"Mas,ini sarapan dulu. Syila masakin makanan kesukaan mas lho" ujar Syila sembari meletakan nasi goreng itu kemeja saat melihat Daniel turun dari tangga.
Daniel semakin jengah akhirnya menghampiri meja makan dan mengambil piring itu dan....
Prangg!!
Bantingan keras itu membuat Syila tertegun menatap Daniel tak percaya.
Piring itu pecah berkeping keping nasi goreng itu berserakan dilantai.
"Mau mas itu apa?" Syila tau Daniel benci banget sama Syila karena perjodohan ini,tapi seengaknya tolong hargai usaha Syila. Daniel yamg memang sangat membenci Syila tidak dapat menahan marah. Ia sudah merasa sangat muak. Terlebih saat ia harus melihat wajah milik Syila. Jika bukan karena penyakit ayahnya ia tidak akan mau menikah dengan Syila.
Daniel menghampiri Syila yang sedang membereskan pecahan piring yang telah berserakan dilantai sembari menangis. Daniel berjongkok kedua mata tajamnya bertemu dengan kedua manik biru jernih Syila yang menatap sendu.
"Lo nanya gue maunya apa?"
Syila mengangguk lemah dan menatap Daniel sendu.
"Lo pergi dari muka bumi ini secepat nya" tandasnya.
Setelah mengucapkan itu Daniel melangkah meninggalkan Syila yang terpaku akibat perkataan Daniel.
"Syil kamu gapapa kan?"tanya bi asih yang kini membantu Syila berdiri.
Tanpa aba aba Syila memeluk erat bi asih. bi asih yang dipeluk erat oleh majikannya merasa kaget tak lama kemudian ia membalas pelukan Syila. Bahu bi asih terasa basah karena Syila yang menangis. Rasanya sakit sekali. Sampai kapan keaadan ini? Kapan suaminya menerimanya?
"Hikss...hikkss..mau sampe kapan bi?"ucapnya sesegukan.
"Sabar ya non"
Semua orang yang berada di mansion sangat merasa kasihan terhadap Syila karena sudah dua minggu pernikahan nya terasa sangat amat dingin. Daniel yang masih belum menerima nya sebagai istri dan perlakuan kasarnya membuat hati Syila teriris.
******
Siang ini Daniel tengah duduk bersandar di kursi kebesaran nya. Ia tengah melamunkan wanitanya.
Pernikahan sudah dua Minggu dan dia masih mengharapkan wanitanya itu. Bahkan ia masih sering menghina Syila.
Dorongan pintu keras membuat Daniel geram.saat ia menoleh ia terpaku melihat siapa yang membuka pintu itu.
Jantungnya berdetak cepat.Seorang wanita berambut panjang memakai dress merah dengan accessories yang mewah dan berkelas membuatnya ia semakin elegan.
Mereka saling bertatapan lama.
"Feby"gumam pelan Daniel. Ia bergegas menghampiri wanita yang bernama Feby itu.
Ia memeluk erat menumpahkan segala rindu yang ia pendam selama 2 tahun ini. Tak lama kemudian Feby membalas pelukan Daniel.
"Aku kangen kamu Niel"gumam kecil Feby yang hanya didengar oleh Daniel.
"Aku juga kangen kamu"balas Daniel yang kini menangkup kedua pipi Feby.
Daniel mencium kening Feby dengan lembut. Ia menuntun Feby berjalan mendekat sofa.
"Maafin aku yang 2 tahun aku tiba-tiba menghilang tanpa kabar,aku punya alasan sendiri"ucap pelan Feby merasa bersalah.
"Jelaskan"suara dingin Daniel membuat jantung feby berdetak kencang.
"Sebenarnya aku pergi karena aku dikirim ke luar negri ngurusin mama yang sedang melakukan pengobatan,waktu itu aku pengin izin sama kamu tapi aku takut jadi aku pergi tanpa pamit maaf ya"jelas Feby sambil menunduk takut
Daniel mengangkat dagu Feby agar menatapnya. "Hm seharusnya kamu katakan saja sama aku.kamu tahu ga aku tuh frustasi nyari kamu ga ketemu temu. Tapi--" melihat Daniel yang menggantungkan kalimatnya membuat Feby menatap Daniel penasaran.
Daniel terkekeh pelan."aku lega banget akhirnya kamu kembali"seraya tersenyum tulus dan mendaratkan satu kecupan kening.
"Oh ya Niel kamu udah nikah ya?kenalin dong istri kamu" mendengar ucapan Feby membuat Daniel menatap Febi tak suka.
"Kata siapa?"tanya Daniel dingin.
Suara dingin Daniel itu membuat Feby kelagapan salah tingkah.
"Sebenarnya aku tau dari Romi adik kamu"ucap pelan. Ya, memang benar. Kemarin ia bertemu Romi dibandara.
Daniel memegang lembut tangan Febi yang membuat Feby menatap Daniel.
"Denger ya, walaupun aku sudah nikah aku bakalan cerai sama dia." mendengar ucapan Daniel membuat Febi menatap Daniel tak percaya ia melepaskan genggaman lembut itu.
Harusnya Feby lebih cepat datang menemui Daniel. Jika saja ia datang sebelum 2 Minggu yang lalu mungkin ia akan menjadi istri Daniel.
Huh,dia memang mencintai nya tapi ia tak mau merusak pernikahan orang.
"Gila! Dia perempuan Niel,dia punya hati"celetuk Feby yang tak terima. Apakah Feby akan menjadi pelakor? Tidak atau iya kita akan tau sebentar lagi.
"Tapi aku hanya cinta sama kamu lagian aku sama dia ga ada perasaan apapun" Daniel mencoba menjelaskan pada Feby.
Feby yang mendengar bahwa mereka pisah membuat Feby menatap ragu jika ia harus melakukan hubungan dibelakang Istri Daniel. Feby yang memang seorang wanita sama seperti Syila sangat ragu,terlebih jika hubungan Daniel dan Syila sudah sah secara agama dan hukum.
*****
Siang ini Syila bersiap siap kekantor Daniel untuk mengantarkan makan siangnya, Di perjalanan menuju kantor ia tak berhenti mengulas senyum. Ia berharap Daniel menyukai makanan itu.
"Syil,kita udah sampai"suara Roy membuyarkan lamunan Syila.
"Em...yah makasih ya Roy"yang dibalas senyuman kecil Roy.
Syila bergegas menuju kantor. Disana ia menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak?paras cantik dan wajah menggemaskan pikir mereka. Ia berjalan menuju resepsonis.
"Permisi,bisa saya bertemu dengan mas Daniel?"tanya ramah Syila.
Pertanyaan Syila sontak membuat banyak orang yang penasaran dan terheran heran. Siapa sebenarnya nya dia, adiknya atau siapa banyak pikiran yang bermunculan dikepala mereka.
Maklum pernikahan Syila dan Daniel tertutup.
"Maaf tapi Mr.Frandzo sedang ada tamu" jawab Rita tak kalah ramah.
Ucapan Rita membuat sinar mata Syila meredup. "Tapi saya ingin bertemu sebentar saja"ucap Syila dengan nada memohon.
"Sekali lagi maaf Bu tetap tidak bisa" ucap Rita menyesal.
Bujukan serta rayuan Syila tak membuat Rita mengizinkan menemui Daniel. Karena Syila tak diizinkan menemui Daniel ia pun menyerah dan pamit tanpa menyerahkan makan siang itu.
"Lho kak Syila"
Suara seseorang membuat Syila menghentikan langkahnya dan menoleh ke pemilik suara itu.
"Eh Romi"ujar kagetnya yang tersenyum kikuk pada adik iparnya, Yeah dia Romi Alfandra Frandzo.
Romi mendekati Syila. "Mau ketemu bang Daniel ya kak" tebak Romi ramah
"Iya Kaka mau nganterin makan siang tapi ga diijinin masuk" balas Syila senyum kecil. Walau dihati nya merasa kecewa.
"Masuk aja kak,mari Romi anter" tawar Romi yang kemudian menggiring Syila. Sontak Syila tersenyum lebar.
Ting
Pintu lift terbuka mereka segera melangkah memasuki lift itu. Didalam lift hening seketika.
"Makasih lho Rom."suara lembut Syila membuat Romi yang sedari tadi diam menoleh menatap Syila yang tersenyum padanya.
"Iya sama sama kak"balas Romi yang juga membalas senyuman Syila.
Mereka tampak asyik bertukar cerita, sehingga tak sadar banyak tatapan bingung karyawan kantor karena seorang Romi Alfandra Frandzo adik dari CEO terkenal tak pernah ramah.
Sesampainya didepan ruangan, Romi segera mengetuk pintu. Ia mengetuk pintu beberapa kali tapi tak ada sahutan dari dalam, karena Romi kesal ia pun membuka pintu. Romi dan Syila terpaku,mereka kaget. Daniel suami sah Syila yang baru dua minggu ini menikah tengah bermesraan dengan Feby . Wanita masalalunya.
"Mas Daniel"ucap pelan Syila cairan bening itu lolos dari mataku. Isakan keluar tapi ia tahan.
Syila sadar bahwa Romi akan masuk, segera ia menahan tangannya sembari mengucap, "jangan Rom"larangnya sambil geleng-geleng kepala.
"Tapi kak di---"Ucapan Romi terpotong karena melihat tatapan permohonan Kaka iparnya.
Ia segera menarik tangan lembut Kakak iparnya dan pergi melangkah pergi. Syila yang ditarik oleh adik iparnya hanya pasrah.
******
Ditaman yang tampak ramai banyak pengunjung yang tampak berantusias. Mereka tertawa bahagia bersama pasangan mereka dan teman mereka,tapi tidak dengan pria dan wanita yang tengah duduk menatap pengunjung taman itu. Mereka masih memikirkan kejadian yang barusan mereka alami.
Wanita itu segera melepaskan pelukannya. Ia telah merasa tenang ketika dipeluk oleh pria itu.
Wanita itu menghembus napas pelan. "Kamu mencintainya"ucap pelan pada pria yang disampingnya.
Mendengar ucapan wanita itu membuatnya menoleh menatap bingung. Mereka saling menatap.
"Ya kamu mencintainya Rom"ucap sekali lagi. Yah mereka Romi dan Syila.
"Gak lah Kaka mah ngaco"elaknya sambil mengalihkan pandangannya ke depan agar tak menatap Syila.
Syila terkekeh pelan. "Kakak tau kamu mencintainya Rom,kadang dimulut kamu dapat mengelak nya tapi berjuta juta kali kamu mengelak nya hati kamu ada nama dia"
Mendengar ucapan Syila membuatnya menoleh menatap Syila yang tengah tersenyum mengejek.
"Hm...Emang kelihatan banget ya?"ucapnya yang tak sadar mengiyakan bahwa perkataan Syila benar.
"Eh maksudnya mana mungkin aku mencintai dia"sargah cepat ketika sadar ia keceplosan. Pipi Romi merah merona karena malu ia menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.
Melihat tingkah Romi membuat Syila tertawa kecil. "Ada ada aja kamu Rom"seraya mengacak rambutnya.
Romi yang diperlakukan Syila seperti itu hanya tersenyum malu.
Mereka bercanda bersama tanpa cangung. Tawa mereka membuat semua orang menatap mereka. Dipikiran mereka Romi dan Syila adalah sepasang kekasih karena tingkahnya yang seperti sepasang kekasih. Bahkan mereka tak segan bergandengan dan merangkul. Mereka sudah sepakat untuk usah merasa tak enak karena mereka juga menikmati rasa memiliki seorang adik dan seorang kakak.
******
"Hahaha.....kamu ga berubah yah masih lucu"tawa Daniel membuncah ketika mendengar lawakan Feby tentang temannya.
Mendengar tawa Daniel membuat Feby menyikut perut Daniel.
"Jahat banget kamu,ketawa sampai segitunya"ucap Feby
Daniel dan Feby ikut dalam acara reuni SMA mereka. Mereka ikut makan makan disebuah restoran. Daniel senang karena waktunya bersama Feby jadi lebih lama. Dia malas pulang kerumah.
Ditengah perbincangan mereka. Feby mengalihkan pandangannya pada Daniel. Daniel yang mengerti pun pamit pada temannya.
Didalam perjalanan, canda tawa memenuhi mobil Daniel. Daniel seakan lupa ada seseorang yang menunggunya pulang. Ia bahkan tenang tenang saja seolah tak memiliki istri.
*****
Pukul 23.26 Syila menunggu Daniel pulang. Jujur ia lelah dengan keadaan ini. Saat ia memergoki suaminya dengan pacarnya itu membuat hatinya hancur berkeping keping. Perempuan mana yang tahan jika suaminya selingkuh? Perempuan mana yang mau pernikahannya seperti ini? Perempuan mana yang tak sakit jika tak pernah dianggap sebagai istri. Tanpa ia sadari air matanya menetes Isak tangis lolos. Batinnya seakan akan ingin teriak sekencang kencangnya.
"Lo ngapain disini,udah malem" suara dingin membuyarkan lamunanku. Ku hapus kasar air mata itu dan berbalik kearah suara itu.
Disana pria yang ku hormati. Pria yang mengucapkan janji saat pernikahan dua Minggu lalu terjadi, Pria yang tak pernah menganggap ku sebagai istri. Tanpa sadar air mata itu menetes lagi. Bayang bayang an kejadian tadi berputar putar dikepalaku. Hingga usapan dingin menyadarku. Ini adalah sentuhan pertamanya yang ia dapat,ia bingung senang karena ia dapat merasakan sentuhan lembut dari suami atau sedih karena suaminya selingkuh.
"Kenapa Lo?" Tanya nya dengan menatap manik biru jernih Syila.
Seakan terkunci. Ia mendekatiku, semakin mendekat hingga hembusan napasnya menerpa wajahku. Aroma mint tercium menenangkan hatiku,hingga aku tersadar terlebih dahulu membuat aku mengalihkan pandangan darinya dan menjauh darinya.
"Sini jas nya mas,"ucapku merebut jas nya yang ada ditangannya.
"Air hangatnya sudah aku siapkan mandi dulu"lanjutnya sembari berbalik. Tingkah aneh Syila membuat Daniel heran tak lama ia tak mau memikirkannya.
Syila bisa menangkap bau parfum wanita yang menempel di jas Daniel.
Syila tak terkejut. Ia tau ini parfum Feby.
Karena Syila ingin tahu apakah Daniel akan berkata jujur atau bohong ia bertanya "Mengapa bisa ada aroma parfum wanita di jas ini" ku perhatikan perubahan mimik wajah Daniel. Ia tegang seketika,tak lama kemudian ia menetralkan wajahnya dan mengatakan jika tadi ia menemui Klien bersama Alfan sahabatnya itu,dan klien itu wanita. Wanita itu tak sengaja jatuh kepelukannya karena kurang fit.
Mendengar jawaban Daniel membuatnya semakin sakit.
Hatinya perih.
Dadanya sesak
Air matanya mengalir membasahi pipinya
Dipandangi punggung suaminya yang menghilang perlahan.
Isakan kecilnya lolos pada bibir kecilnya
Kupandang lurus kedepan, berjalan kearah kamarku dan menaiki ranjang.
Kurebahkan tubuhku. Tubuh ku bergetar. Tangisan pedihku menghilang ketika aku tertidur pulas.