Bodoh! Bisa-bisanya aku terjerumus ke dalam jebakan Hilman. Dia pasti sedang menertawakanku di sana. Tapi apa tadi yang Hilman katakan? Aku lebih tampan dan mapan hingga berpeluang sangat besar merebut Sophia dari pacarnya? Kekehanku tidak mungkin berhenti dalam waktu enam ratus detik. Asistenku itu sungguh pintar mengembalikan suasana hati. Untung dia laki-laki, kalau perempuan, tentu sudah kujadikan istri. Hah, crazy monkey mind! But wait, merebut Sophia dari pacarnya? Memikirkannya saja tidak pernah! Well, aku normal. Aku masih laki-laki normal dan bisa menilai Sophia, si gadis garang itu dengan akal sehatku. Dia cantik, séx appeal-nya muncul ke permukaan ketika tampil dengan permainan jemarinya di atas tuts Stainway. Yeah, meski aku sedikit penasaran, apakah jemarinya juga lincah ket