BAB 6
Perjalanan yang sungguh menegangkan dirasakan Aira saat ini. Pasalnya saat dia kembali ke Surabaya, kedua orangtua Malvino yakni Pak Revaldy dan Bu Revaldy ikut serta bersamanya. Mereka ingin langsung melamar Aira kepada Ayah dan Bunda nya. Sementara Malvino sendiri tidak bisa ikut serta bersama mereka dikarenakan dia ada urusan bisnis di Singapura. Waktu seakan berjalan begitu lambat. Hatinya sudah dag dig dug tidak karuan. Saat ini mereka sedang berada di dalam taxi yang akan membawa mereka ke kediaman keluarga Aira.
Sebenarnya dari kemarin Aira sudah memberitahukan kepada kedua orangtua Malvin, jika rumahnya berada jauh dari Surabaya. Masih sekitar empat sampai lima jam dari Bandara Juanda Surabaya. Aira pun sudah menceritakan jika perjalanan nya akan sangat melelahkan dan dia berharap agar kedua orangtua Malvin membatalkan rencana untuk ikut serta bersamanya. Tapi kedua orangtua Malvin justru tidak mempermasalahkan hal itu. Dan terbukti saat ini tampak mereka berdua dengan wajah berseri-seri melihat pemandangan nan asri di sepanjang perjalanan yang mereka lewati.
" Papi, kelihatan nya enak ya tinggal disini. Suasana pedesaan yang asri. Mami mau pindah kesini saja, Pi. " Bu Aldy begitu antusias melihat hamparan sawah yang begitu luas.
" Iya, sebentar lagi kita pasti akan sering kesini, Mi. Mengunjungi besan " jawab Pak Aldy tanpa beban.
" Ya sudah kalau begitu segera aja dipercepat pernikahan nya Malvin dengan Aira. Biar mami bisa sering-sering refresing disini, Pi. "
Aira hanya bisa memijit pelipisnya demi mendengar percakapan dua orangtua yang membuat nya semakin frustasi.
Empat jam yang mereka lalui akhirnya sampai juga mereka di kediaman kedua orang tua Aira. Rumah tinggal sederhana yang terletak di pinggiran kota di daerah pelosok Jawa Timur. Rumah dengan halaman yang cukup luas yang terletak persis di sepanjang jalan provinsi.
Tidak jauh dari rumah ini terdapat hamparan sawah yang cukup luas. Suasana yang begitu asri yang membuat Bu Aldy terpana dengan keindahan alam pedesaan. Suasana alam yang tidak dapat mereka jumpai di Jakarta. Jalan yang lengang tidak ada kemacetan. Sungguh berbanding terbalik dengan perkotaan yang ada disana sini macet, dan penuh polusi.Kedatangan mereka disambut sukacita oleh kedua orangtua Aira.
" Tante , Om perkenalkan ini Ayah dan Bunda Aira "
" Hallo jeng, saya Rani dan ini suami saya Revaldy "
Bu Aldy menyalami bunda Aira sambil mencium pipi kanan dan kiri.
Aira yang melihat interaksi kedua mami mami ini hanya bisa menggelengkan kepala. Mereka nampak akrab selayaknya sahabat karib yang sudah lama tidak bertemu. Padahal kenyataan nya mereka baru berkenalan kemarin itupun lewat video call. Kalau sudah begini Aira mana bisa berkutik untuk berusaha melarikan diri dari ide konyol pernikahan.
***
Setelah perjamuan makan malam, Kedua keluarga duduk bersama membahas tentang lamaran serta pernikahan Malvin dengan Aira.
" Jadi jeng, pernikahan nya fix ya kita adakan sebulan lagi. Apapun keputusan kita Malvin pasti setuju kok. Sayang sekali dia tidak bisa ikut kesini karna sudah terlanjur mengadakan janji pertemuan dengan investor di Singapora. "
Begitulah samar-samar yang Aira dengar dari balik dinding ruang keluarga. Tubuhnya lemas seketika mendengar penuturan Bu Aldy. Dia tidak bisa membayangkan akan menikah sebulan lagi dengan laki-laki yang bahkan tidak dia tau seluk beluknya. Jika seandainya dia diminta menikah dengan kekasihnya mungkin dia tidak akan segalau ini meskipun pernikahanya sebulan lagi.
" Iya jeng, niat baik harus disegerakan. Lagipula mungkin ini sudah takdir Tuhan yang mempertemukan Aira dengan jodohnya. Ya, meskipun dengan cara yang kurang tepat "
" Bagaimana dengan Bapak- bapak berdua, kita sepakat ya bulan depan kita adakan acara ijab qobul. Acara keluarga saja yang penting sah dulu. Masalah resepsi nanti kita bicarakan lagi. "
Aira sudah tidak sanggup lagi mendengar obrolan kedua keluarga yang begitu antusias membahas pernikahan dirinya dengan Malvino. Dia segera beranjak untuk masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu dan menenggelamkan wajahnya diatas bantal.
Baginya menikah bukanlah hal sepele. Dia punya impian suatu saat akan dilamar oleh kekasihnya, diajak menikah dan hidup bahagia. Tapi dia sendiri juga tidak yakin apakah impian nya akan jadi kenyataan. Mengingat lelaki yang pernah membuatnya menunggu, tidak kunjung ada kabar berita nya sampai sekarang. Lelaki yang pernah menjadi kekasihnya dikala masih menggunakan seragam putih abu- abu. Lelaki yang sejak 7 tahun lalu menghilang begitu saja dari hidup Aira. Lelaki yang bernama Kenatria yang entah mengapa begitu susah dihapus dari ingatan nya. Bahkan selama tujuh tahun itupun Aira masih terus berharap untuk dapat dipertemukan kembali dengan Ken atau bahkan berharap dilamar oleh Ken. Tapi kenyataan nya harapan tinggal lah harapan. Kenyataan yang sebenarnya dia dilamar oleh orangtua lelaki yang baru dikenalnya kemarin. Lelaki yang sialnya sudah melihat semua isi dibalik bajunya. Ah, membayangkan kejadian waktu itu membuat pipi Aira memanas. Dia tidak tau sudah sejauh apa yang Malvin lakukan pada dirinya. Tapi yang pasti dia tahu Malvin sudah menjamah tubuhnya. Tiba - tiba saja Aira begidik ngeri. Segera dia memejamkan mata berharap segera bertemu dengan alam mimpi. Entah mimpi bersama Ken atau justru memimpikan Malvin.
*********
Bersambung