Bab 03. Nikotin

1690 Words
Hersey masuk ke dalam kawasan Mall, dan berjalan menuju lantai dua, dimana letak tempat Laura bekerja. Dari kejauhan dirinya sudah melihat pada Laura yang masih menawarkan kosmetiknya pada orang-orang. Hersey tertawa kecil. Dan langkah tegapnya berjalan menuju tempat Laura. “Halo, sayang. Kita bertemju lagi,” sapa Hersey berdiri di depan Laura. Laura yang melihat pada Hersey terkejut, dan memundurkan dirinya ke belakang beberapa langkah. Sialan. Bagaimana pria ini tahu kalau dia bekerja di sini? Dan dia sudah mulai melupakan kejadian satu bulan yang lalu. Dimana dirinya terbangun di samping Hersey tanpa sehelai pakaian pun. “Kau?! Untuk apa kau ke sini?” tanyanya tidak suka dengan kehadiran Hersey. Hersey memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, dan berdiri angkuh di depan Laura. “Aku? Aku ke sini untuk menemui dirimu sayang. Aku ingin kau ikut makan siang denganku, aku akan mentraktir dirimu makanan yang enak,” jawabnya. Laura menggeleng. Dia tidak mau menerima ajakan itu. Kalau dia terima, sama saja dia dekat dengan suami orang. Dan membuat orang-orang menghina dirinya dan mengatakan dirinya perebut suami orang, dan paling parah bisa saja dia mendapat terror nantinya. Mengingat bagaimana banyaknya orang yang menyukai Stella—istri pria yang berdiri di depannya sekarang. “Aku tidak mau! Pulanglah! Aku di sini bekerja, bukan untuk meladeni pria yang gila seperti dirimu!” usir Laura, dan melanjutkan pekerjaannya. Hersey yang ditolak oleh Laura, tertawa kecil. Tidak ada yang pernah menolak ajakan dirinya, bahkan wanita di luaran sana. Sangat ingin dekat dengannya dan menjalin hubungan satu malam dengannya. Bahkan beberapa dari mereka, meminta malam kedua, ketiga, dan selanjutnya. Karena sentuhan Hersey sangat memabukkan bagi mereka. Baru kali ini dirinya ditolak oleh wanita yang pernah bermalam satu malam dengannya. Dan menikmati sentuhan satu sama lain. Dan mendesahkan nama masing-masing penuh gairah. Dan Laura malam itu sangat menikmati sentuhan Hersey, tidak ada penolakan dari wanita, ketika dia menyentuhnya, dan sampai membuat wanita itu pelepasan beberapa kali. “Kau jual mahal sekali. Mari kita makan siang bersama. Aku sudah mengajakmu secara lembut, dan kalau kau berani menolaknya. Aku tidak akan segan-segan memaksa dirimu. Aku tidak masalah, dengan aku yang menarik perhatian semua pengunjung di Mall ini,” kata Hersey, ada nada mengancam dalam dirinya pada Laura. Laura yang mendengarnya tertawa kecil lalu mencibir. Dia tidak akan takut oleh ancaman Hersey pada dirinya. Dia tidak mau berurusan dengan pria yang sudah menikah. Dan apalagi istri pria itu bukanlah orang sembarangan, dia memiliki segalanya untuk dibanggakan. “Aku tidak takut dengan ancamanmu! Kau pergilah dari sini!” usir Laura, tidak mau berlama-lama melihat wajah Hersey, yang mengingatkan dirinya tentang kejadian, dimana dia dan lelaki itu melakukan hubungan badan bersama. Hersey yang diusir tertawa kecil, dan menggeleng. Dia tidak akan pergi dari hadapan Laura, dia akan menunggu di sini dan kalau perlu dia menarik tangan Laura untuk membawa wanita itu makan siang. Dia tidak bisa diusir begitu saja oleh Laura. “Aku tidak akan pergi! Aku akan berada di sini. Ayo, makan siang bersama!” ajaknya kembali. “Tidak. Saya bilang tidak mau. Kau tidak perlu memaksaku, aku tidak akan mau makan siang denganmu. Pergilah, kau menggangguku bekerja!” usir Laura, yang akan berbalik meninggalkan Hersey. Namun tangannya dipegang oleh pria itu. Hersey menarik tangan Laura dan membawanya pergi dari sini. Laura terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Hersey pada dirinya, Laura berusaha untuk tidak teriak dan mengundang orang-orang untuk melihat ke arahnya. Hersey memasukkan Laura ke dalam mobilnya. Hersey menatap pada Laura, dan tersenyum penuh kemenangan. “Akhirnya kau ikut denganku. Aku hanya ingin mengajakmu untuk makan malam sayang. Aku tidak akan melucuti pakaianmu di sini dan melakukannya di sini. Aku tahu, itu akan berbahaya, karena kau sudah pasti tahu siapa aku sebenarnya dan siapa istriku,” ucap Hersey. Laura mengepalkan tangannya. Pria itu sadar dengan apa yang dilakukan olehnya, dan juga sadar kalau memiliki istri. Masih saja mengganggu Laura. “Kau sadar siapa dirimu. Dan kau juga ingat dengan istrimu, tidak seharusnya kau di sini! Aku akan pergi, aku tidak mau berdekatan dengan pria yang memiliki istri,” kata Laura yang akan keluar dari dalam mobil, tapi Hersey lebih dulu melajukan mobilnya, membuat Laura merasakan jantungnya akan copot karena perbuatan pria itu. Hersey tersenyum sinis. Dia melajukan mobilnya menuju apartement pribadi miliknya, yang tidak ada satupun orang tahu tentang apartementnya itu. Termasuk istrinya sendiri. Dia memiliki privasi tingkat tinggi, tidak mau orang-orang terlalu mengatur dirinya. Hersey memakirkan mobilnya, dan keluar dari dalam mobil terlebih dahulu. Hersey membuka pintu penumpang, dan menarik tangan Laura keluar dari dalam mobil. Dia masih menarik tangan wanita itu untuk masuk ke dalam apartement miliknya. Hersey melepaskan tangannya dari tangan Laura, lalu berjalan menuju dapur dan mengambil minum. Dia meminum minumannya dalam sekali teguk. Hersey menjilat bibirnya, menatap pada Laura yang hanya diam dan menatap tajam pada Hersey. Hersey menyeringai menatap pada Laura. “Kenapa sayang? Kau tidak suka di sini? Kau mau kita berpindah? Ke hotel misalnya,” ucap Hersey, berjalan mendekati Laura dengan langkah pelannya. Laura yang melihat Hersey mendekat pada dirinya, perlahan memundurkan langkahnya, dia menggeleng. Tidak mau melakukan apa pun dengan Hersey. Dia ingin pergi dari sini. Laura terjatuh di atas sofa, dengan Hersey yang mengukung dirinya sekarang. Hersey membelai paha terbuka Laura, dan memejamkan matanya menikmati paha mulus Laura. “Sangat mulus dan tidak ada cacat. Kau tahu sayang, bagian bawah tubuhku sekarang sudah berdiri kembali. Satu malam bersamamu tidak cukup sayang, aku selalu membayangkan bagaimana milikmu menjepit milikku. Dan desahan sekaligus ekspresimu selalu terbayang olehku,” kata Hersey, menaikkan tangannya untuk membelai paha dalam Laura. Hersey tersenyum senang, ketika melihat Laura yang memejamkan matanya dan menahan desahannya. Dia tahu, kalau Laura menikmati apa yang dilakukan oleh Hersey pada dirinya sekarang. Hersey perlahan membuka kancing kemeja seragam kerja Laura, dan matanya terfokus pada p******a Laura yang menggoda dirinya untuk memegang milik wanita itu. Hersey tidak menunggu waktui lama, dirinya mulai menjamah tubuh Laura dengan senang hati, dan dia tersenyum senang melihat Laura yang menikmati sentuhannya. Hersey dan Laura kembali mengulang kembali apa yang mereka lakukan pada malam itu. Dan Laura menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Hersey pada dirinya. Laura melihat Hersey yang memakai celananya asal, dan mengedipkan sebelah matanya pada Laura. Laura yang melihat itu mengepalkan tangannya, apakah dirinya terlalu bodoh, karena dia kembali melakukan itu dengan Hersey dan menikmati sentuhan lelaki itu. Tanpa membayangkan kalau Hersey sudah memiliki istri. Laura memakai kemeja Hersey yang sampai ke pahanya. Dan mengikuti langkah lelaki itu menuju meja makan. Laura melihat banyaknya makanan yang terhidang di atas meja makan, dan dia tahu kalau makanan ini adalah makanan yang dipesan oleh Hersey. “Kapan kau memesan ini?” tanya Laura duduk di kursi meja makan. Hersey menatap pada Laura dan tersenyum. “Sebelum aku mengajakmu kemari. Makanlah, aku tahu kau pasti kelelahan dengan apa yang kita lakukan barusan,” ucap Hersey, membuat pipi Laura bersemu mengingat apa yang dilakukan oleh dirinya bersama dengan Hersey. “Kau tidak takut pada istrimu, dengan apa yang kau lakukan? Aku yakin, kalau kau bukan hanya melakukannya dengan diriku. Kau juga melakukannya dengan wanita lain,” kata Laura. Hersey tertawa kecil mendengarnya. “Aku tidak takut. Untuk apa takut. Pernikahan yang kau lihat tampak bahagia dan sempurna, itu bukanlah pernikahan sungguhan. Kau tahu aku seorang pengusaha, dan dia juga seorang pengusaha. Kami menikah karena bisnis. Dan aku akui, kalau aku dan dia walaupun menikah karena bisnis, tapi kami berdua tetap menyentuh satu sama lain. Melakukannya.” Jawabn Hersey memakan makanannya. Laura terkejut mendengarnya. Dia kira pernikahan Hersey dan Stella terjadi karena cinta, dan tidak pernah menyangka, kalau keduanya menikah karena bisnis. Tapi pemikiran orang kaya membuat dirinya tidak mengerti. “Kau dan istrimu tak saling mencintai?” tanyanya. Hersey mengangguk. “Ya. Dia bebas melakukan apa pun. Dan aku juga bebas melakukan apa pun yang aku mau. Bukan hanya aku saja yang berkhianat pada pernikahan ini, dia juga. Kau kira dia akan tahan selama perjalanan bisnisnya tidak melakukan seks? Dia juga seorang wanita yang dewasa dan memerlukan seks dalam hidupnya. Sama denganku. Aku juga butuh seks setiap saatnya,” kata Hersey, memberikan satu suap daging pada Laura. Laura membuka mulutnya, dan memakan daging itu. Laura tersenyum merasakan enaknya daging dalam mulutnya. Laura menjilat bibirnya membuat Hersey yang melihat itu mengumpat pelan, dia ingin melakukan itu kembali pada Laura, namun dirinya tidak bisa melakukannya terus, dia tahu kalau Laura pasti kelelahan, dan dia akan membiarkan Laura untuk beristirahat lebih dulu. Hersey membersihkan mulut Laura yang terdapat noda makanan tertinggal. Dia tersenyum manis pada wanita itu. “Aku tidak tahu, kenapa kau selalu hadir dalam bayanganku. Aku sudah banyak meniduri wanita termasuk istriku sendiri. Tapi, aku tidak pernah seperti ini, yang mana aku selalu ingat malam panas dan mengairahkan. Dan milikku tiba-tiba berdiri hanya membayangkannya saja. Aku gila! Karena membayangkan dirimu Laura!” Kata Hersey, menatap Laura dengan tatapan penuh minatnya. Laura yang mendengarnya terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Apakah dirinya harus senang atau tidak? Karena dirinya tidak bisa melupakan Hersey juga, semenjak dia terbangun di pagi harinya bersama pria itu. Bahkan dirinya sering memuaskan dirinya sendiri dengan alat yang dibeli oleh dirinya, dan membayangkan Hersey yang menyentuh dirinya. Tapi, mengingat Hersey yang sudah menikah, membnuat dirinya marah dan kesal. Dia tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang. Dan dia tidak pernah berharap untuk bertemu dengan Hersey kembali. “Kau tahu, dirimu yang pertama membuatku seperti ini. Bukan karena dirimu masih virgin ketika melakukannya denganku. Tapi, karena itu kamu. Dan pengaruhmu sangat kuat. Aku sudah pernah melakukannya dengan beberapa perempuan yang masih virgin. Setelah aku melakukannya, aku akan melupakan mereka. Dan aku tidak akan mengingatnya lagi,” kata Hersey sekarang sudah berada di depan Laura. Laura menatap ke mata Hersey. Tatapan pria itu sungguh memabukkan sekali, Laura menelan salivanya, dan tanpa sadar mengalungkan tangannya di leher Hersey, dan membalas lumatan yang diberikan oleh pria itu padanya. Laura melilitkan kakinya di pinggang Hersey, ketika pria itu menggendong dirinya dan membawa dirinya menuju kamar. “Aku menginginkan dirimu lagi. Kau bagaikan nikotin bagiku. Ingin aku sentuh terus menerus, dan aku ingin terus mendengar desahanmu sayang,” ucap Hersey, dan melakukannya kembali, dan Laura menikmati apa yang dilakukan oleh Hersey pada dirinya. Dan tidak menolak apa yang dilakukan pria itu padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD