“Enggak, Ren. Jangan ... tolong jangan cerita ke Mita. Mita sedang program hamil. Aku mohon, jangan. Kasihan Mita, dia udah pengin punya anak banget!”
“Aku janji aku bisa, aku bisa keluar dari keadaan ini. Aku hanya butuh waktu! Aku, aku ... aku akan baik-baik saja!” Padahal jauh di lubuk hatinya, Giani sudah sangat ingin hilang ingatan. Giani ingin menyerah andai ia tidak memiliki Gio dan Gia.
Giani mendekap erat kedua lututnya, ia gemetaran hebat tapi bukan menggigil apalagi karena kedinginan. Giani tengah berusaha meredam luka-lukanya. Luka tak kasat mata, tak berdarah dan rasanya sangat menyiksa. Panas, ngilu, pedih, semua itu Giani rasa dalam waktu bersamaan. Sekujur tubuh bahkan kuku dan rambut Giani tak luput dari rasa sakit itu. Rasa sakit atas sederet pengkhianatan yang Adi laku
