Nona Muda Charlotte

1132 Words
Pertanyaan Austin membuat pupil Charlotte melebar.   El sempat melirik Charlotte dengan tatapan curiga kalau Charlotte menceritakan tentang dirinya kepada Austin sebelum dia meninggalkan Charlotte dan Austin. Setelah El pergi meninggalkan raut wajah kesalnya, Austin mendekati Charlotte.  Austin tersenyum puas melihat El kesal.   “Berhati-hatilah pada El, Charlotte.” Kata Austin memperingati.  “Apa?”  “Berhati-hatilah, Nona Muda.” Kata Austin mengulangi dengan santai. “Dia bisa menerkammu kapan saja dia mau.” Kalimat ambigu itu membuat Charlotte tidak paham maksud Austin. Bukankah El sudah menerkamnya?  ***  “Apa ini?!” El menatap marah saat ponselnya menampilkan Camilla dengan pria lain yang mengenakan hoodie warna biru tua dengan gambar salah satu anggota band legendaris Inggris. The Beatless.  “Aku memotretnya saat melihat Camilla, El.” Kata Bryan.  “Oh,” El tersenyum getir. “Jadi, ini sebabnya dia memilih pergi dariku.”  “Ya, bisa jadi. Kita tidak tahu yang sebenarnya kan. Mungkin Camilla bertemu pria itu setelah berpisah denganmu lagian kamu sudah menikahi Charlotte, tidak salah kalau Camilla juga menjalin hubungan dengan pria lain.” Bryan membela Camilla dan itu membuat El tambah kesal.  “Aku tidak bisa melihat wajahnya. Kenapa dia mengenakan masker, kacamata hitam dan topi seperti orang terkenal saja.  “Mungkin memang dia orang terkenal di negara tercinta kita.” Bryan mengambil wine di atas meja.  “Apa rencanamu sekarang? Mulai mencintai Charlotte dan melepaskan Camilla atau akan tetap mengejar Camilla?” Bryan bertanya dengan penasaran.  “Aku akan membiarkan Camilla menikmati masa-masa honeymoon period-nya dengan pria ini lalu setelah itu aku akan kembali mendekatinya. Aku ingin cari tahu siapa sebenarnya pria ini.” El hanya bisa melihat poto yang kurang jelas itu dari Bryan tanpa bisa menebak pria yang sedang bersama mantan kekasihnya.  “Keras kepala.” Komentar Bryan sebelum menenggak winenya. “Charlotte ada di rumahmu menjadi seorang Ratu yang akan menemanimu kemanapun kamu pergi. Kenapa kamu tidak mencoba mengenal Charlotte lebih lagi mungkin Charlotte punya sesuatu yang tidak dimiliki Camilla dan sesuatu itu akan membuatmu jatuh cinta pada Charlotte.”  “Harus kuakui, aku terlalu impulsif saat memilih menikah dengan Charlotte. Aku hanya ingin—“ El tidak bisa melanjutkan kalimatnya.  “Hanya ingin apa? Penasaran?”  “Hanya ingin memilikinya untuk sementara.”  “Apa?” Bryan melongo.  “Aku sudah bilang kan kalau kami menikah dengan persyaratan tertentu dan semuanya akan selesai saat dia sudah melahirkan anak untukku.”  “Kenapa kamu terlalu ambisius untuk memiliki anak, El?”  “Ibuku bilang sebelum dia meninggal, setelah aku memiliki anak nanti apalagi seorang anak laki-laki maka Austin dan keturunannya akan kesulitan mendapatkan warisan dari ayahku. Karena harta ibuku lebih banyak dari ayahku tapi... ya, well, harta orang tuaku dijadikan satu oleh ayahku sendiri dan aku kesulitan untuk merebutnya. Dia sudah memiliki dua anak dari pernikahannya dengan Aleda.”  Ibu El—Ratu Equina Grisshman memilih berpisah dari ayah El setelah ayah El memintanya untuk menerima Ibu Austin—Aleda Grisshman. Itu sebabnya El dan Austin lebih mirip musuh dibandingkan kakak-adik. El masih tidak bisa menerima keputusan bodoh ayahnya yang lebih memilih Aleda sebagai istrinya hingga Equina meninggal.  “Tapi... bagaimana kalau nanti Charlotte akan melahirkan anak perempuan?” tanya Bryan hati-hati.   “Aku belum memikirkannya.”  “Kenapa tidak wanita lain yang setara denganmu, El? Wanita yang lebih dari Camilla banyak.”  “Sudah aku bilang saat itu aku hanya ingin menikahi Charlotte saat melihat dia untuk pertama kalinya.”  “Kamu menyukainya?”  “Dia lebih mudah diatur dibandingkan wanita lain.” El terdiam beberapa detik kemudian dia kembali berkata, “Awasi Camilla dan beritahu aku kalau kamu tahu siapa pria yang sedang bersamanya ini.”  “Oke!” Bryan meraih ponselnya dari tangan El sebelum meninggalkan ruangan kerja pria berhidung mancung itu.  ***  “Bagaimana kabarmu hari ini, kakak ipar?” tanya Austin, menyentuh bahu Charlotte.  Praaak!  Charlotte yang hendak mengganti bunga yang baru dipetiknya di kebun belakang rumah untuk vas bunga motif lavender terkejut dengan tangan Austin yang menyentuh bahunya. Dia memecahkan vas bunga kesayangan Aleda Grisshman. “Astaga!”  pekik Charlotte.  Austin melepaskan tangannya dari bahu Charlotte. “Aku tidak bermaksud untuk mengangetkanmu, kakak ipar.” Dia berkata santai tapi mata hijau terang Austin tersenyum mengejeknya. “Oh, itu vas bunga kesayangan ibuku dan harganya sangat mahal.”  Charlotte menelan ludah. “Aku minta ma’af.”  “Hmmpp—bagaimana ya?” Austin membelai-belai dagunya seakan sedang berpikir tapi dia hanya ingin membuat Charlotte ketakutan.  “Aku akan menggantinya.” Charlotte tidak yakin bisa mengganti vas bunga milik Aleda Grisshman itu.  “Ya, benar. Kamu bisa minta pada El kan. Suruh saja El membelinya lagi. Tapi, ini vas bunga yang tidak akan diproduksi lagi. Vas ini terlalu eksklusif untuk dimiliki banyak orang.”  Charlotte makin bingung. “Aku—“ Charlotte berpikir keras. “Aku akan menggantinya. Aku punya uang kok.” Dia teringat uang pemberian El sebelum mereka menikah. Uang itu masih dalam bentuk tabungan yang disediakan El untuk keperluan Charlotte setelah menikah dengannya.  “Oh ya?”  “Ada apa ini?” El datang sembari melepas dua kancing kemeja bagian atasnya. Matanya menatap vas bunga yang pecah kemudian tatapannya beralih ke Charlotte dan Austin secara bergantian.  “Istrimu memecahkan vas bunga milik ibuku.” Austin berkata dengan santai sembari terus menatap Charlotte yang semakin tampak bingung setelah kedatangan El. Charlotte sendiri tidak tahu kalau El dan Austin bukan berasal dari ibu yang sama.  “Aku tidak sengaja memecahkannya.” Charlotte merasa harus menceritakan sedetail-detailnya pada El agar tidak ada salah paham, tapi kalimatnya hanya sampai di sana dan dengan keberanian menambhakan. “Tadi Austin mengaggetkanku.”   Dahi El mengernyit. “Menganggetkanmu?”  “Dia menyentuh bahuku dan aku terkejut lalu aku menjatuhkan vas bunganya.”  El menatap Austin dengan tatapan yang membuatnya terlihat cukup menakutkan di mata Austin.  “Aku tidak bermaksud apa-apa.” kata Austin menatap El. Matanya selalu tersenyum mengejek pada siapa pun.  “Charlotte, masuk ke kamarmu.” Kata El tanpa mengalihkan tatapannya  pada Austin.  ***  “Kamu tidak perlu khawatir.” El masuk ke dalam kamar. Dia melihat Charlotte yang mendekatinya.  “Aku merasa bersalah.”  El menatap mata Charlotte dengan kesal, tapi dia mencoba untuk menahan kekesalannya. “Sudah kubilang kamu tidak perlu khawatir.”  “Terima kasih, Prince El.”  “Kenapa aku merasa geli setiap kali kamu memanggilku dengan sebutan ‘Prince’. Kamu bisa memanggilku dengan namaku tanpa embel-embel lain. Kamu sudah menjadi istriku, Charlotte. Nama belakangmu menyandang gelar kehormatan keluargaku. Aku tidak ingin orang lain tahu kalau kamu memanggilku dengan sebutan sialan itu. Panggil aku ‘El’. Lalu El mengganti pakaiannya.  Charlotte menatap pria itu sebelum dia memalingkan pandangannya. Untuk beberapa saat telinganya masih dipenuhi perkataan El dan matanya dipenuhi bayangan mata biru indah pria itu.                                                                                          *** Mau diupdate lagi? Tap love dan jangan lupa tinggalin komentarnya ya ^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD