When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Aksa mengatupkan bibirnya. Ada yang berdenyut nyeri di dalam sana tapi ia tak tahu kenapa hanya mendengar Kiara bertanya tentang Alan saja, hatinya sesakit ini. Padahal sebelumnya dia nggak pernah peduli dengan perempuan mana pun. Alan pura-pura tak mendengar pertanyaan Kiara dan berdiri meninggalkan gadis itu sendirian. Ia tak mau Kiara melihatnya emosi. Karena itu hanya akan memperburuk pandangan Kiara pada dirinya. "Sebentar ya, aku mau ke toilet dulu," alibinya. Lalu pria itu berbicara pada seorang perawat dan keluar meninggalkan Kiara yang masih bertanya-tanya. "Bang Aksa kenapa, sih? Apa aku salah bicara?" gumam Kiara. Sudah satu jam lebih Aksa tidak kembali ke IGD. Perawat bilang kalau kondisinya bagus, Kiara tidak perlu rawat inap. Sekarang hanya menunggu gadis itu tidak le