4. Menjadi pengawal utama

1088 Words
Suaranya terdengar berwibawa, membawa ketakutan bagi yang mendengarkan. Darren Wei bisa merasakan bahwa para pengawal lain sedang menunduk dalam ketakutan saat langkah seorang pria semakin mendekat. Ya, pria itu yang barusan berucap. Darren menatap pria itu berlama-lama. Auranya sungguh dapat menekan siapa saja, bahkan dalam jarak puluhan meter sekalipun. Saat pria itu semakin mendekat, Darren tiba-tiba menelan saliva. Dia bisa menebak dengan mudah identitas pria itu yang lain adalah kepala keluarga Guan—ayah Rose Guan—Guan Xuan. “Aku mau melihat sampai mana kau bisa angkuh, Darren Wei.” Rose Guan tersenyum mengejek Darren Wei yang tiba-tiba membeku di tempatnya. Jika saja mereka hanya berdua, mungkin Darren akan kembali mencekik leher Rose. Namun, tidak bisa melakukan hal itu karena karier Darren sebagai pengawal akan hancur di bawah telapak tangan kepala keluarga Guan. Guan Xuan telah menghentikan langkahnya tepat di depan Darren. Rose yang melihat ayahnya sudah berdiri tegak di sana segera menghamburkan dirinya. Dia bersikap dan mengeluarkan ekspresi semanja mungkin. “Ayah, pria ini berniat membunuhku tadi malam. Mengapa Ayah, malah membebaskannya? Tidakkah Ayah merasa takut jika dia kembali menyakitiku?” Rose bergelayutan di lengan kekar ayahnya seperti anak kecil berusia 5 tahun. Darren membeku bukan karena takut akan kepala keluarga Guan, melainkan sikap Rose yang seperti itu hampir membuatnya muntah darah. Tidak pernah dia melihat seorang perempuan dewasa bisa bersikap begitu kekanak-kanakan atau Darren belum melihat dunia luas ini. Sekarang berkat Rose, Darren bisa melihat sisi lain dari seorang perempuan manja tidak ketulungan. Kepala keluarga Guan hanya tersenyum pada Rose. Kemudian mengalihkan perhatiannya pada Darren yang lupa memberikan salam hormat pada orang yang sebenarnya adalah atasannya. He Lian Yu menggerak-gerakkan kepala memberikan isyarat kepada Darren agar menundukkan kepala, mengingat status Darren yang hanyalah seorang pengawal. Meskipun Guan Xuan sendiri yang meminta Darren dibebaskan, tapi belum ketahuan apa niat pria itu sesungguhnya. Dikarenakan Darren masih membeku, He Lian Yu memukul kepala Darren menggunakan telapak tangan lalu berkata, “Jangan hanya bengong. Beliau adalah kepala keluarga Guan.” Seketika itu Darren Wei menunduk dalam-dalam. Dia terbawa oleh suasana barusan, sehingga lupa siapa dirinya di rumah keluarga ini. “Haha!” Guan Xuan tertawa singkat. Namun, tawanya membuat orang menggigil. “Kenapa dia malah tertawa? Apa dia akan memecatku?” Darren mengerutkan alis. Susah payah mendapatkan pekerjaan ini dan mendekati keluarga Nie, dia tidak bisa kehilangan pekerjaannya begitu saja. Hanya karena seorang perempuan manja yang ingin sekali Darren cekik. Horor sekali pemikiran Darren Wei. “Kau memang berlidah tajam Darren Wei. Itu sebabnya aku tidak salah membebaskanmu, tapi ingat jangan melewati batasmu karena aku pun bisa membinasakanmu.” Ucapan kepala keluarga Guan tiba-tiba membuat Darren sedikit gemetar. Tidak bisa dipungkiri bahwa pria itu seperti penguasa. Bahkan, bos Darren pun tak bisa mengalahkan aura kuat lelaki di depannya. Sepertinya, Darren harus sangat berhati-hati terhadap kepala keluarga Guan. “Berterima kasih atau katakan sesuatu Darren Wei. Kenapa kau tiba-tiba membisu?” He Lian Yu sepertinya merasa gemas akan diamnya Darren. Darren tak lupa bahwa harus membalas ucapan Guan Xuan dengan rasa terima kasih, tetapi dia memutuskan diam karena yakin Guan Xuan akan kembali berucap. “Mulai hari ini Darren Wei secara resmi akan menjadi pengawal utama untuk Rose.” Seperti gemuruh menggelegar di siang itu, kepala Rose maupun Darren terasa berputar. Rose sama sekali tidak terima akan keputusan ayahnya. Sementara Darren akhirnya bisa menghela napas lega; tidak kehilangan pekerjaannya. Pekerjaan yang susah payah ia pertahankan meski tuannya—Rose Guan membuatnya muntah darah. “Ayah!” Rose memekik kala keputusan ayahnya dapat diterima oleh semua orang. Ekspresi Rose menampilkan banyak ketidaksetujuan. “Aku tidak setuju. Dia ini pria berbahaya, Ayah.” Ayahnya tersenyum, yang membuat Rose tak mengerti. “Semakin berbahaya Darren Wei, maka kau semakin aman bersamanya.” Rose dibuat bengong oleh ayahnya. Mana mungkin pria berbahaya bisa melindunginya? Bukannya Rose akan kehilangan nyawa jika tetap mempertahankan Darren? “Tidak Ayah! Dia akan membunuhku jika mendapatkan kesempatan—” “Mengapa kau bisa begitu yakin Darren akan membunuhmu? Apa kau tidak percaya diri tidak bisa menaklukkan seorang pengawal biasa di bawah telapak tanganmu?” Guan Xuan sedang meyakinkan Rose. Darren yang melihat adegan ini berpikir keras. Mengapa kepala keluarga Guan mempertahankannya sebagai pengawal? Bahkan menempatkannya dalam posisi yang lebih tinggi daripada sebelumnya. “Terima kasih atas kesempatan yang Anda berikan, Tuan Besar Guan,” ucap Darren sambil menunduk dalam-dalam. Suaranya telah mengalihkan perhatian kepala keluarga Guan, bahkan Rose juga menatap Darren. Namun, ada rasa tidak suka dalam hati Rose. “Tapi, Ayah, aku masih tidak terima.” “Lakukan apa pun padanya jika kau masih tidak terima, tapi jangan pecat dia ataupun melemparnya ke dalam sel tahanan. Dan jangan melukai harga diri pria. Ini sangat berbahaya, sayang.” Setelah mengusap kepala Rose, pria itu melangkah pergi. Dia berjalan menuju lantai atas. “Kau dengar Darren Wei, aku bisa melakukan apa pun padamu.” Rose menyeringai tajam, menatap Darren dengan ejekan. Darren mengepal kuat-kuat. Jika saja yang di hadapannya saat ini adalah lelaki, wajahnya pasti sudah hancur di tangan Darren. Dia membuang muka terlalu malas menuruti kemauan Rose. “Ayo, ikut aku,” perintah Rose. Mau tak mau Darren mengikuti di belakang Rose. Meskipun hatinya sangat menolak, tetapi demi pekerjaannya, Darren akan mematuhi perintah Rose selama apa pun itu masih memungkinkan untuk dilakukan dan tidak melukai harga dirinya. Dalam perjalanan menuju ruang minum teh, Darren mengingat perkataan kepala keluarga Guan yang berpesan agar Rose tidak melukai harga diri laki-laki. Ternyata masih ada Tuan Rumah yang mengerti pentingnya harga diri seorang pekerja. Rose Guan berhenti di ambang pintu, hampir saja Darren menabrak punggung indah gadis itu. Rose membalikkan badan memperlihatkan senyuman indah di wajahnya yakni—senyum yang sedikit mengejek. “Apa kau bisa membuat teh? Belakangan ini aku menyukai teh, jadi, aku membutuhkan orang membuatkannya untukku.” Darren mengangkat wajahnya. “Saya bisa memberitahu pelayan jika Nona menginginkan teh.” “Nona?” Rose cekikikan. “Sopan sekali. Tetapi, aku ingin agar kau yang membuatkan teh. Cepat, ya.” Kemudian dia masuk ke dalam ruangan tersebut meninggalkan Darren yang masih mematung. “Sialan Rose.” Mau tak mau Darren membalikkan tubuhnya. Mulai melangkah ke arah—yang tak Darren yakini. Melihat seorang pelayan muncul dari balik sebuah pintu, Darren segera menghampiri dan bertanya. “Maaf, di mana dapurnya? Nona memintaku untuk membuatkan teh.” Pelayan wanita itu terkesima melihat Darren dan mematung sejenak. “Oh, dapur? Saya akan mengantarkan Anda ke sana.” “Terima kasih,” ucap Darren. “Omong-omong kenapa Nona ingin Anda yang membuatkan teh? Apa Anda bisa membuat teh?” terdengar pertanyaan ragu dari pelayan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD