Ervin dengan sigap membopong Ghani menuju ruang bersalin yang ada di lantai tiga rumah sakit. Setelah itu Ghani tidak mengingat dengan pasti apa yang Ervin ucapkan karena ia terlalu fokus dengan rasa sakit yang dirasakan dan berusaha mengajak ngobrol sang bayi dari dalam hatinya. Ia berusaha untuk tetap tenang. Ghani di bawa ke ruang persiapan dan akan menjadi ruang rawat inap, ia sudah berganti baju dengan baju pasien. Setiap kontraksi yang ia rasakan tidak bisa ia suarakan, ia hanya memejamkan matanya dan memegang benda apapun dengan sekuat tenaga. “Pegang tanganku saja,” Ervin bersuara. Sebenarnya ia juga telah berusaha untuk membantu menenangkan Ghani dan memberikan afirmasi yang positif agar pembukaannya terus naik namun masih stuck. “Mas.. Maafin aku ya kalau aku ada salah.” Seca