Apa kamu tidak bisa melihat Mbak?" tanya Vano tanpa melihat ke arah Ayra dan asyik menyusun lego di depannya. "Bisa," jawab Ayra sambil menghampiri Vano dan duduk di hadapan anak lima tahun itu. "Aku sedang bermain lego Mbak, sedang seru-serunya. Jangan ganggu," ucap Vano sambil melihat ke arah Ayra. "Oke baiklah," jawab Ayra kemudian. "Tapi," tambah Ayra memutus kalimatnya. "Tapi apa?" tanya Vano. "Lima belas menit lagi ya?" pinta Ayra. "Oke oke," jawab Vano. Setelah itu Vano pun menyusun legonya menjadi sebuah perahu. Vano mempunyai banyak sekali lego. "Tuan Muda, boleh tidak Mbak ikut bermain lego?" tanya Ayra. "Memang Mbak bisa bermain lego?" tanya Vano tanpa melihat ke arah Ayra dan sibuk menyusun lego. "Bisa dong,” jawab Ayra. "bolehkah," jawab Vano. "Kalau hasil susunan Mbak lebih bagus aku akan menurut pada Mbak deh,” jawab Vano menantang. "Siap!" jawab Ayra semangat. Setelah itu Ayra pun memilih lego yang ia butuhkan. "Buat apa ya?" ucap Ayra. "Terserah,” jawab Vano. Ayra pun tersenyum. "Aku harus bisa menyusun lego lebih dari apa yang disusun oleh Vano agar Vano menurut padaku," batin Ayra. Setelah berpikir Ayra pun mulai membuat sebuah bangunan dari lego itu. Ayra membuat jam Big Ben, Menara Eiffel juga The London Eye dari lego. Sepuluh menit kemudian Ayra berhasil menyusun tiga bangunan yang merupakan ikon di beberapa negara itu. "Selesai!" seru Ayrea. Vano yang sejak tadi menyusun perahu pun melihat ke arah lego milik Ayra. "Wow!" seru Vano. "Itu sangat keren!" seru Vano heboh. Ayra pohon bertepuk tangan. "Bagus bukan?" tanya Ayra. Vano pun mengangguk. "Tapi punya Tuan Muda juga bagus kok,” puji Ayra. "Tapi lebih bagus punya Mbak deh," ucap Vano "Mbak ajarin Vano dong.” rengek Vano. Ayra melihat ke arah jam dinding yang ada di kamar Vano. "Yah sudah habis waktunya." Besok lagi aja ya kita main lego nya,” minta Ayra. "Yaaah,” keluh Vano. "Kan perjanjiannya tinggal lima belas menit lagi dan Tuan Muda harus menurut pada Mbak jika hasil bangunan lego Mbak bagus," tanya Ayra. "Oke oke baiklah," jawab Vano sambil manyun. "Besok lagi ya Tuan Muda. Esok kan Tuan Muda harus sekolah kalau kesiangan malu dong datang ke kelasnya," ujar Ayra merayu agar Vano mau tidur cepat. "Ah baiklah,” jawab Vano berdiri dari duduknya. Ayra pun ikut berdiri. "Sebelum tidur ke kamar mandi dulu yu, gosok gigi dulu, buang air kecil dulu,” ajak Ayra. "Baik," jawab Vano patuh. Setelah itu Vano pun ke kamar mandi dengan bantuan Ayra, Vano menggosok gigi, setelah itu ia pun buang air kecil. Vano bisa melakukannya dengan sendiri dan itu membuat Ayra merasa tenang. Saat Vano keluar dari kamar mandi ia melihat mainan legonya sudah rapi di tempatnya karena dirapikan oleh Ayra. "Sekarang saatnya tidur,"ucap Ayra sambil berjalan mendekati Vano dan memegangi tangan Vano. "Ish, jangan pegang-pegang!" Seru Vano melepaskan tangan Ayra dari tangannya. Tangan Ayra pun terlepas dari tangan Vano. "Aku bisa jalan sendiri kali, emangnya mau nyebrang pake dipegangi segala,"ujar Vano sinis sambil berjalan ke arah tempat tidurnya. Ayra hanya bisa tersenyum dengan terpaksa. Vano merebahkan tubuhnya di tempat tidur, sementara Ayra mengambil buku dongeng dari rak buku yang ada di kamar itu. Setelah memilih buku dongeng, Ayra pun mengambil buku dongeng tentang kecerdikan si Kancil. Ayra pun berjalan ke arah tempat tidur Vano dengan buku dongeng di tangannya. "Tuan Muda suka dibacakan cerita tidak?" tanya Ayra. "Suka, sangat suka!" jawab Vano semangat. "Bagus, kalau begitu Mbak dibacakan cerita ya?" ucap Ayra. Vano pun mengangguk semangat setelah itu Ayra menceritakan dongeng tentang kancil dan buaya. Vano memperhatikan dengan seksama, Ayra yang membaca dongeng dengan baik membuat Vano senang. Setelah cerita itu selesai dibacakan Ayra, Ayra melihat ke arah Vano dan ternyata Vano sudah terlelap tidur. "Loh sudah tidur?" "Sejak kapan” pikir Ayra sambil menutup buku dongeng di tangannya. Ayra pun akhirnya menyelimuti tubuh Vano dengan selimut. Saat Ayra akan berdiri, pintu kamar Vano terbuka. Dan Ayra terdiam saat melihat siapa yang masuk ke kamar itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD