“Hoamhhhhh!” Seorang gadis menguap di atas kasur, "engh." Lenguhnya sembari duduk dan meregangkan tangannya ke atas.
"Morning Via... Morning London. " Gumam Via menyapa dirinya seraya mengacak rambutnya kemudian turun dari kasur. Matanya masih belum terbuka lebar, dengan perasaan masih ngantuk dia berjalan lurus ke arah depan berniat pergi menuju pintu kamar mandi namun ternyata dia malah menabrak dinding sehingga jidatnya terantuk keras begitu juga hidungnya yang lebih dahulu membentur dinding itu.
“Ouch.” Ringis Via mengusap jidatnya, "idung gue. " Ringis nya kembali sembari mengusap hidungnya.
Hal itu membuat Via tersadar, dia pun membuka matanya dengan kedua tangan masih mengusap hidung dan jidatnya.
“Loh kamar mandinya kemana?” Panik Via saat matanya tak menemukan pintu di hadapannya.
“Ini dimana?” Tanya Via menatap sekelilingnya, "bentar... " Via pun memicingkan matanya merasa tak asing dengan kamar bernuansa putih dan pink pastel itu.
“Kok kayak kamar gue yang di Indonesia sih.” Ucap Via seraya terus memperhatikan sekelilingnya.
‘TOK’
‘TOK’
‘TOK’
“Sivia sayang, kamu udah bangun nak?” Panggil seseorang dari balik pintu kamar.
“Mama Dera?” cicit Via seraya berjalan menghampiri pintu kamar, “kok kayak suara mama sih, masa iya mama jauh – jauh dateng ke L.A bukannya lagi sibuk ya.” Gumamnya meraih gagang pintu.
‘KLK’
Saat pintu terbuka, Via menatap seseorang di depannya tak percaya. Tangannya mengucek kedua mata takut – takut dia salah lihat, “astaga, masih pagi Via.” Ujar nya seraya menepuk kedua pipinya, "wake up babe. " Omelnya menepuk - nepuk kedua pipinya.
“Via sayang..." Senyum Dera menatap Sivia, "mama kangen banget sama kamu.” Ucap Dera seraya memeluk Via.
“Eh, Via gak mimpi ya?” Tanya Via melepaskan pelukan Dera, kemudian dia menelisik wajah Dera dan memegangnya, “Ini beneran mama Dera nya Via ya?”
Dera mengangguk, “iya sayang, ini mama.” Seru Dera kembali mengeratkan pelukannya sembari mengecupi rambut Via, "maafin mama ya... Selama dua tahun ini mama gak jenguk kamu ke London. " Ujar Dera terdengar sedih.
Sivia pun membalas pelukan mamanya, "mama apa sih, kan tiap hari suka VC sama Via, jangan sedih gitu dong. " Kekeh Via melepaskan pelukannya kemudian mengusap air mata sang mama.
"Tetep aja sayang, mama Minta maaf gak jenguk kamu selama di London. " Sedih Dera kembali memeluk tubuh sang anak, "kamu sudah besar sayang. " Lirih Dera.
Tiba – tiba Via mengerucutkan bibirnya seraya melepaskan pelukan Dera, “mama kok gak bilang sih kalo mau ke London.” Protes Via kesal, "tau mama mau ke sini kan nanti Via jemput. " Kesal Via.
Dera terkekeh geli mendengar penuturan putrinya itu, “bukan mama yang ke London tapi kamu yang ke Indonesia sayang.” Ujar Dera seraya menarik wajah Via kemudian mengecup keningnya penuh sayang.
Via menunjuk dirinya, "Via? Ke Indonesia? " Tanya Via tak percaya.
"Iya sayang. " Angguk Dera, “Kamu udah besar sayang, makin cantik sekarang ya, makin mirip mama.” Kekeh Dera seraya mengusap kedua pipi Via, "mama gak nyangka kamu tumbuh secepat ini. " Ujar Dera penuh senyuman.
Via masih menatap Dera tak percaya, “mama yakin kalo Via yang ke Indonesia?” Tanya Via kembali.
“Baru aja kemarin malam kamu sampe ke sini sama abang kamu.” Ujar Dera.
“Mama gak usah jahil deh ini masih London tahu, kalo Via ke Indonesia juga kapan pergi ke bandaranya coba. Seinget aku, kemarin malem aku tidur di mobil Al ma.” Kekeuh Via tak percaya jika dia sedang berada di Indonesia.
“Kamu di Indonesia sayang, abang kamu yang jemput kamu ke sana beberapa hari yang lalu. ” Jelas Dera.
Via masih kekeuh menggelengkan kepalanya, “Gak percaya ah, aku mau tanya ke Nenek dulu.” Ucap Via, “mama lihat Nenek?”
Dera menggelengkan kepalanya kesal, “nenek kamu kan di London sayang.” Ujar Dera.
Via mengabaikan ucapan Dera, dia berjalan ke arah tangga seraya terus memanggil neneknya.
“Nek!”
“Nenek dimana?”
“Nek! Via nyariin nenek, nenek dimana?” Teriak Via ke segala penjuru rumah.
Via berjalan menuju pintu belakang, hatinya terus menyangkal bahwa tempat itu memang berada di Indonesia alias rumahnya dulu yang dia tinggalkan selama dua tahun lamanya.
“Neneeekk!” Rengek Via mulai kelelahan mencari Neneknya, “nenek bangunin Via, masa Via mimpi udah ada di Indonesia sih." Rengek Via terus mencari sosok Neneknya.
"Huwaaaa...Via kan belum siap buat jelasin ke mama sama papa kalo Via di D.O, huaaaaa.” Tangis Via pecah, dia mendudukkan tubuhnya di pinggiran kolam renang.
" Nenek... Al... Via kan belum siap jelasin ke papa tentang masalah kemarin... Hiks. " Tangis Sivia sembari menendang - nendang air kolam menggunakan kedua kakinya.
Tiba – tiba kaki Via ditarik seseorang dari dalam kolam, “Aaaaaaa!” Kaget Via seraya berusaha melepaskan cekalan pada kakinya.
Dari dalam air Via dapat melihat bahwa yang menariknya adalah seorang lelak, dia pun berusaha melepaskan cekalan pada kakinya itu.
'BUGH'
Via berhasil melepaskan cekalannya dengan menendang tubuh seseorang yang sudah menariknya, dia langsung ke permukaan air untuk bernafas.
"Haaaah... Sialan. " Umpt Sivia mengusap wajahnya, "basah kan. " Ketusnya menunduk melihat tanktop dan celananya basah.
“Astaga Dek, makin gede aja tenaga lo.” Ketus seseorang dari arah belakang Via.
Via sudah bersiap mengambil ancang – ancang saat orang itu tengah berenang menghampirinya yang berada di tengah kolam, “Bang Jason?” Tanya Via kaget saat melihat kakak lelakinya ada di depannya.
Orang itu pun muncul ke permukaan air, “Hm.” Sahut Jason seraya mengusap wajahnya.
‘Astaga, ganteng banget abang gue.’ Batin Via masih terus menatap Jason yang sedang merapikan rambutnya.
Jason terkekeh melihat adiknya yang sedang menatapnya, "kondisikan itu ilernya. " Ejek Jason menatap Via balik, “Ganteng kan gue.” Ujar Jason seraya terus merapikan rambutnya.
Via pun mengangguk, "iya." Angguk Via tanpa sadar.
Melihat anggukan Via membuat Jason memeluk tubuh adiknya itu, "mmmmmmhhh abang yang ganteng ini kangen banget. " Gemas Jason mengeratkan pelukannya.
‘BUGH’
Via memukul d**a Jason, “Gak, abang gak ganteng.” Ketus Via seraya memukul d**a Jason, "masih gantengan Bang Al kemana - mana. "
"Nanti giliran lihat si Kelvin, klepek - klepek tahu rasa lo. " Gerutu Jason.
Sivia mendongakkan kepalanya menatap Jason yang masih memeluknya, "pasti makin ganteng ya. " Tebak Via langsung diangguki Jason, "nanti suruh maen ke sini ya Bang, ajakin kumpul. " Ujar Via.
"Udah sadar lo di Indonesia? " Tanya Jason mengejek adiknya.
‘BUGH’
“Abang kenapa gak bangunin Via dulu sebelum kita ke sini, Via kan belum pamitan sama Nenek.” Rengek Via seraya terus memukul d**a Jason.
Jason menahan kedua tangan Via kemudian menarik tubuh adiknya itu ke dalam pelukannya lagi, “abang udah tahu rencana kamu yang bakal pergi ke rumah Oma di Korea, jangan kira kita di sini gak tahu apa – apa.” Ucap Jason seraya mengusap rambut Via yang basah, “kamu kan tahu sekalinya kamu ke rumah Oma, kita bakalan sulit buat ketemu sayang.”
“Ya seenggaknya abang kasih tahu Via dulu kek, kalo abang bakal jemput Via.” Renggut Via kesal, "lagian kan sok tahu banget kalo Via mau ke Korea, siapa tahu kan Via ke Kanada.
“Walaupun kita gak ketemu dua tahun, abang masih kenal kamu masih tahu sikap kamu. Keputusan kamu yang sebenarnya bukanlah yang kamu ucapkan, abang tahu itu.” Ujar Jason.
“Hiks ... pokoknya abang harus bawa nenek ke sini, Via gak mau tahu.” Rengek Via di sela tangisnya, "sekalian bawa Bang Al juga. " Rajuknya sembari menurunkan tangannya dari d**a Jason.
Jason mengangguk, dia merasakan tangan adiknya berada di atas perut miliknya.
‘Al bener, Via bahaya.’ Batin Jason seraya melepaskan pelukannya.
“Kita naik, dingin.” Ujar Jason seraya menuntun Via ke pinggiran kolam.
Via berjalan di belakang Jason, ‘ya ampun, punggung bang Jason seksi banget kayak punya Al’ kekeh Via dalam hati.
“Astaga Via – Via.” Omel Via tersadar seraya memukul kepalanya kencang.
“Kenapa?” Tanya Jason heran melihat adiknya terus memukul kepala nya sendiri.
“Gak papa.” Ujar Via seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, “buruan pake handuknya.” Ketus Via seraya meninggalkan Jason yang terkekeh geli melihat tingkah adiknya.
“Hahaha, Via udah gede ya.” Tawa Jason pecah kemudian berjalan menyusul Via ke dalam rumah.