Langit terlihat berubah warna menandakan anak-anak seharusnya kembali ke rumah mereka masing-masing karena langit perlahan mulai terlihat semakin mendung hingga para orang tua datang menjemput anak-anaknya yang masih bermain di taman perumahan yang cukup di kenal sebagai perumahannya orang-orang kaya.
Hingga tak lama hanya tersisa dua orang anak yang masih menunggu orang tua mereka, yang satu adalah seorang anak perempuan cantik dengan memeluk boneka lalu yang satunya lagi adalah seorang anak laki-laki yang terlihat campuran eropa dan timur karena ia terkenal sebagai si tampan yang disenangi banyak anak-anak perempuan disini.
Wajah anak laki-laki itu terlihat dingin seakan-akan ia tak berniat mengajak ngobrol orang yang ada disampingnya, walaupun anak perempuan itu sudah mulai mengajaknya ngobrol tapi anak laki-laki itu hanya tetap diam seakan ia tak mendengar apapun.
"Kamu tau gak kenapa langit gelap gitu? Kenapa bisa mendung ya?" ujar anak perempuan itu.
"...," anak laki-laki itu terdiam.
Lalu tak lama dua orang wanita yang terlihat sangat menawan menghampiri anak-anak yang sedang menunggu itu, merasa namanya dipanggil membuat dua orang anak kecil itu berlari ke arah dua orang wanita itu dan memeluknya erat.
"Terang! Sini sayang," panggil Aisha lembut.
"Anak mamih! Duh cantiknya Xaviera mamih," panggil Alana semangat.
Setelah melihat langit yang semakin mendung seperti ini membuat Aisha dan Alana bergegas mengajak anak mereka untuk pulang ke rumah sebelum hujan turun, mendengar ucapan orang tua mereka membuat Terang dan Xaviera mengangguk-anggukkan kepala mereka mengerti.
"Abang Terang balik yuk sama mommy, Axton daritadi nyariin abang loh! Tuh liat bang, langitnya semakin gelapkan? Yuk balik sebelum hujan," ujar Aisha lembut.
"Cantiknya mamih ditungguin papih loh! Yuk pulang sayang nanti keburu hujan deras malah kita gak bisa pulang loh sayang," ucap Alana lembut.
Disaat mereka berdua berjalan santai untuk sampai rumah masing-masing tak lama Alana dan Xaviera melirik Terang yang tetap diam meski dalam genggaman tangan mommy, walaupun anak laki-laki itu tertutupi tubuh ramping Aisha tapi Alana dan Xaviera bisa melihat bocah kecil itu terlihat sangat tampan karena ia berdarah campuran.
"Anaknya tampan juga ya mom? Kecilnya aja udah ganteng gini gimana nanti kalo udah gedenya ya mom? Bisa jadi artis mungkin ya," ujar Alana lembut.
"Tampan itu apa mamih? Ganteng itu apa mamih?" tanya Xaviera bingung.
Aisha yang mendengar anaknya dipuji hanya mengulas senyumnya dan menyahutinya dengan lembut karena menurut Aisha baik Terang maupun adiknya Axton, mereka berdua tetap anak-anaknya bagaimanapun penampilan mereka.
"Terima kasih Alana tapi menurut saya baik Terang ataupun Axton mereka tetap anak-anak yang saya sayangi bukan hanya dari fisik mereka yang tampan saja tapi dari cara mereka bersikap pun membuat saya menyayangi mereka berdua kok Alana," ujar Aisha lembut.
"Tampan atau ganteng itu seperti Terang tuh sayang, benar sih! Setiap orang tua pasti sangat menyayangi anak-anak mereka ya mom! Yasudah saya dan Xaviera masuk ke rumah duluan ya! Kalian hati-hati dijalannya," ucap Alana lembut.
Mendengar ucapan Alana membuat Aisha mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban dari perkataan Alana yang memintanya untuk berhati-hati selama dijalan, lalu tak lama Terang dan Aisha pun akhirnya sampai di rumah dan Terang segera berlari masuk ke dalam rumah dan disambut oleh Daddynya yang langsung memeluk erat Terang.
"Jangan lari-lari Terang! Hati-hati jalannya sayang," ucap Aisha khawatir.
"Wah baby boynya Daddy pulang juga nih! Axton nyariin abangnya terus tau Terang! Kamu mah pergi main sendiri mulu ya? Gak boleh gitu dong! Ajak adik kamu, oke?" ujar Albern lembut.
Sedangkan Terang yang mendengar ucapan sayang mommy dan daddynya membuat Terang malah terkekeh senang karena Terang merasa banyak yang menyayangi dirinya lalu tak lama ia pun menyahuti ucapan kedua orang tuanya dengan lembut.
"Ahahaha iya mom, daddy! I am not baby! Now i am boy just boy not baby daddy! Iyakah? Axton kamu dimana hey! Sini main sama abang, ya abis Axton main sama bibi mulu yaudah Terang pergi main sendiri aja! Oke, oke! Nanti Terang ajak Axton main bareng," sahut Terang riang.
"Listen daddy Terang! Gimanapun juga Axton tetap adik kamu jadi kamu wajib ajak Axton main bareng karena kalian adalah kakak-beradik, Terang paham bukan?" ujar Aisha mengingatkan.
"Nah, Daddy setuju sama mommy! Apapun yang kalian lakukan, kalian berdua gak boleh saling menjauhi tapi saling membantu ya?! Semua hal dapat terselesaikan dengan mudah jika kalian mengerjakannya bersama, Terang ngertikan maksud mommy sama daddy?" tutur Albern lembut.
"Iya mom! Terang dengerin daddy kok, iya Terang paham mommy ... iya daddy, Terang pasti akan membantu Axton! Iya daddy Terang ngerti kok maksud daddy sama mommy itu juga demi kebaikan Terang sama Axton juga kan," ujar Terang semangat.
"Nah gitu dong bang, besok kamu ada acara di sekolahkan?" ujar Aisha lembut.
"Acara apa emangnya mom? Kok daddy gak tau ya?" tanya Albern bingung
Disaat Terang mengobrol dengan mommy dan daddynya tak lama adik Terang yang bernama Axton ikut menimbrung ke dalam obrolan kakak dan orang tuanya yang terdengar seru baginya, sedangkan Terang yang melihat adiknya yang sedang mencari perhatian orang tua mereka membuat Terang membantu adiknya agar larut dalam obrolan mereka berempat.
"Itu loh dad! Kayak camping gitu! Masa daddy gak tau sih," sahut Axton semangat.
"Parah nih daddy! Masa daddy kalah sama Axton, Axton aja tau! Masa daddy ya ampun parah banget ya Axton? Harus diapain nih daddy? Mom! Daddy parah tuh mom," ujar Terang lembut.
Axton yang menyadari kakaknya mengajaknya larut dalam obrolan membuat Axton tersenyum senang lalu mereka berempat tenggelam dalam obrolan yang menyenangkan sedangkan di lain tempat ada kakak-beradik yang terlihat saling melemparkan senyum bahagia dengan cara yang berbeda tapi keduanya tetap mempertahankan senyum cantik diwajahnya.
Cara yang berbeda? Berbeda di sini bermaksud apa yang dilakukan adik dan kakaknya berbeda, dimana sang adiknya sibuk membantu orang tuanya menanam tanaman di halaman belakang sedangkan kakaknya duduk di kursi panjang di teras rumah sambil menjahit kain yang terlihat robek lalu tak lama si adik memanggil kakaknya untuk memastikan keadaan kakaknya.
"Tara!! Kamu baik-baik saja? Ada yang sakit gak?" tanya Rinja khawatir.
Merasa namanya dipanggil membuat kakaknya menyahutinya dengan lembut seakan-akan dia ingin meyakinkan adiknya bahwa dirinya baik-baik saja, sementara Rinja yang mendengar suara ucapan kakaknya membuat Rinja merespon kakaknya dengan senyuman juga.
"Iya aku baik-baik saja! Tidak aku tidak sakit kok," sahut Tara lembut.
Lalu disaat Rinja kembali meneruskan menanam tanaman tapi belum beberapa lama terdengar lirihan kesakitan Tara yang membuat ayah, mama dan adiknya segera menghampiri dirinya dengan perasaan khawatir yang begitu besar hingga mereka bertiga mempertanyakan apa yang terjadi pada Tara sampai ia kesakitan begini.
"Tara, Tara sayang! Kamu gak apa-apa? Sebelah mana yang sakit Tara? Kamu dengar suara kamikan Tara? Tolong katakan sesuatu agar kami tidak khawatir sayang," tanya Mayasari panik.
"Tara ... kamu baik-baik saja? Coba katakan sesuatu pada kami Tara! Jangan buat kami merasa takut Tara ... bagian mana yang sakit nak? Kamu bisa mengatakannya pada ayah, jangan diam seperti ini Tara! Jangan buat kami semakin merasa khawatir begini nak," ujar Basurata khawatir.
"Hei Tara! Jangan diamkan kami begini Tara ... gimana ceritanya lu bisa kesakitan kayak gini? Bukannya tadi lu baik-baik aja? Lu kenapa Tara? Mana yang sakit Tara? Jangan diam terus Tara, kalo emang sakit ngomong aja ya! Lu jangan bikin kita panik gini dong? Lu pasti gak apa-apakan? Tolong katakan sesuatu Tara ... tolong jangan buat kami takut begini ya?" tanya Rinja khawatir.
Namun sayangnya gadis itu tidak sanggup untuk menyahuti pertanyaan keluarganya, dengan cepat Basurata membopong putri sulungnya masuk ke dalam rumah dan memberikannya obat dari puskesmas karena mereka tidak memiliki biaya untuk membawa Tara ke rumah sakit.
Mayasari yang melihat putrinya kesakitan hanya bisa mengusap-usap kepala Tara lembut agar anaknya merasa lebih baik lagi dan perasaannya menjadi tenang, dalam diam mereka bertiga hanya bisa menatap Tara sedih karena bagi mereka terkadang dunia terasa tidak adil.
Disaat mama dan ayahnya sibuk mengobati kakaknya membuat Rinja ikut merasa sedih karena sejujurnya Rinja ingin Tara mendapatkan pengobatan yang layak dan kedua orang tuanya tidak lagi terlihat sedih bahkan terlihat pusing mencari biaya hidup mereka.
Gadis kecil itu tidak bisa melakukan apapun selain mengusap-usap tangan ayah dan mamanya lalu ia berjanji pada kedua orang tuanya kalau dirinya akan melakukan apapun demi membantu kakak kandungnya sembuh dari rasa sakit yang ia derita.
"Mamah sama ayah jangan khawatir gini ya ... nanti pasti Rinja akan melakukan apapun demi membantu kak Tara sembuh soalnya yang terpenting buat Rinja kak Tara sehat lagi terus mama dan ayah jadi lebih bahagia lagi pas liat kami berdua ya? Rinja janji akan ngebahagiain kalian karena buat Rinja kalian itu orang yang Rinja sayangin sampai kapanpun kok," ucap Rinja serius.
Sementara Basurata dan Mayasari hanya menatap putri bungsu mereka sendu dan tidak lama mereka berdua menenangkan Rinja karena bagaimanapun anak ini masih terlalu kecil untuk ia memikul beban dan tanggung jawab yang sebesar ini.
"Wajar jika kami khawatir nak, kalian berdua adalah segalanya untuk ayah dan mama tapi kamu tidak perlu ikut memikirkan bahkan memikul beban dan tanggung jawab kami sayang karena seharusnya kamu itu bermain saja Rinja ... kamu masih terlalu kecil untuk terbebani seperti ini! Tenang saja ayah dan mama akan melakukan apapun demi kalian nak," tutur Basurata lembut.
"Ayah benar Rinja, seharusnya kamu diusia yang bermain-main bukan malah memikirkan kami tapi mama bangga ketika kamu juga memikirkan kakakmu ya sayang! Apapun yang akan terjadi mama dan ayah akan mendahulukan kalian berdua di atas segalanya nak," ujar Mayasari lembut.
Mendengar ucapan ayah dan mamanya membuat Rinja hanya bisa memberikan senyum terbaik nya seakan ia sedang menunjukkan jika dirinya baik-baik saja walaupun sebenarnya hati Rinja tidak bisa berbohong kalau ada perasaan sedih yang lebih besar dari rasa bahagia karena dirinya merasa begitu disayangi oleh kedua orang tuanya.
Suasana rumah keluarga Rinja terasa menghangatkan hati bagi siapapun yang melihatnya tapi tanpa mereka sadari waktu terus bergerak dan tidak ada kesempatan untuk Rinja, Mayasari, Tara dan Basurata mengeluh karena yang bisa mereka lakukan adalah terus berusaha mencari solusi terbaik agar keluarga ini tetap bertahan disaat dunia terlihat kejam pada mereka.
Meskipun keadaan terkadang terlihat tidak berubah tapi Rinja dan Tara tetap bertahan melewati perjalanan hidup yang terasa melelahkan tiap detiknya tapi mereka berdua tidak memiliki pilihan lain selain menjalani apa yang bisa mereka lakukan.
Basurata tidak memiliki biaya yang banyak membuatnya hanya bisa membiayai sekolah Rinja sementara untuk putri sulungnya ia tidak bisa menyekolahkan Tara hingga Rinja dan Mayasari membantunya memahami pelajaran yang seharusnya dimengerti oleh si cantik ini.
Namun Tara tidak mempermasalahkan apapun keputusan kedua orang tuanya toh Tara sendiri juga menyadari ketidakmampuan dirinya jika ia harus bersekolah dan penyakitkan bisa kambuh kapan saja, lalu pada akhirnya Tara akan kehilangan fokus belajarnya di sekolah.
Untuk itulah Tara menyetujui keputusan orang tuanya toh Rinja lebih membutuhkan pendidikan dibandingkan dirinya yang sakit-sakitan, disaat keluarga mereka berempat terlihat tidak bahagia sementara keluarga Terang justru terlihat santai dan bahagia dengan apa yang mereka miliki.
Bahkan Terang dan Axton mendapatkan pendidikan di sekolah bergengsi yang terkenal dengan biaya yang tidak sedikit dan Aisha tidak mempermasalahkan kebutuhan biaya yang dibutuhkan oleh Axton dan Terang selama mereka belajar di sekolah pilihannya bersama sang suami.
Sementara Axton dan Terang tidak mempermasalahkan untuk mereka sekolah dimanapun tapi Xaviera meminta pada mamihnya agar ia disekolahkan di sekolah yang sama dengan Terang dan hal itu terus berlanjut sampai mereka berdua mulai memasuki masa SMA.
Orang yang beruntung akan selalu mendapatkan keberuntungannya tapi orang yang tidak ingin menyerah oleh keadaan bisa memiliki kesempatan yang sama jika ia terus berusaha, seperti itulah nasib baik yang diterima oleh Rinja.
Meskipun dirinya bukan dari keluarga yang memiliki ekonomi tinggi bahkan dirinya terbilang tak sanggup melihat kakaknya mendapatkan penanganan medis setimpal membuatnya tidak ingin menyerah begitu saja, Rinja terus saja belajar dengan giat hingga dirinya bisa bersekolah hingga Rinja kini sudah memasuki masa SMA dan dikenal sebagai murid yang cerdas.
Di lain tempat, Axton itu tipe orang yang tidak suka jika dirinya di banding-bandingkan teman sekelasnya membuat Axton memilih sekolah biasa tapi dengan kualitas yang dibilang sangat luar biasa dan tidak semua orang bisa bersekolah di sekolah ini kecuali orang cerdas dan orang yang memiliki keuangan yang
tidak bisa dibilang sedikit.
Semuanya berjalan baik kecuali satu hal, yaitu perasaan suka bahkan cinta yang perlahan mulai hadir di saat masa remaja seperti ini dan tidak ada yang bisa menghindari perasaan yang saat ini mulai mengusik hari yang damai menjadi hari yang mendebarkan sekaligus menyenangkan kala itu.
|Bersambung|