Hal Yang Biasa

2026 Words
Melihat senyuman gadis itu untuk pemuda lain membuat Terang merasa hatinya seakan disayat-sayat dengan sebilah belati yang menyakitkan, lalu dengan langkah gontai pemuda tampan itu memilih berlalu dari sana secepat mungkin. Begitupun Rinja yang memilih menjauhi orang yang sangat disayanginya, padahal dirinya hanya ingin menghabiskan waktu istirahat bersama kekasihnya. Di saat Rinja dan Terang merasa hati mereka tidak sedang baik-baik saja membuat mereka berdua bergumam-gumam sendu, karena rasanya hal seperti ini adalah hal yang biasa untuk dirinya. "Apa salahnya orang yang bertahan demi hubungan yang dimiliki? Toh bukankah hubungan itu memang untuk dipertahankan? Terus kenapa dia sedingin gitu? Apa susahnya baik dikit aja sama pacar sendiri sih? Padahalkan gak ada salahnya baik ke pacarnya ih," gumam Rinja sendu. "Di saat gue sibuk nyariin dia eh dia malah asik sendiri? Sesulit itukah cara gue supaya ngebuat Xaviera bisa mecintai gue? Padahal gue cuma mau bahagia sama orang yang gue sayang, tapi kenapa langkah gue gak maju sedikitpun? Apa yang salah sama usaha gue? Kenapa malah kayak gini? Apa rasa sayang gue itu salah di mata dia ya? Kenapa gitu," gumam Terang sedih. Sementara orang yang dipikirkan oleh Rinja dan Terang malah seakan-akan sibuk dengan waktu mereka sendiri walaupun hal yang terjadi pada Rinja dan Terang memang bukanlah hal baru bahkan sudah seperti hal yang biasa untuk mereka, tapi tetap saja ada perasaan menyakitkan yang menyayat-nyayat hati mereka dalam diam. "Parah banget sih dia bukannya usaha buat pertahanin hubungan malah sedingin itu ke pacar sendiri! Padahal kalo emang dia gak suka ya bilang aja jangan gini! Ini mah malah bikin orang berharap dan ujungnya ke siksa sendiri! Entah gue yang kebangetan lugu atau emang dia yang gak serius sih? Ini kenapa gue ngomong sendiri di sini? Toh dia gak ada di sini," lirih Rinja sedih. "Apa cinta itu harus sesakit ini ya? Terus kenapa gue liat orang lain happy-happy aja? Salah gue di mana? Emangnya kalo gue milih orang yang kita sayang itu gak pantes ya? Sehina itu gue atau emang gue aja yang gak layak buat dicintain orang sih? Gue cuma mau melewati hari-hari gue selayaknya pemuda lainnya? Masa sih gue gak bisa kayak mereka," lirih Terang sedih. Tak lama Terang dan Rinja memilih menenangkan diri mereka di rooftop sekolah seakan-akan mereka berdua membiarkan hembusan angin untuk membawa setiap rasa sakit yang menekan hati Terang dan Rinja dalam diam. "Kalau emang pada akhirnya hubungan gue harus berakhir paling gak dia tuh jangan kayak gini caranya! Jangan siksa gue sama kata suka kalo nyatanya dia aja selalu minta jangan diganggu, jangan di deketin ... terus gue harus gimana, Axton? Gue cape lu giniin! Ini tuh lebih nyiksa batin gue tau gak! Gue terikat hubungan ini, tapi gue gak ngerasa ada lu di sisi gue," ujar Rinja lelah. "Gue gak pernah berurusan ngejar hati seseorang, tapi kalo akhirnya harus melelahkan kayak gini rasanya pengen berhenti memperjuangkan itu cewek g****k! Nah yang bikin ngeselin itu ini hati gak bisa di ajak kompromi! Udah jelas itu cewek baik ke semua orang masih aja berjuang padahal yang diperjuangin malah gak tau diri! Asli cape banget gue liatnya," ucap Terang lelah. Setelah puas mengeluarkan segala perasaan yang menekan hati Rinja dan Terang, lalu tak lama dua orang yang sedang merasa patah hati ini malah dikejutkan oleh suara dari orang yang tidak mereka sangka-sangka sebelumnya. "Lu udah gede! Gak usah pake cara ngambek-ngambekan kayak gini, Rinja! Lagian lu ngapain di sini? Lu gak berniat loncat cuma gara-gara masalah kecil bukan? Udahlah gak usah aneh-aneh bisakan! Emang lu pikir dengan lu kayak gini apa yang terjadi bakalan selesai? Lu harus gunain otak lu buat berpikir dengan jernih bukan malah nyari jalan singkat kayak gini," tutur Axton datar. "Loh? Kak Terang ngapain di rooftop kayak gini kak? Tadi kata beberapa siswa-siswi kakak nyariin aku ya? Ada apa ya? Sorry, sorry tadi aku lagi ngumpul gitu sama temen-temen aku jadi baru sempet nyariin kak Terang! Kakak gak apa-apakan? Biasanya kakak nyamperin aku kalo aku ada di kantin kak? Tumben kenapa tadi gak langsung ke kantin aja?" tanya Xaviera bingung. Mendengar suara dari orang yang sejak tadi mereka pikirkan hingga membuat Terang dan Rinja terdiam saat melihat apa yang mereka lihat saat ini, sementara Axton sama Xaviera bingung saat memandang wajah mereka berdua yang melamun seperti ini. "Orang lagi diajak ngobrol malah didiemin, jangan bilang lu lagi bales dendam sama gue, Rinja? Lu pikir gue ngerti mau lu apa kalo lu gak ngomong sama gue! To the point aja gak usah bikin orang bingung dan nanya berulang-ulang kan bisa! Jangan buang-buang waktu gue deh, gue tuh terlalu sibuk buat ngurusin pacar ngambekan yang gak jelas kayak lu tau gak," ujar Axton datar. "Kak Terang? Kenapa kakak cuekin aku? Kak Terang marah sama Xaviera ya? Eh apa gimana sih ini kak? Asli Terang gak ngerti kakak tuh kenapa kayak gini? Kakak kalo ada masalah atau mungkin Xaviera yang punya salah sama kakak, mending diomongin kak! Jangan diem-dieman kayak gini? Kita udah kenal dari kecil loh kak? Masa masih gini aja, kak?" sahut Xaviera bingung. Dalam diam Rinja dan Terang berusaha mengumpulkan kesadaran mereka, lalu tak lama Terang dan Rinja menyahuti ucapan mereka dengan datar seakan-akan Rinja dan Terang tidak ingin membahas apapun saat ini. "Kenapa gue harus marah? Emang kalo gue cerita lu bakal ngerti, Xaviera? Gue jamin lu pasti gak bakalan ngerti jadi mending lu gak usah banyak nanya deh! Gue gak mau bahas apapun soal hal yang gak akan pernah bisa lu pahamin! Lu bakal tau rasanya ketika lu ada di tempat yang sama, tapi kalo denger doang buat apa! Kayak ngomong sama tembok," ucap Terang datar. "Nah itu yang gue rasain, Axton! Lu pikir gue seneng lu cuekin hah! Buat apa gue bales dendam sama lu! Kalo bukan lu yang berubah mah percuma, Axton! Emang kalo gue ngomong bakalan di denger sama lu! Gue sering nanya berulang-ulang, tapi gak dijawab gue biasa aja kok! Kalo lu gak mau ngurusin gue ngapain lu ke sini hah! Gue gak butuh lu di sini Axton," tutur Rinja datar. Lalu tanpa menunggu sahutan apapun dari Xaviera dan Axton tak lama Terang dan Rinja sudah lebih dulu meninggalkan mereka berdua yang entah mengapa saat ini terlihat menyakitkan dan membuat Terang dan Rinja tak ingin melihat mereka berdua. Setelah kepergian Terang dan Rinja membuat dua orang itu bingung, tapi dengan ekspresi yang berbeda. Di saat Xaviera terlihat tidak terima diabaikan seperti ini sementara Axton malah tidak bisa menahan senyumannya saat melihat Rinja yang sudah mulai menjauhinya. "Kak Terang, kenapa sih? Gak biasanya dia jadi datar kayak gini? Apa yang harus gue ngertiin? Dia aja gak bilang apa-apa terus gue harus ngertiin apaan? Padahalkan biasanya dia bodo amat kalo gue kayak gimana juga? Terus kenapa dia kak Terang malah gini?" tanya Xaviera bingung. "Lebih baik begini bukan? Hidup gue jadi lebih damai kalo ngeliat dia dingin gini! Kenapa dia gak jauh-jauh aja dari awal? Kalo kayak ginikan gue jadi gak usah repot mikirin pacar yang gak jelas kayak, Rinja! Ck, tapi yaudahlah dengan kayak gini gue jadi seneng kok!" ujar Axton senang. Di saat suasana terlihat tidak biasa tak lama terdengar suara bel tanda jika jam istirahat telah berakhir dan tanpa berlama-lama semua siswa-siswi bergegas masuk ke dalam kelas mereka masing-masing karena sebentar lagi pelajaran akan kembali dimulai. Bermenit-menit terus bergerak membuat seluruh siswa-siswi larut dalam pelajaran yang terasa menurut mereka sangat memusingkan, kecuali Axton, Terang, Rinja, Xaviera yang terlihat fokus dengan pelajaran mereka seperti hal yang biasa bahkan terkesan mudah untuk mereka. Tak lama terdengar suara bel tanda mereka diizinkan pulang ke rumah masing-masing atau yang mau ekskul juga mulai bergegas ke ruangan ekskul tersebut begitupun dengan Terang, Rinja, Axton dan Xaviera yang berjalan santai menuju tempat ekskul yang biasa mereka lakukan. Sesampainya di tempat ekskul, tak butuh waktu yang lama Rinja bersikap dingin karena dirinya menjabat sebagai wakil ketua osis lalu Terang menjabat kapten basket membuatnya terlihat tegas mengingatkan timnya untuk berlatih dengan serius. Sementara Axton memilih ekskul sepak bola dan ia sebagai keeper dalam timnya, lalu Xaviera memilih ekskul cheerleader membuatnya semakin dicintai para siswa karena kepiawaiannya saat memandu dan menyemangati tim sekolahnya. Semua ekskul yang dipilih mereka berempat memang terlihat keren di sekolahnya, walaupun se-harusnya mereka fokus pada pelajaran karena mengingat mereka berempat sudah menduduki kelas 12 SMA membuat mereka akan di sibukkan dengan ujian, tapi mereka tetap melanjutkan ekskul di sela-sela waktu luang mereka. Tidak hanya sampai di situ saja, tetapi mereka cukup dikenal sebagai murid cerdas kecuali Xaviera yang tidak seperti Terang, Axton ataupun Rinja yang terkenal dengan otak yang encer. Bahkan tak jarang Xaviera minta di ajarkan Terang yang selalu menguasai peringakat satu di sekolahnya, hingga membuat beberapa siswa iri melihat kecerdasan murid itu. Namun di setiap kelebihan pasti memiliki kekurangan begitu juga empat muda-mudi yang di kenal memiliki kemampuan hebat, tapi mereka juga memiliki kekurangan yang tak kalah luar biasa membuat orang istighfar saat mengetahuinya. Xaviera mungkin terkenal sebagai primadona sekolah yang digemari semua siswa termaksud Terang dan kekurangan gadis cantik itu adalah star sindrom yang membuatnya bersikap seakan-akan dirinya orang penting dan tak jarang gadis itu terlihat sombong bahkan kasar pada siswi lain yang entah apa salahnya beberapa siswi itu. Lalu Terang yang terkenal sebagai si tampan yang cerdasnya tidak tertandingin tetap memiliki kekurangan hingga membuat orang lain merasa enggan bahkan tak jarang beberapa siswa merasa segan melihat tatapan tajam dan sikap dinginnya seakan ia tidak ingin di dekati oleh siapapun yang tidak dirinya kenal. Tak berbeda jauh dengan Terang sebab Axton juga cukup di kenal sebagai tembok es yang tak mudah disentuh bahkan terlihat jarang akrab dengan orang lain, tapi tak hanya sampai di sana saja bahkan Axton dikabarkan siswa yang sangat tidak ingin diganggu hingga membuat teman-teman sekelasnya merasa enggan mendekati dirinya. Di saat mereka bertiga terlihat tidak memiliki kekurangan, tak jarang Rinja selalu dianggap tidak memiliki kelebihan selain otak cerdas dan sikap tegasnya. Padahal gadis cantik itu adalah orang baik yang hanya tertekan oleh keadaan, diluar wajah tegasnya gadis itu memiliki hal yang tidak di mengerti orang lain hingga orang lain seenaknya menghina dirinya. Meskipun begitu kadang banyak orang yang menilai dari kekurangan atau kelebihan yang pada akhirnya menghina hidup orang lain seperti hal yang biasa untuk beberapa orang padahal belum tentu orang itu mengenal orang itu dengan baik, tapi walaupun begitu baik Terang, Rinja, Axton dan Xaviera memiliki pandangan mereka masing-masing. Lalu tak lama waktu ekskul berakhir dan membuat beberapa murid bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing begitu juga dengan Terang, Axton, Rinja dan Xaviera yang bersiap untuk mengistirahatkan tubuh penat di rumah. Sayangnya baru beberapa langkah Terang dan Rinja bersiap untuk pulang tidak lama terdengar suara Axton dan Xaviera yang meminta mereka berdua untuk pulang bersama, tapi Terang dan Rinja saat ini sedang tidak ingin diganggu dulu. "Kak terang, balik bareng yuk? Aku gak ada temen balik nih kak! Kakak juga balik sendiri bukan? Nah kalo kayak gitu mending kita bareng ajakan! Udah lama banget gak pulang bareng sama kak Terang! Biasanya kita pulang bareng terus cerita-cerita gitu, ih seru dan bikin rindu waktu itu ya? Yuk kak! Entar keburu kesorean loh, kak Terang!" ujar Xaviera lembut. "Rinja! Gue janji buat selalu nganter lu balik ke rumahkan! Yaudah ayok balik bareng! Gue gak mau jadi orang yang gak bisa pegang omongannya! Buruan woy, gue harus buruan balik ke rumah juga nih! Yailah, malah ngelamun lagi lu! Buru sini! Entar kita malah kesorean kalo lu diem aja di sini, gue sibuk tau gak!" ucap Axton dingin. "Sorry, Xaviera ... gue lagi pengen balik sendiri jadi mending lu gak usah ngajak gue balik bareng! Gue gak mau di ganggu dulu sekarang! Udah sana buruan lu balik, nanti yang ada lu keburu kesorean pas baliknya! Buruan balik, Xaviera Nefertari Zalfa!" tutur Terang datar. "Percuma kalo lu megang omongan, tapi nyatanya lu nyakitin gue mulu sih buat apaan, Axton! Udah sana lu langsung balik aja! Gak usah nganterin gue, udah buruan balik lu sana! Gue lagi mau sendiri! Sana woy! Gue gak mau diganggu sama lu, Axton!" sahut Rinja dingin. Belum juga Axton dan Xaviera menyahuti ucapan Terang dan Rinja, dua orang yang sedang patah hati ini sudah berlalu dari sana membuat Xaviera dan Axton merasa tak enak hati saat orang yang biasa mereka lihat ceria malah terlihat sedingin es dikutub utara. |Bersambung|
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD