Setelah satu jam lamanya Reyno tertidur, Sivia terpaksa harus membangunkan lelaki itu untuk memintanya mengantarkan ke kelas. Reyno pun bangun dan mengantarkan Sivia ke dalam kelasnya, setelah itu dia pun kembali ke rooftop.
Dan kini sudah bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, Sivia tengah berjalan menuju kantin bersama Silvi, Chandra, dan Geva.
Tak banyak yang masih membicarakan Sivia seperti hari kemarin saat pertama masuk ke sekolah itu, bahkan sampai sekarang pun banyak yang meminta berkenalan dengannya baik itu teman seangkatannya maupun kakak kelasnya.
Seperti sekarang.
“Sivia!” Panggil kakak kelas perempuan menyapa Sivia.
Sivia pun menengok ke belakang, “iya kak?” Tanya Sivia.
“Kenalin, nama Kakak Karina.” Ujar siswi itu.
Sivia tersenyum ramah, “Via kak, Sivia.” Ucap Sivia.
Karina mengangguk, “gini dek, dari kemarin banyak yang protes di grup sekolah.” Ujar Karina bingung harus mengatakan apa.
“Grup sekolah?” Tanya Sivia bingung.
Silvi mengetahui maksud Karina, “gini Vi, kan di sekolah ini punya grup khusus semua murid gitu. Dari tiap angkatan, bahkan alumni pun masih ada di grup itu.” Ujar Silvi berusaha menjelaskan, “nah gue lihat dari kemarin grup rame terus pada minta lo buat dimasukin ke grup itu.” Jelas Silvi.
“Iya terus?” Tanya Sivia.
“Kak Karina salah satu admin grup sekolah, dan dia mau minta ID Line lo biar gampang masukin nya.” Ujar Nida yang baru saja datang, “karena tinggal lo aja yang belum masuk grup, si Geva sama Chandra udah masuk kemarin.”
“Oh gitu.” Cengir Via, “boleh kak bentar ya, sini Gev pinjem dulu ponselnya.” Ujar Sivia mengeluarkan ponsel milik Geva dari saku celana lelaki itu kemudian mengotak – ngatik ponselnya lalu menunjukkan ID line miliknya pada Karina.
“Thanks ya Dek, sekarang lo udah gue invite tinggal di ACC.” Ujar Karin pada Sivia.
Sivia mengangguk, “nanti ya Kak di kelas soalnya gue gak bawa ponsel.” Senyum Sivia pada Karina.
Karina pun mengangguk, “ya udah, gue ke kantin duluan ya dek.” Pamit Karina pada Sivia dan yang lainnya.
“Udah yuk.” Ajak Via sembari menyerahkan ponsel Geva kembali pada pemiliknya.
“Lo ada – ada aja, masa main raba celana orang.” Tegur Chandra membuat Sivia mengeluarkan cengirannya.
“Sorry ya.” Kekeh Sivia sembari menepuk b****g Geva.
“Heh ... gak sopan.” Omel Silvi.
“He – he, lagian Geva nya diem mulu.” Cengir Sivia melihat Geva hanya tersenyum melihatnya.
Saat di persimpangan, Sivia menghentikan langkahnya.
“Kenapa berhenti?” Tanya Geva.
“Kalian duluan aja ya, gue mau ke kelas Bang Jason dulu.” Ujar Sivia kepada Silvi, Chandra, Nida dan Geva.
“Mau ngapain?” Tanya Geva.
“Ada urusan.” Sahut Sivia.
“Mau gue anter?” Tawar Chandra.
“Gak usah.” Geleng Sivia membuat Silvi mengernyit heran.
“Sendiri?” Tanya Silvi.
“Iya lah, gue udah gede.” Kekeh Via sembari menitipkan botol minum miliknya pada Silvi, “titip ya.”
Silvi pun menganggukkan kepalanya, “Ya udah kita duluan aja, lo jangan lama – lama.” Ujar Silvi seraya berjalan meninggalkan Sivia di ikuti Chandra dan Nida.
Sivia pun melirik Geva yang masih diam menatapnya, “lo ngapain masih di sini Geva?” Tanya Sivia kesal.
“Mau nemenin lo.”
“Gak usah, gue bisa sendiri. Lagian kelas bang Jason ada di lantai dua kok, udah lo susul Silvi sama Chandra.” Titah Sivia.
“Vi.” Lirih Geva menatap Sivia sendu, “gak bisa diperbaiki hubungan kita?” Tanya Geva tiba - tiba.
Sivia menggelengkan kepalanya, “gak bisa Gev, sebelum ke Indo kan kita udah buat perjanjian. Jangan sampai lo lewatin batasnya Gev, gue gak mau sampai Amber datang lagi ke kehidupan gue.” Ujar Sivia seraya menaiki tangga meninggalkan Geva.
“Geva sialan emang, dia mau buat gue nangis lagi apa.” Gerutu Sivia.
Sivia sampai di lantai dua, dia celingukan mencari letak kelas Jason.
“Sivia!”
Tiba – tiba ada yang memanggil Sivia, dia pun mengedarkan pandangannya mencari orang yang memanggilnya.
‘Siapa nih? Ganteng banget.’ Pikir Sivia.
“Malah ngelamun.”
“Saya Kak?” Tanya Sivia melirik ke arah samping kanan, dimana ada segerombolan cowok tengah berkumpul di samping tangga.
“Iya, kamu.” Ucap salah satu cowok berkacamata seraya berjalan menghampiri Sivia.
‘Kamu.’ Batin Sivia seraya memperhatikan wajah cowok yang tak asing lagi di matanya.
Cowok berkacamata itu sudah berada di hadapan Sivia, “dapat kelas IPA berapa kamu?”
“Kakak kenal aku?” Tanya Sivia menunjuk dirinya.
Cowok itu menganggukkan kepalanya, “Sivia kan?”
“Eh, kok kakak tahu nama Sivia?” Tanya Sivia heran.
Cowok itu tersenyum, “tuh name tag lo.” Jawab cowok itu santai.
Sivia menganggukkan kepalanya paham, “ahh ini.” Ujar Sivia.
“Vin, lo kenal cewek ini?” Tanya salah satu teman cowok berkacamata.
‘Hm ... matanya sama idungnya kok gak asing ya.’ Batin Sivia seraya memperhatikan wajah cowok di depannya.
Cowok berkacamata itu mengangguk, hal itu membuat Sivia mengernyit keheranan.
“Tapi Sivia gak kenal kakak tuh.” Ucap Sivia dengan nada santai.
“Whoa, ternyata ada juga ya yang gak ngenalin lo Vin.” Kekeh salah satu teman si cowok berkaca mata, “eh tapi kan dia anak baru.”
“Yakin?” Tanya cowok itu menatap Via, “yakin gak kenal?”
Sivia mengangguk, “yakin.” Ujar Sivia mantap.
“Ya udah kita kenalan dulu.” Ujar cowok itu seraya melangkahkan kakinya sehingga membut Sivia terpaksa harus mundur.
Sivia pun mendorong d**a cowok itu pelan, “Ish, mundur dikit.” Pinta Sivia saat merasa dirinya sudah terpojok sehingga tak bisa bergerak karena di belakangnya ada tembok balkon kelas yang di bawahnya adalah lapangan.
Sivia semakin risih saat cowok itu terus melangkahkan kakinya sampai kedua ujung sepatu mereka bersinggungan.
‘GREB’
Tiba – tiba cowok itu memeluk tubuh mungil Sivia, “ish lepasin.” Protes Sivia di dalam pelukan.
“Lo yakin gak kenal gue?” Bisik cowok itu di telinga Sivia, “Via sayang.”
‘DEG’
‘Kayaknya gue inget suara ini.’ Batin Sivia berusaha mengingat – ngingat.
“Gak, inget heh?” Tanya cowok itu kembali seraya mengecup puncak kepala Sivia berkali – kali.
‘CUP’
‘CUP’
‘CUP’
‘BUGH’
Dengan sekuat tenaga, Sivia memukul d**a cowok yang sedang memeluknya dan hal itu membuat pelukannya terlepas.
“Gak usah peluk – peluk apalagi cium, lebay banget.” Ketus Sivia seraya merapikan kembali seragamnya dan rambutnya.
“Emangnya gak kangen sama kakak?” Tanya cowok itu seraya merapikan anak rambut Sivia yang terlihat berantakan.
“Gak.” Ketus Sivia.
Cowok berkaca – mata itu tersenyum seraya menatap Sivia yang sedang menatapnya penuh kesal, “mmm, ada yang ngambek.” Ejek cowok itu seraya menaik turunkan kedua alis, “padahal dari kemarin ngechat terus minta ketemu.”
“Ish, Kak Kelvin nyebelin.” Gerutu Sivia kesal, “ngapain juga tadi peluk – peluk Sivia, kalo temen kakak lihat gimana.”
Kelvin terkekeh pelan, “siapa? Temen kakak yang mana nih? Kan emang udah pada lihat semua kali, tuh” Tunjuk Kelvin ke arah lapangan di bawah.
“Mampus.” Gumam Sivia saat melihat kerumunan murid tengah memperhatikannya dari bawah dengan sorakan.
‘AAAAA KAK KELVIN SOSWEET’
‘Wah kayaknya kita nemuin jodoh kak Kelvin deh’
‘Yoi, kayaknya KelVi bentar lagi berlayar’
“Akhirnya Si Cool kedua di sekolah kita dapet pasangan cuy.” Seru teman Kelvin sembari berlalu pergi, “gue duluan Vin.”
Sivia mendengar teriakan – teriakan itu pun langsung menundukkan kepalanya di depan Kelvin, “Kak Kelvin, itu fans kakak ya.” Cicit Sivia seraya menarik ujung seragam Kelvin.
“Hm.” Gumam Kelvin seraya terkekeh melihat tingkah Sivia.
“Ish, gimana nanti kalo Sivia dihajar sama mereka? Terus gimana kalo kakak yang meluk Sivia tadi sampe ke telinga Reyno? Ish.” Protes Sivia seraya memukul – mukul d**a Kelvin, “nanti Reyno cemburu gimana?”
“Ha ha ha, jadi dari tadi kamu mikirin Reyno. “ Tawa Kelvin pecah.
“Gimana dong ish, gimana kalo tiba – tiba fans kakak datang nyamperin aku terus ngeship kita buat jadian gimana?” Tanya Sivia panik, “aku kan maunya sama Reyno ih.”
Kelvin terkekeh pelan, “emangnya kamu gak mau kalo sama kakak?” Tanya Kelvin seraya membuka kaca matanya.
Hal itu tak luput dari penglihatan para siswi di lapangan, mereka langsung berteriak histeris melihatnya.