When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Mau ke mana?” Aksa yang baru saja membaca sebuah pesan singkat dari layar ponsel langsung menoleh saat suara Mamanya terdengar. Masih dengan tangan yang sibuk memasang dasi, Aksa menatap Mama dengan helaan napas. “Mau ke pesta nikahan teman, Ma,” jawab Aksa dan langsung menghindari kontak mata dengan Mama. Aksa menyemprotkan parfum ke tubuhnya. “Ngehadirin nikahan orang mulu, Bang. Kamu kapan?” Aksa berdehem singkat saat pertanyaan itu akhirnya muncul. “Kok Mama tanya aku? Mana aku tahu, aku kan tempe.” “Heh! Kalau ditanya itu jawabnya serius!” “Nanti, Ma. Kalau calonnya udah ada.” “Gitu mulu kamu jawabnya. Di kafe kamu apa nggak ada perempuan yang bisa dideketi?” “Aku nggak tertarik sama para pelanggan, Ma.” “Kalau gitu minta Adikmu sana kenalin sama temen-temennya. Kali aja a