Setelah mendengar ucapan Via hal selanjutnya yang terjadi membuat gadis itu membuka matanya lebar, dia ternganga saat semua teman – teman Fahrul dan Bobby serentak mematikan rokoknya kemudian mengibas – ngibaskan tangan mereka ke udara tanpa ada yang merintah.
“Tutup mulutnya, basah tuh.” Tegur Fahrul pada Via.
Via pun langsung tersadar dan mengusap sudut bibinya, “ah Kak Fahrul bohong.” Kekeh Via.
Bobby pun ikut terkekeh melihat hal itu, “ya udah duduk sana.” Titah Bobby, “gue sama Fahrul ke depan dulu.”
Via menahan tangan Fahrul, “tunggu.” Ujar Via menghentikan Fahrul dan Bobby.
“Kenapa?” Tanya Fahrul.
“Mereka gak akan ngapa – ngapain gue kan?” Cengir Via seraya menatap Fahrul dan Bobby bergantian.
“Katanya udah biasa temenan sama anak nakal kayak mereka.” Ejek Bobby.
“Ish... serius.” Rajuk Via membuat Fahrul terkekeh seraya mengacak – ngacak poni Via, “gak akan bisa.” Cengir Fahrul kemudian berbalik pergi mengikuti Bobby.
Setelah kepergian Fahrul dan Bobby, kini Via tengah duduk di depan segerombolan teman – teman kedua lelaki tadi.
“Jadi lo yang di Drop Out ya?” Tanya cowok yang Via dapat lihat di name tagnya bernama Ruby.
Via menatap lelaki itu kaget, “tenang aja, yang tahu cuman kita doang.” Sahut Ruby.
Via menganggukkan kepalanya membuat Ruby tersenyum menatapnya, “pantes aja Al kagak balik – balik ke sini, lah yang bikin betah kan kayak gini bentukannya.” Kekeh Ruby menatap Via dari atas sampai bawah, “ya gak?” Tanya Ruby kepada teman – temannya, mereka pun menyetujui ucapan Ruby.
“Belum kenalan nih Kak, gak sopan kalo gue lihat nama lo di seragam tanpa bertanya.” Ucap Via terkekeh.
“Ah iya lupa, gue Ruby dek.” Ujar Ruby, “lo gak akan inget nama mereka satu persatu, jadi lo inget aja sama tato yang ngelingkar di pergelangan tangan mereka.” Jelas Ruby.
“Kenapa?” Tanya Via.
“Mereka anak buahnya The Fast.” Jelas Ruby.
“Serius lo Kak?” Kaget Via, “jadi beneran kalo anak Fast juga ada di Indo?” Tanya Via pada Ruby.
“Ada, tapi jarang yang tahu sih.” Ujar Ruby.
Sivia memicingkan matanya mengingat sesuatu, “tapi gue gak lihat tato kayak kalian di tangan Bobby.” Ucap Via.
“Dia bukan anak Fast.” Sahut seseorang dari mereka menjawab, “dia satu geng sama Bayu.” Angguk Ruby menjelaskan pada Via.
“Bayu?” Tanya Via, “siapa dia?”
“Al sering cerita kan kalo dia punya musuh? Bayu orangnya.” Ujar Ruby.
“Ah iya – iya, gue paham.” Angguk Via.
“Btw, kalian kenal kak Al dari kapan?” Tanya Via, “emm... gabung jadi anak Fast gitu.”
Baru saja Ruby akan menjawab Via, namun tiba – tiba sebuah suara menghentikannya.
“Ikut gue.” Titah seseorang sseraya tiba – tiba menarik tangan Via.
“Aish kaget tahu.” Protes Via seraya melepaskan tangan Reyno.
“Boss, ternyata dia cewek yang Al maksud.” Ujar Ruby kepada Reyno.
Reyno menatap Via sekilas, “udah gue duga.” Ujar Reyno seraya menarik lengan Via kemudian membawanya menjauhi teman – temannya.
“Ish Kak... lepasin ih, sakit.” Rengek Via mencoba melepaskan cengkraman pada tangannya.
“Diem.” Tegur Reyno galak.
“Ish.” Dengus Sivia kesal.
“Sivia!” Panggil Ruby.
Via pun menoleh ke belakang, “lo harus jinakin dulu pikirannya baru lo bisa dapetin hatinya.” Teriak Ruby seraya mengacungkan ibu jari nya.
“Thanks Ya!” Sahut Via seraya berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Reyno, “pelan – pelan dong Bang.” Ketus Via namun diacuhkan Reyno.
Selama perjalanan Via dan Reyno sama – sama terdiam, tak ada yang memulai pembicaraan.
Sampai Via memberanikan membuka suara, “Rey, kok jalannya jadi jauh gini sih.” Gerutu Via merasa kelelahan.
“Makanya besok – besok parkirin mobilnya jangan di belakang sekolah, terus nanti pas di T.U kasih tahu kalo lo bakalan sering bawa mobil.” Ujar Reyno masih terus menuntun Via.
“Emangnya kenapa?” Tanya Via.
“Jadi nanti lo bisa masuk ke basement buat parkirin mobil.” Sahut Reyno.
Via menganggukkan kepalanya paham, “oke – oke.”
“Udah sampe tuh, sana. Gue mau balik ke kelas lagi.” Ujar Reyno melepaskan genggamannya.
“Ish, anterin dong.” Rajuk Via seraya memberikan jurus andalannya, senyum yang mampu membuat semua kaum adam tak mampu menolak keinginannya.
“Lo.” Geram Reyno menatap Via kesal.
Via mengeluarkan jurusnya lagi, “ayoo.”
“Ck, gue tunggu di sini aja.” Ujar Reyno seraya berdiri menyandarkan tubuhnya pada dinding.
Via tersenyum senang, “oke, tungguin ya Yang.” Cengir Via seraya masuk ke dalam ruangan T.U meninggalkan Reyno yang tengah menatapnya tak percaya.
Tak lama kemudian Via keluar bersama seorang guru, “loh Reyno kenapa di sini?” Tanya guru itu kepada Reyno.
Reyno menatap Via yang tengah menatapnya seraya menahan tawa, “eungh anu bu, saya ... saya mau –“ “Terserah kamu saja Reyno saya sedang buru – buru, mari cantik ikut ibu.” Potong guru itu mengajak Via seraya berjalan meninggalkan Reyno.
Saat Via melewati Reyno, dia tersenyum genit seraya mencubit perut Reyno pelan.
“Bye – bye.” Bisik Via pelan.
Reyno menggeram kesal, “bener kata Al, dia bahaya.” Gidik Reyno seraya menepuk – nepuk perutnya yang tadi sempat Via cubit.
...
Via berjalan mengikuti guru yang menuntunnya mencari kelas, “Via, ibu dapat info kalau teman – teman kamu ingin sekelas dengan kamu betul?” Tanya guru itu.
“Iya bu, mereka paling gak suka jauh – jauh sama saya.” Ucap Via penuh percaya diri.
“Loh kok berbeda ya jawabannya.” Ujar guru itu, “teman kamu bilang kalau kamu suka keluyuran keluar kelas kalo gak ada mereka.”
Via langsung terdiam mendengarnya, ‘sabar Vi, ini masih permulaan lo harus terlihat kayak anak baik dulu.’ Batin Via.
“Wah bu, yang ada mereka suka ngajak saya bolos. Tapi untungnya saya anak baik, jadi saya tolak ajakannya bu.” Seru Via.
“Ah iya sih, kamu kan terlihat seperti anak baik.” Angguk guru itu, “baju kekecilan, rok terlalu pendek, gak pake dasi, gak pasang atribut, kaos kaki pink, sepatu putih ckckck.” Lanjut guru itu seraya berdecak.
“Hehe, gagal deh jadi anak baiknya.” Cengir Via.
“Hm.” Sahut guru itu seraya menghentikan langkahnya, “ini kelas kamu, ikut ibu.” Ajak guru itu seraya membuka pintu kemudian masuk.
“Perhatian!” Seru guru itu seraya menepuk – nepuk papan tulis.
“Kalian berdua anak baru sini maju.” Pinta guru itu menunjuk Chandra dan Geva.
“Hoi.” Seru Geva menatap Via kemudian berdiri di sampingnya.
“Oke anak – anak, kelas kita kedatangan tiga murid baru sekaligus.” Ujar Ibu guru, “mereka semua pindahan dari London.”
“WHOAAAA LONDON!” Teriak salah satu murid.
“Berisik deh, lebay banget. “ Gerutu salah seorang murid menimpali.
“Rakha! Duduk.” Geram ibu guru.
“Dia Rakha, ketua kelas sekaligus murid yang paling bisa ibu percaya.” Ujar Ibu guru itu menunjuk Rakha.
“Loh kok Cuma Rakha yang dipercaya bu?” Tanya murid yang lainnya.
“Karena cuman dia yang agak waras di antara kalian, tapi sepertinya kita kedatangan murid yang pintar – pintar.” Ujar guru itu, “silahkan perkenalan.”
”Gue dulu.” Ujar Geva.
“Geva.” Ujar Geva singkat.
“Segitu doang?” Tanya Seorang murid kepada Geva, “ck... kaku bener.”
“Nida, diam.”
“Hm.” Sahut Nida.
“Gue Chandra P. Gak usah terlalu panjang ya, bentar lagi juga kita saling kenal kok.” Ujar Chandra seraya terkekeh pelan.
“Giliran kamu.” Bisik Geva pada Via.
“Sivia Evandaresta, dari London. Mohon bantuannya ya teman – teman ku.” Cengir Via memperlihatkan gigi kelincinya.
“Nomornya berapa?” Tanya Rakha yang langsung dihadiahi sorakan murid lainnya.
“Nomor sepatu gue pake 38, buat celana kadang pake 28 sama 29, nomor rumah gue 37B Komplek Matahari, nomor KTP gue belum hapal.” Jelas Via panjang lebar.
“Whoaaaaaaa, kita punya anggota bar – bar baru lagi guys.” Teriak seroang siswi yang Sivia kenali itu Silvi.
“Heh, duduk lagi kamu.” Titah Ibu guru.
“Cewek ini lucu banget ya.” Celetuk Rakha.
Via tersenyum mendengar celetukan sang ketua kelas, “terima kasih Mas.” Ucap Via seraya mengedipkan sebelah matanya.
“Vi.” Geram Geva seraya memeluk pinggang Via.
Via masih tersenyum, namun tangannya berusaha menghempaskan tangan Geva dari pinggangnya.
“Kita udah gak ada hubungan apa – apa lagi Gev.” Ujar Via pelan.
“Ya tetep aja, gue gak suka lihatnya.” Sahut Geva dengan wajah cemberut.
“Nomor ponselnya dong Yang.” Goda Rakha.
Sivia mengedipkan matanya, “aku belum punya handphone, gimana kalo nanti pulang sekolah beliin dulu?” Tanya Via yang langsung mendapat sorakan dari teman – teman barunya.
“Cie Rakha gagal ngegoda.” Celetuk salah satu murid, “biasanya itu jurus dia ngemodusin cewek, eh malah dia yang dimodusin duluan.” Sahut Silvi.
“Anjir kok jadi gue yang kena.” Gerutu Rakha.
“Sudah – sudah, sekarang kalian berdua duduk kembali. Dan kamu Via, duduk dekat Silvi.”
“Baik bu.” Angguk Sivia seraya berjalan menghampiri Silvi.
“Hari ini kelas free, ada kemungkinan kalian pulang lebih awal. Tetap diam di kelas jangan sampai pada ribut keluar.”
“IYA BUUUUU!”