Christ membawa mobilnya dengan dengan hati dongkol, dongkol karena tidak tahu harus bicara apa dan berbuat apa. Sementara gadis di sebelahnya itu bersandar begitu santai di jok, memejamkan mata dan melipat tangan di d**a.
Christ mendengus perlahan, membuat gadis itu membuka matanya dan menoleh ke arah Christ.
"Please, buka blokir nomorku, Ko," rintihnya perlahan.
"Buat apa?" tanya Christ ketus, ia berusaha sekuat tenaga menahan semua gejolaknya.
"Aku rindu."
Christ menengang, ia mencengkeram kuat setirnya, hendak membawa mobil itu kembali ke hotel. Diabaikannya gadis yang sejak tadi menatapnya itu, mengharapkan jawaban dan reaksi Christ dari apa yang barusan dia katakan.
"Ko ... ikut ke Beijing bersamaku, mau? Kita lari kesana, putus hubungan dengan semua yang ada di sini dan mulai h
