When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
[SOPHIA] . Aku tidak tau cara menghadapi Hagia. Sama sekali tidak ada petunjuk mengenai hal itu. Apakah aku harus cemas atau takut, harus senang atau marah padanya. Mood dan sikapnya kerap kali berubah-ubah layaknya warna kulit bunglon. Terkadang pikiranku melantur terlampau jauh, tapi ah, rasanya tidak mungkin. Tidak. Hagia bukan penyandang bipolar. Otaknya sangat cemerlang dengan sederet prestasi yang levelnya jauh di atas rata-rata. Rasanya tidak mungkin terjadi bila dia memiliki gangguan kejiwaan. Tapi aku sungguh tidak tahan dengan sikapnya yang kerap berubah-ubah tanpa pemberitahuan lebih dulu! "Sebenarnya apa sih yang kau lakukan barusan?" Bisa kurasakan wajahku masih memerah panas karena ciumannya tadi. Orang-orang di jalanan pasti melihat kami dan menganggap kami adalah or