Pelanggaran

1422 Words
"Om, ini gimana cara pakainya?" tanya Nara sambil memegang Chopper yang akan dia gunakan untuk menghaluskan kacang tanah dan cabai untuk membuat sambal pecel yang resepnya dia dapatkan dari internet. "Ya itu tinggal ditekan aja atasnya Nara," jawab Kala yang sedang merebus beraneka sayur, laki-laki itu menggelengkan kepala gemas karena Nara tidak tahu apa-apa. "Oh iya," gumam Nara sambil menekan Chopper yang langsung mengeluarkan bunyi mendengung dan menghaluskan isinya. Tidak lama kemudian sepiring pecel sudah tersaji di hadapan Nara dan Gadis itu sudah tidak sabar untuk mencicipinya. "Tampilannya sih bagus ya Om, tapi rasanya gimana?" tanya Nara pada laki-laki yang duduk di sebelahnya di meja makan yang ada di dekat dapur. "Ya mana Om tau kamu cicipin aja biar kamu tau," ucap Kala, Nara langsung mengambil sendok dan mencicipi pecel yang ia buat, ini adalah pertama kalinya Nara berinisiatif untuk memasak sesuatu. dirinya benar-benar dipaksa untuk menjalani kehidupan yang berbeda dalam sekejap mata. Jika biasanya Gadis itu begitu manja tapi sekarang dia harus mandiri, mengurus dirinya sendiri dan mendapatkan segala kemauannya dengan usahanya sendiri. "Lumayan, walaupun rasanya nggak kaya yang dijual di dekat kampus aku," kata Nara setelah mencicipi makanan yang sangat dia inginkan itu, Kala jadi penasaran dan langsung mengambil sendok untuk mencicipi pecel itu juga. "Om, aku kok kayak pernah ngeliat suaminya tante Anna, tapi di mana ya?" kata Nara sambil memakan pecelnya walaupun rasanya tidak seperti yang diharapkan tapi setidaknya bisa mengobati rasa ngidamnya. "Om kan udah bilang nggak usah kamu membicarakan Anna, anggap aja kita nggak pernah ketemu sama dia," kata Kala datar, laki-laki itu seakan kehilangan nafsu makannya hingga dia langsung menaruh sendok yang ia pegang di atas meja. "Aku nggak mau bicarain tentang Tante Anna tapi tentang suaminya, Aku beneran kayak pernah ngelihat dia Om, tapi aku lupa di mana. tapi aku inget banget kalau aku tuh familiar sama wajahnya, emang dia siapa sih Om? tokoh masyarakat? atau pembisnis terkenal barangkali aku pernah melihat wajah dia di jurnal berita bisnis yang sering Papa liat," kata Nara yang benar-benar merasa pernah melihat wajah suami Anna. Kala berdecak kesal mendengar apa yang Nara tanyakan lalu dengan perasaan kesalnya itu Kala menjawab, "Om nggak tau tepatnya dia siapa dan apa pekerjaannya yang jelas namanya Levin, Dia anak orang kaya orang yang terpandang dan jauh lebih baik segala-galanya daripada Om." Nara menganga kaget mendengar apa yang Kala katakan, Gadis itu mengerti apa yang terjadi pada Kala hanya dari beberapa kalimat yang laki-laki itu ucapkan. "Om Kala dulu pacaran sama Tante Anna, tapi orang tuanya Tante Anna ngejodohin Tante Anna sama Om Levin, iya kan! gitu ceritanya?" tebak Nara dengan penuh keyakinan, Kala yang hanya diam membuat Nara yakin jika tebakannya itu benar. "Udah Om bilang, ingat kesepakatan kita. belum juga satu hari kesepakatan itu dibuat tapi kamu udah beberapa kali melanggar!" kata Kala sembari bangun dari duduknya, laki-laki itu langsung meninggalkan Nara begitu saja. "Bener kan tebakan aku? pake acara menghindar, nggak mau ngaku!" gerutu Nara sambil menatap punggung tegap Kala yang kembali menghilang di balik pintu kamarnya, Gadis itu lalu kembali menyantap pecel sebagai makan malamnya sambil mengingat-ingat di mana Dia pernah melihat wajah suami Anna. "Gila, itu anak punya indera keenam? kenapa tebakannya bisa selalu bener?" gumam Kala di dalam kamarnya, laki-laki itu lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang sambil memejamkan mata tapi segala kenangan indah dan buruknya bersama sang mantan kekasih terbayang bergantian diingatan. Nara tersenyum ketika ponselnya di atas meja berdering, Gadis itu merasa telepon dari sang Ibu sambung bisa sedikit mengurangi rasa kesepiannya yang sedang menyantap makan malam seorang diri. "Hallo, Ma," sapa Nara dengan begitu ceria setelah mengangkat panggilan video dari Lily, seketika gadis cantik itu bisa menatap wajah cantik Lily yang tersenyum manis padanya. "Kamu lagi apa, Ra? aku kesepian di rumah nggak ada kamu," kata Lily sambil merengut kecil baru saja sebentar berpisah dengan sahabat sekaligus anak tirinya itu tapi dirinya sudah merasa kesepian. "Aku lagi makan malam, tiba-tiba aku ngidam pecel terus aku bikin sendiri tapi rasanya nggak enak," jawab Nara sambil menunjukkan pecel yang sedang ia makan ke arah kamera sambil tertawa kecil. "Kamu bikin sendiri?" tanya Lily tidak percaya pasalnya dia tahu semanja apa anak tirinya itu selama ini, jangankan untuk makanan untuk segelas s**u saja para asisten rumah tangga yang akan membuatkan untuknya. "Iya aku yang bikin sambelnya nyontek di internet tapi dibantuin sama Om Kala yang ngerebus sayuran," jawab Nara sambil terus menikmati makanannya. "Kenapa kamu nggak beli sambal pecel yang udah jadi aja?" tanya Lily membuat Nara mendelik kaget. "Emang ada?" tanya Nara penasaran. "Ada, biasanya dijual di toko Asia kamu belanja di toko Asia kan?" jawab Lily yakin. "Wah aku nggak tau, kalau Om Kala dengar pasti om Kala ngomel-ngomel kenapa nggak beli sambel jadi aja!" sahut Nara membuat Lily mengerutkan kening lalu tertawa kecil, "Om Kala itu galak banget tau Ma, aku sebel deh sama dia!" Nara malah merengut melihat Lily tertawa mendengar apa yang dia katakan. "Mungkin Om Kala itu nggak galak tapi tegas, kamu nggak pernah tinggal satu atap sama orang lain selain sama Papa kamu yang begitu menyayangi dan memanjakan kamu, Jadi sekarang saat kamu tinggal sama Om Kala yang memang sifatnya tegas kamu jadi kaget. tapi kamu harus tau satu hal Nara, kalau Om Kala bukan orang yang baik nggak mungkin Papa kamu menitipkan kamu sama dia, Kamu adalah seseorang paling berharga untuk Papa kamu jadi nggak mungkin Papa kamu menitipkan kamu ke sembarangan orang," kata Lily dengan begitu lembut, Nara hanya terdiam merasa apa yang ibunya katakan itu benar. "Iya Mama bener, aku tau kalau Om Kala itu orang yang baik. kalau nggak, nggak mungkin Papa bisa sepercaya itu sama Om Kala, cuma aku kesel karena Om Kala kadang nyebelin!" jawab Nara dengan bibir mengerucut Karena rasa sebalnya, Lily hanya tertawa menatap wajah gadis itu. "Kamu harus belajar beradaptasi, Nanti lama-lama kalian juga bakalan cocok kok lagian Kalian juga nggak akan selamanya bersama, cuma sampai anak kamu lahir dan kamu akan pulang," kata Lily dengan senyum manisnya, Nara langsung menganggukkan kepala juga dengan senyum manis menghiasi wajahnya. *** Nara keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum di dapur, perhatian Gadis itu langsung tertuju pada layar televisi yang menyala dan Kala yang duduk di sofa tapi laki-laki itu tampak tidak menonton acara televisi melainkan duduk bersandar sambil memejamkan mata. Gadis itu hanya mencibirkan bibirnya mengira jika Kala ketiduran saat sedang menonton televisi, Nara langsung melangkah ke dapur untuk mengambil air minum tapi tetap memperhatikan Kala yang diam tidak bergerak, sepertinya sudah benar-benar terlelap. "Nonton apaan sih sampai ketiduran gitu?" gumam Nara sembari berjalan mendekati Kala, gadis cantik itu berniat baik untuk mematikan televisi tanpa berniat membangunkan Kala dari tidur. Nara berdiri di belakang sofa di mana saat ini Kala menyandarkan tubuhnya dengan kepala mendongak dan mata terpejam rapat, gadis cantik itu memperhatikan wajah Kala memastikan jika laki-laki itu benar-benar tertidur sebelum ia mengambil remote televisi dan mematikannya. Ruangan itu gelap hanya disinari cahaya dari televisi yang menyala menampakkan acara animal planet di mana terlihat seekor harimau tengah memburu seekor rusa. "Kenapa?" tanya Kala membuat Nara terkejut dan terperanjat, seperti biasa entah bagaimana caranya Kala selalu tahu ketika Nara memperhatikan wajahnya padahal Nara mengira kalau laki-laki itu tertidur lelap. "Om Kala punya indera keenam ya?" tanya Nara sambil memegangi dadanya di mana jantungnya berdegup begitu kencang Karena rasa terkejutnya, Kala membuka mata lalu menoleh menatap Nara dengan mata sedikit memicing Karena rasa heran, "Om selalu tau kalau aku lagi ngeliatin Om padahal mata Om merem!" "Lain kali kalau mau ngeliatin Om jangan napas, Om enggak punya indera keenam tapi pendengaran Om sangat tajam jadi Om bisa ngerasain hembusan napas kamu!" kata Kala datar, Nara membulatkan bibirnya mengetahui bagaimana caranya Kala bisa mengetahui kalau dirinya sedang memperhatikannya. "Masa aku harus tahan napas, kalau mati gimana?" sahut Nara ringan, Gadis itu lalu berjalan memutari sofa dan duduk di sebelah Kala, membuat laki-laki itu mengernyit seakan heran untuk apa Nara duduk di sebelahnya. "Kamu ngapain duduk di sini?" tanya Kala datar. "Aku mau nonton TV juga, aku nggak bisa tidur!" jawab Nara sambil mengambil remote control televisi dan menaikkan sedikit volume suara benda itu. "Siapa suruh tadi sore tidur," gumam Kala, Nara hanya diam tidak menanggapinya. Keduanya hanya saling Diam Tanpa berbicara sambil memperhatikan seekor harimau yang tengah memangsa seekor rusa, sampai pada akhirnya kalau menoleh dan memperhatikan wajah Nara yang begitu serius dengan tontonannya. "Nara, boleh Om tanya sesuatu?" tanya Kala, Nara langsung mengangguk tanpa berkata-kata atau menatapnya, "Kenapa kamu mempertahankan bayi itu? kenapa kamu nggak menggugurkannya saja?" "Pelanggaran! belum juga satu hari kesepakatan itu Om buat tapi Om sendiri yang udah melanggarnya!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD