“Ayo, dong, Sayang. Yang semangat! Kamu bilang, perut sama lenganmu jadi ada lipatannya? Anggap saja ini olahraga biar lemak di tubuh kita juga terbakar.” Adi terus memberikan semangat pada Isty, sang istri. “Panas, gerah begini, ih! Bedakku pasti luntur, nanti aku enggak cantik lagi!” Isty mengelap malas buih keringat yang mengalir dari ujung kepalanya melewati pipi, menggunakan kedua punggung tangannya, silih berganti. Tak beda dengan Adi meski ia cenderung diam, ia juga berkeringat, meski memang, keringatnya tak separah Adi. Adi mengulas senyum kemudian menggunakan handuk kecil yang tersampir di tengkuknya untuk mengelap wajah Isty. Ia melakukannya penuh sayang, di antara senyuman yang seolah tidak akan pernah lekang oleh waktu hanya karena kebersamaan mereka. Isty menahan napas, men