Bab 01. Hotel

1199 Words
Laura membuka matanya perlahan, dan terkejut dengan tempat asing yang ditidurinya semalam. Laura langsung duduk. Napasnya seakan berhenti, melihat keadaan dirinya yang telanjang sekarang dan tidak memakai apa pun. Dan Laura menatap pada pria di sampingnya yang masih tertidur nyenyak. Laura memukul kepalanya pelan. Dia baru mengingat semuanya semalam. Bagaimana dia mabuk dan menghabiskan satu malam dengan pria kaya raya dan tampan. Kebodohan dirinya yang meminum alcohol saat ulang tahun temannya malam tadi. Laura meringis turun dari atas ranjang, dan memakai pakaiannya kembali. Laura menatap pada pria itu, dan mengambil ponselnya dan memfoto pria itu, dan juga melihat kartu nama di dompet pria itu. Sialan! Dia tahu pria ini. Pria yang memiliki perusahaan dimana-mana dan sudah memiliki istri. Laura meringis membayangkan semalam dia tidur dengan suami orang. Laura keluar dari dalam kamar hotel, dia akan pulang ke rumah kecilnya sekarang. Dia tidak mau berlama-lama di sini yang membuat dirinya semakin terjebak dengan pria itu. Yang tidak bisa lepas nantinya. Laura turun dari taksi dan berjalan masuk ke dalam rumahnya, dan mengunci pintu rumahnya. Laura mengantukkan kepalanya ke dinding. Dia kenapa menjadi bodoh seperti ini?! Tak seharusnya dia tidur dengan seorang pria yang sudah memiliki istri. “Laura … kau jangan pernah bertemu dengan dia lagi. Dia sudah beristri dan kau hanya satu malam dengannya. Ayo, lupakan. Kehilangan keperawanan bukan hal yang tabu di sini. Karena kau tinggal di Negara yang punya kebebasan hidup!” kata Laura sudah memutuskan untuk tidak merasa sedih dengan hilangnya keperawanan miliknya. Lagian dia sudah berumur dua puluh dua tahun. Bahkan teman-temannya kehilangan keperawanan mereka saat umur mereka tujuh belas tahun. Dia dikira culun oleh teman-temannya, tidak mau menikmati hidup dengan melakukan seks dengan para pria. Dan menikmati ketika milik pria itu masuk ke dalam lubang sempit miliknya. Sialan! Laura kembali panas dingin mengingat kejadian semalam. Dia akui, melakukan itu sangat nikmat sekali. Awalnya memang sakit. Tapi, kelamaan terasa nikmat dan terasa seperti di surga dunia. Kalau saja pria itu bukan suami orang, mungkin dirinya tak masalah melakukan sekali lagi dengan pria itu saat dia terbangun tadi. Laura sadarlah! Jangan jadi jalang! Laura berjalan menuju kamarnya, dan membukanya kasar lalu menutup pintunya kasar. Laura masuk ke dalam kamar mandi, dia membersihkan dirinya dengan cepat. Dan melihat jam dinding dalam kamarnya. Menunjukkan pukul Sembilan pagi. Dia libur bekerja hari ini. Dan bisa dengan bebas untuk tidur seharian ini. Dirinya berjalan lebih dulu untuk mengisi perutnya yang dari pulang hotel dia tidak memakan apa pun, tidak mau pria yang tidur semalam dengan dirinya terbangun, dan melakukan hal itu lagi dengannya. Dia tidak masalah kalau lelaki itu masih single. Ini sudah memiliki istri. Senakalnya dia, ia tidak mau dicap sebagai perebut suami orang. “Selalu makanan ini. Tidak ada makanan lain?” Laura berdecak melihat makanan yang di dapurnya. Uangnya yang pas-pasan untuk mencukupi kehidupannya, membuat dia benar-benar harus berhemat. Dia pernah kepikiran untuk menjadi jalang di sebuah klub malam. Namun setelah berpikir lagi, dirinya tidak bisa melakukan itu. Dia itu perempuan yang tidak mau disentuh sembarangan, semalam saja kalau tidak karena mabuk, mana sudi dirinya bersentuhan dan melakukan itu dengan pria yangt sudah memiliki istri. Laura membawa makanannya ke meja makan, dan memakannya malas. Dia masih mengingat kejadian semalam, dia yang mendesahkan nama pria itu penuh kenikmatan. Laura ingin muntah membayangkannya. Dia mendorong piringnya menjauh, dan masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya menatap pada langit-langit kamar. Sayang, kau sangat cantik. Desahkan namaku masuk. Shit! Miliikmu sangat sempit. Perawan memang selalu nikmat. Aku ingin melakukannya terus menerus denganmu! Kata-kata itu terngiang di kepalanya, suara dari pria yang mengauli dirinya semalam, dan membuat dirinya baru pertama kali merasakan itu. Tangan Laura perlahan masuk ke dalam celananya, dan mengusap lembut miliknya lembut. Laura mendesah sambil membayangkan sentuhan penuh kenikmatan pria tadi malam. Laura tertawa kecil ketika mendapatkan pelepasannya. Memang seks sangat nikmat sekali, pantas para temannya selalu datang ke klub malam dan menikmati hubungan satu malam dengan berbagai pria. “Sial! Kau tidak boleh membayangkan sentuhannya Laura. Dia sudah menikah. Dia sudah memiliki istri.” Kata Laura, namun tangannya meraih ponselnya, dan mencari tentang pria semalam dan juga istri pria itu. Satu kata untuk istri pria itu. Sangat cantik sekali. Dan juga sepadan dengan pria itu, yang memiliki segalanya. Laura berdecak, dan masih saja seorang pria mencari wanita lain di luar sana. Dan tidak melihat kesempurnaan yang dimiliki oleh istri di rumah. Laura turun dari atas ranjang, dan berjalan menuju cermin, membandingkan dirinya dan wanita yang ada di dalam handphonenya ini. kalau urusan cantik, lebih cantik dirinya. Lebih seksi dirinya. Dan dia kalah hanya karena dia tidak memiliki apa pun yang perlu dibanggakan. Bahkan keperawanan yang selalu dibanggakan oleh dirinya, sekarang sudah tidak ada. “Dia memang kaya sekali. Dan dia juga memiliki usaha yang terkenal, dan banyak pria yang memuji dirinya.” Kata Laura, bmelihat akun i********: wanita itu. Dan di sana banyak pria yang berkomentar, dan mengatakan kalau mereka ingin menjadi suami wanita itu. “Kau mendapatkan suami yang b******k, maunya bermain dan menghabiskan malam dengan banyak wanita!” komentar Laura, yang tidak akan berani mengirim di akun media sosial milik wanita itu. Malah dia nanti dia diserang oleh para pengemar wanita itu, yang followersnya sangat banyak. Laura mematikan ponselnya, dan kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Dia mengingat dirinya yang dari kecil yang hidup di panti asuhan, dan tidak memiliki apa pun. Dia bahkan meninggalkan panti asuhan saat usianya masih remaja. Dia sudah bosan untuk tinggal di sana, yang setiap harinya, dia selalu dijaili oleh anak-anak lain. Dan sekarang dirinya harus iri pada wanita yang menjadi istri pria yang meniduri dirinya semalam. Yang memiliki keluarga lengkap. Kaya. Mertua yang sayang padanya. Dan jangan lupakan, apa pun yang dia inginkan, akan di dapat oleh dirinya. “Aku dan dia memang berbeda. Aku hanya wanita yang benar-benar berjuang. Aku harus menghidupi dirikju sendiri, kalau sakit rawat diri sendiri. Tidak pernah ada orang yang sayang padaku dan perhatian padaku,” ucap Laura tanpa sadar air matanya keluar. Sekian lama, sifatnya yang sentimental keluar juga. Itu hanya karena wanita itu, dan dia menyayangkan keperawanannya harus direngut oleh suami wanita itu. Wanita yang memiliki segalanya, dan bisa saja menghancurkan dirinya dalam sekejap. Laura masih sayang pada hidupnya, dia tidak mau hidupnya hancur, hanya karena dia yang tidur dengan lelaki yang sudah beristri. Mari lupakan semuanya, dan fokus pada pekerjaannya untuk mencari makan untuk dirinya sendiri. Dan biaya sewa rumahnya. “Aku tidak akan menmgingat ini lagi! Aku akan melupakannya!” Laura mulai memejamkan matanya, dan membawa dirinya kea lam mimpi sekarang. Dia akan memulai hidupnya yang tidak perawan, dan menjadi biasa saja setelah kehilangan keperawanannya. Di luar saja banyak yang kehilangan keperawan dan mereka tidak berlebihan. Laura juga tidak boleh berlebihan! Dan harus menganggap keperawanan hal biasa, dan lelaki juga banyak yang tidak perjaka kalau ada yang mau menikah dengan dirinya. Kalaupun dia tidak menikah sampai tua, itu tidak masalah oleh dirinya. Dia lebih suka hidup sendirian, dibanding harus menikah. Dan pada ujungnya ada kata perceraian nantinya. Lebih baik tidak menikah saja. Pernikahan yang berakhir perceraian, itu adalah janji yang diingkar di hadapan Tuhan. Sudah banyak dosa, dan ditambah berdosa karena mengingkarn janji. Untuk sehidup semati. Tapi, itu terserah semua orang yang memiliki jalan hidupnya sendiri. Mau bercerai atau tidak terserah!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD