Sebuah hotel berbintang lima memang memiliki ruangan besar dan megah. Tempat ini meraup keuntungan besar setiap harinya. Sebuah pesta diadakan di aula utama dihadiri para orang-orang bertopeng mata; menyembunyikan identitas mereka saat datang ke sana. Tujuannya tentu mencari kesenangan dengan membuang-buang uang dan bersosialisasi. Mereka terlalu banyak memiliki uang, dan terlalu sedikit memiliki kesenangan.
Di antara banyak orang, satu pasang anak muda menjadi sorotan perhatian sejak tadi. Setiap bulan di tanggal yang sama Rose Guan akan menantang Zack Nie—sang pemilik hotel. Mereka adalah teman dekat yang tak pernah bertengkar. Sudah dua tahun lamanya melakukan kegiatan bertaruh saat main dadu. Namun, yang mereka pertaruhkan bukanlah uang, melainkan barang-barang berharga yang membuat orang lain iri.
Rose memulai dengan pertaruhan mobil sport, yang baru dibeli beberapa hari lalu dan kebetulan Zack Nie menginginkannya.
“Kau tidak takut kehilangan mobil sportmu Nona Muda?” Zack Nie bertanya memancing.
Gadis itu tersenyum simpul, hingga matanya menyipit dan senyum itu berubah menjadi senyum licik. “Lanjutkan,” katanya membuat semua orang terkejut dan beberapa dari mereka bertepuk tangan.
Siapa yang tidak tahu Nona Muda yang satu ini? Di kota B dia dikenal dengan sebutan gadis tungku uang; menghasilkan uang juga menghabiskannya sesuka hati.
Di belakang Zack Nie berdiri seorang lelaki muda, berparas tampan dengan tubuh tegak. Dia menatap sinis pada Rose Guan yang senantiasa menghamburkan uangnya.
“Kenapa tidak berikan saja pada fakir miskin?”
Darren Wei tak berdaya mengatakannya langsung, hanya bisa berkata dalam hati dan melanjutkan menonton. Terlihat gerakan tangan Rose Guan anggun dan menyihir semua hadirin tak terkecuali wanita. Rose Guan terlihat mahir dalam mengguncangkan tempat dadu. Rose Guan meletakkannya ke meja dan tersenyum lembut. “Besar atau kecil.”
Zack Nie tersenyum miring seraya menatap Rose Guan, bukannya menatap pada dadu yang masih tertutup. Lelaki itu menyentuh dadu seraya mengalihkan tatapannya dan berhenti pada Darren Wei—pengawal pribadinya.
“Kau takut tidak bisa menebak, Tuan Muda Nie, sehingga meminta pengawalmu menebak?” Rose Guan bertanya dengan nada sarkasme. Zack Nie tidak akan tersinggung lantaran sudah biasa dengan cara bicara Rose Guan. Lagi pula, mereka adalah teman yang sudah biasa berkata-kata tak sedap satu sama lain.
“Nona Muda, bukannya aku takut, tapi pengawalku ini sangat pintar dalam menebak,” balas Zack Nie yang masih menoleh pada Darren.
Darren mematung, tak mengucapkan sepatah kata pun. Dia terlalu malas meladeni para generasi penerus ini.
“Ada sesuatu yang salah dengan pria ini,” Darren Wei berkata dalam hati.
“Tebaklah, besar atau kecil.”
Darren Wei menatap datar pada Zack. Bagaimana kalau dia salah menebak? Zack Nie bisa-bisa marah besar karena Darren tahu lelaki itu sangat menginginkan mobil sport tersebut. Bukannya Zack tidak bisa membeli mobil sendiri, melainkan mobil Rose Guan adalah edisi terbatas.
“Kau—”
“Kecil,” kata Darren memotong ucapan Zack.
“Kau yakin?”
Darren mengangguk. “Kau bisa tebak sendiri jika tidak mempercayaiku,” balas Darren. Tatapannya lurus ke depan, bahkan terlihat lebih berwibawa daripada majikannya.
Semua orang jadi memiliki gosip dan segera berbisik tentang pengawal pribadi Zack Nie.
“Bukankah dia sangat berani?”
“Kudengar dia baru diperkerjakan, tapi sudah begitu angkuh.”
“Kita lihat saja bagaimana Tuan Muda Nie mengatasinya.”
“Aku pilih kecil,” kata Zack Nie pada Rose Guan.
Rose menggeleng kecil menatap tak percaya pada Zack. Bisa-bisanya mengikuti ucapan pengawal pribadi. “Kau tidak ingin berpikir dua kali? Aku memberimu kesempatan untuk berpikir. Sayang sekali, jika kau tak mendapatkan mobil sport terbatas.”
Zack Nie mengepal sambil mengerutkan kening. Bukankah tadi dia mengatakan Darren sangat hebat dalam hal ini? Dia sempat berpikir untuk sesaat, lalu jawabannya tetap sama; kecil.
“Aku pilih kecil. Sekarang bukalah!” Zack Nie terdengar tidak sabar, sedangkan Darren di belakangnya memutar bola mata malas.
Rose Guan dengan senang hati mengangguk dan tersenyum. Tangan rampingnya menyingkap tutup dadu. Tiga buah dadu memperlihatkan dua angka 2 dan satu angka 3 yang berarti tebakan Zack Nie benar; kecil.
Darren menarik napas lega karena prediksinya tidak salah, sedangkan Rose Guan membelalak tak percaya. Namun, sesaat kemudian dia tertawa seperti tak terjadi apa-apa.
“Berikan kunci mobil pada Tuan Muda Nie,” perintah Rose.
Seorang pengawal pribadi memberikan kunci mobil pada Zack. Wajah pria itu terlihat amat senang. Dia mengangkat kunci mobilnya tinggi-tinggi, lalu menciumnya.
“Hanya begitu saja? Tuan Muda Nie sangat beruntung mendapatkan mobil sport terbatas.”
“Nona Rose Guan juga sangat murah hati.”
“Murah hati?” Darren Wei diam-diam tertawa. Mereka tidak tahu apa yang dinamakan dengan murah hati. Gadis ini dan majikannya hanya menghamburkan uang seperti melempar kertas. Namun, itu bukan urusannya.
“Katakan taruhanmu, Zack Nie,” pinta Rose seraya melipat tangan ke depan. Sama sekali tak tampak penyesalan di wajahnya. Rose Guan sudah biasa bertaruh dengan Zack Nie dan beberapa barang miliknya jatuh ke tangan pria itu.
Zack Nie memasukkan kunci mobil ke dalam saku. Kemudian berpikir untuk beberapa saat. Orang-orang tampak antusias, barang berharga apa lagi yang akan dipertaruhkan kali ini.
“Aku akan memberimu barang yang bagus,” kata Zack Nie.
“Katakan,” pinta Rose.
Zack Nie tersenyum licik dan menarik bahu Darren ke depan. “Dia!” serunya dan setelahnya tertawa.
“Tuan Muda Nie mempertaruhkan pengawal pribadinya? Apakah layak?”
“Entah kita dengar saja apa kehebatan pria itu.”
Darren mengepal, menundukkan kepala. “Zack Nie! Kau keterlaluan!”
“Bagaimana? Dia tampan, ‘kan? Lebih baik daripada pengawal pribadimu.”
“Tapi, dia bukan barang,” balas Rose terlihat enggan.
Darren sedikit terkejut dan menoleh pada Rose. Netra mereka bertemu untuk beberapa saat dan dengan cepat Rose mengalihkan pandangannya.
“Kau tidak mau? Kukatakan padamu, bahwa kemampuannya lebih hebat daripada pengawal lainnya. Dan kau sering mengeluh karena pengawalmu mengundurkan diri tiba-tiba, ‘kan? Dengan begini dia tidak akan bisa lari.”
“Siapa yang tidak tahu kalau Rose Guan sangat kejam,” bisik seseorang.
“Hush! Jangan membuat masalah atau kau akan dimusuhi.”
Mendengar orang-orang itu berbisik membuat Rose kesal dan ingin segera pergi. Oleh karena itu dia menerima taruhan Zack Nie.
Darren menarik napas dalam-dalam. Ia merasa tangannya sangat gatal dan ingin memukul Zack Nie. Darren menggerak-gerakkan tangan seolah ingin melakukan pemanasan untuk memukul pria itu.
“Kenapa? Kau tidak terima? Ingat aku adalah majikanmu dan kau tidak bisa apa-apa tentang hal ini.”
“Ah?” Darren tersenyum kecut. “Dasar berandal.”
“Mulailah. Jangan terlalu banyak bicara,” kata Rose terlihat antusias setelah melihat ekspresi membangkang Darren.
Suara dadu terdengar sudah mendarat. Mata Rose Guan perlahan terbuka setelah mendengarkan dengan cermat.
“Bagaimana? Apa pilihanmu?”
“Kecil,” jawab Rose Guan.